Sepulang sekolah Adit menemaninya ke toko buku yang sering dikunjungi Syifa. Motor Adit kini telah terparkir di parkiran depan toko. Syifa pun segera turun dari motor Adit dan segera melepaskan helmnya lalu memberikannya ke Adit. Setelah itu mereka kemudian masuk ke toko buku. Adit hanya mengikutinya dari arah belakang. Kini kakinya berhenti di depan rak berukuran yang cukup besar yang menyajikan beberapa novel remaja dari penulis-penulis terkenal. Adit meraih satu buku yang ada di hadapannya membacanya sejenak lalu meletakkannya kembali.
"Lo gapapa kan kalo gue ajak kesini?" tanyanya kepada Adit yang berada di sampingnya.
"Ngga apa-apa kok, oh iya lo mau cari buku apa? Biar gue bantu cariin," tanyanya pula.
"Gue mau cari buku kumpulan rumus-rumus matematika sih."
"Loh, kok? Disini? Ini kan tempat novel-novel," katanya bingung. Ya, karena di bagian yang ia lihat-lihat dengan Syifa adalah kumpulan novel-novel remaja.
"Iya, gue lagi mau lihat-lihat dulu. Buku rumus-rumus matematika ada disana kok."
"Ohh," jawab Adit mengangguk mengerti. "Oh iya Fa, lo mau ngga nanti gue traktir ekrim di cafe deket rumah lo itu."
"Hah? Serius lo mau traktir gue? Gue ngga enak sama lo. Lo udah baik banget sama gue."
"Yaelah Fa ngga apa-apa kali, santai kek sama orang asing aja."
"Emm.. tapi.."
"Udah, udah pokoknya lo harus mau! Deal ya?" Adit mengulurkan jari kelingkingnya ke arah Syifa.
"Ya udah deh, deal," Syifa meraih jari kelingking Adit dengan jari kelingkingnya yang mungil.
***
Deru motor Adit terhenti begitu sampai di depan rumah Syifa. Adit memutuskan untuk mengantar dan menjemput Syifa sekolah setiap hari. Syifa melepaskan helm yang sejak tadi menutupi kepalanya. Adit turun dari motornya dan membantu Syifa melepaskan helm yang ada di kepalanya. Kini tangannya bergerak meraih rambut Syifa lalu merapikan rambutnya yang sedikit menutupi wajah Syifa.
"Thanks ya Dit," ucap Syifa tersenyum.
"Hmm iya, lo kalo mau minta tolong. Telpon gue aja, ngga usah sungkan."
Syifa hanya mengangguk mendengar ucapan Adit tadi.
"Gue balik dulu ya."
"Oh iya, hati-hati di jalan Dit. Bye!!!" Syifa melambaikan tangannya ke arah Adit yang ingin melajukan motornya.
"Iya, dah!!!" Adit membalas lambaian tangan ke arah Syifa.
Syifa memasuki rumahnya setelah Adit tidak ada lagi dipenglihatannya.
"Non udah pulang? Sama siapa tadi pulang?"
"Iya bik, Syifa tadi dianter Adit."
"Oh den Adit, makan dulu non," ucap bik Sarmi lagi.
"Syifa masih kenyang bik, ntar malem aja makannya. Syifa ke atas dulu yah bik."
"Oh iya non."
Ceklek
Syifa membuka pintu kamarnya, ia segera merebahkan tubuhnya di kasur. Terlihat ada peliharaannya yang tengah tidur di dalam kandang di kamarnya. Ia memejamkan matanya, sesekali ia teringat pada Adit. Ia adalah sosok yang sangat baik. Ia juga teringat pada sosok yang sudah berubah menjadi lebih baik demi dirinya. Siapa lagi kalo bukan Reyhan. Sudah tidak terasa, ia sudah mengenal cukup lama dengan Reyhan. Dan ia harus berpisah dengannya. Reyhan akan melanjutkan sekolahnya di luar negeri, ia akan merindukan kehadiran sosok seorang kakak, seperti Reyhan. Perasaannya ini benar-benar sangat aneh. Ah entahlah itu karena apa.

KAMU SEDANG MEMBACA
NAUSY
Teen FictionSungguh cinta bertepuk sebelah tangan itu sangat menyakitkan. Kau seperti tidak pernah memperdulikan kehadiranku. Aku terus berjuang untuk mendapatkan cintamu, mungkin aku masih bisa menunggu kehadiran cintamu. Tapi jika aku telah lelah, mungkin itu...