"Reyhan," panggil ayahnya dari arah ruang makan.
Tidak ada jawaban dari Reyhan, ia hanya mengulurkan tangan untuk menyalami ayahnya.
"Kamu ikut papa, ngga usah bawa motor. Mulai sekarang kamu diantar dan di jemput!" kata ayahnya sambil membalas salaman dari Reyhan.
"Ngga! Gue ga mau!" Reyhan langsung meninggalkan ruang makan dan melajukan kuda besi kesayangannya.
"Reyhan!!!" teriak ayahnya.
Ayahnya hanya menghela nafas panjang dan mengelus dadanya.
Apakah ia salah cara mendidik anak yang ia sayang selama ini? Itu yang selalu terlintas dipikirannya setiap Reyhan berbuat kurang ajar kepadanya."Pa," ucap Naufal yang menyadarkan lamunan ayahnya.
"Ohh Naufal, kamu mau pergi sekolah sekarang?"
"Iya."
"Oh yaudah kamu duluan aja, papa sebentar lagi nyusul ke sekolah kamu."
Naufal mengerenyitkan alisnya "Haa?"
"Hm..biasa. Dapat surat panggilan lagi."
"Oh." Naufal mencium singkat punggung tangan papanya sebelum berangkat ke sekolah.
"Kamu ngga sarapan dulu?"
"Ngga."
"Yaudah kamu hati-hati dijalan."
"Iya."
Naufal segera mengeluarkan motornya dari bagasi dan langsung melajukannya.
***
Tring..
Suara lonceng cafe berbunyi, cafe yang selalu Reyhan kunjungi ketika bolos sekolah bersama kedua temannya.
"Oii bro, kenapa tu muka murung amat," kata Rian memukul bahu temannya Reyhan.
"Biasa."
"Yaelah lu ngga mau tobat apa hahah," jawab Vino tertawa.
Rian memukul kepala Vino, "Kayak lo udah tobat aja."
"Sakit woi," Vino balik membalas memukul kepala Rian.
"Jadi papa lo ke sekolah hari ini? Gimana kalo lo dipanggil juga tapi lo bolos," kata Rian pula. "Bisa-bisa bokap lo tambah marah tu."
"Udahlah, gue kesini tu mau tenang bukan nambah pikiran."
"Yaudah bro maaf ya," kata Rian memasang mata pupilnya.
Vino memukul kepala Rian kembali, "Jijik."
"Sabar, sabar, orang sabar disayang Tuhan," Rian mengelus dadanya sambil memegang kepalanya. "Oh iya gue laper, tadi ngga sarapan. Ngga ada orang di rumah males banget, cuma ada bibik. Gue mau pesen makan dulu ah, oh iya minum juga abis, mau pesen juga la."
"Oi gue juga Yan, sekalian nih," kata Vino mengarahkan matanya ke Reyhan.
"Siapa ya, ngga kenal."
"Oh okay, lo jalan kaki pulang nanti," jawab Vino santai.
"Yaelah iya, mentang-mentang gue hari ini nebeng lo. Sekarang udah berani pake ancaman ya, kalo aja motor gue ngga disita sama bokap. Ehmm.. ngga jadi deh, lupakan-lupakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
NAUSY
Ficção AdolescenteSungguh cinta bertepuk sebelah tangan itu sangat menyakitkan. Kau seperti tidak pernah memperdulikan kehadiranku. Aku terus berjuang untuk mendapatkan cintamu, mungkin aku masih bisa menunggu kehadiran cintamu. Tapi jika aku telah lelah, mungkin itu...