twenty two

580 34 0
                                    

Naufal melajukan motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi dengan hujan deras yang membasahi seluruh tubuhnya. Ia sangat khawatir dengan keadaan Syifa sekarang.

"Syifa.. Syifa.. Lo dimana?!" teriaknya setelah memasuki wilayah taman bunga yang dimaksud Syifa tadi. Ia tidak menghiraukan hujan yang semakin deras. Ia kesana kemari mencari keberadaan Syifa, disana terlihat sangat sepi hanya beberapa orang saja yang berlalu lalang melintasi wilayah tersebut. Sudah hampir seluruhnya ia telusuri kawasan taman bunga tapi ia tidak menemukan tanda-tanda Syifa.

"Astaga Syifa lo dimana!" gumamnya sedikit pasrah, ketika ia berlari menuju ke motornya untuk mencari di tempat lain, ia mendengar suara isakan tangis wanita yang terdengar di telinganya.

"Hiks.. hiks.. tolong gue.. hiks,"

"Syifa!?" Naufal langsung berlari ke arah Syifa yang terlihat meringkuk memeluk kedua lututnya.

Syifa mendongak melihat ke arah Naufal yang tengah berlari ke arahnya.

'Tolongin gue.. gue takut,"

"Lo ngga usah takut, ada gue disini," Naufal langsung melepaskan jaketnya dan memakaikannya ke tubuh mungil Syifa, ia merangkul kedua bahu Syifa menuntunnya berjalan ke arah motor Naufal yang terletak di luar taman bunga.

"Lo kedinginan?" ucap Naufal yang dibalas Syifa anggukan. "Gue cari taxi aja, biar lo ngga tambah kedinginan,"

"Ngga...ngga perlu,"

"Tapi--"

"Gapapa," Syifa langsung naik ke atas motor Naufal dan Naufal langsung melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Tangan Syifa melingkari pinggang Naufal yang sedang fokus menyetir dan meletakkan kepalanya di atas bahu Naufal.

"Lo ngga diapa-apain kan oleh cowok-cowok yang gue denger di telpon tadi?" tanya Naufal.

"Ngga, gue tadi berhasil kabur,"

"Ah, syukurlah,"

***

Mereka sampai di depan rumah Syifa, Naufal langsung menuntun Syifa berjalan masuk kerumahnya.

"Non? Den? Non Syifa kenapa?" tanya bik Sarmi setelah membuka lebar pintu depan.

"Ngga apa-apa bik, Syifa tadi kehujanan pas cari angkot untung ada Naufal lewat," jawab Syifa berbohong.

Mereka berjalan masuk ke dalam kamar Syifa, Syifa mengganti bajunya di kamar mandi dan mengeringkan rambutnya. Ia segera membaringkan tubuhnya di atas kasur. Bik Sarmi segera menghidupkan penghangat ruangan dengan begitu baju Naufal cepat kering.

"Fal nih handuk, biar ngga tambah kedinginan," Syifa menyodorkan handuk yang cukup besar ke arah Naufal yang langsung disambutnya.

"Bibi ke bawah dulu, buat teh hangat buat kalian. Biar enakan dikit," ucap bik Sarmi.

"Oh iya bik, boleh minta tolong siapin kompresan?" kata Naufal sebelum bik Sarmi keluar kamar.

"Iya den, nanti bibik siapkan," jawab bik Sarmi menuju ke dapur.

"Ha..ha..hacim," Syifa mengusap-usap hidungnya yang terasa gatal, ia tidak berhenti bersin. Hidungnya telah memerah dan matanya sedikit berair.

"Nih," Naufal menyodorkan tisue ke arah Syifa. "Tidur aja biar enakan,"

"Hmm makasih,"

"Nih den kompresannya, nih di minum tehnya. Oh iya, ini jaket non Syifa, dipakai aja dulu. Bibi mau balik ke dapur, mau liat masakan bibi," kata bik Sarmi yang membawa nampan berisi dua gelas teh hangat dan kompresan.

NAUSYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang