forty

652 30 4
                                    

"Syifa nomor baru" Ucap Shireen setelah meminum air lemon di hadapannya.

"Ganti nomor? Kenapa? Karena dia udah bener-bener mau ngelupain gue?" Tanya Naufal spontan.

Saat ini Shireen, Naufal, Adit dan Azka berada di cafe yang sering mereka kunjungi saat masa-masa SMA.

"Kartu SIM nya hilang, dia terakhir nelpon gue satu Minggu yang lalu. Semenjak di London dia bener-bener sibuk sama kuliah nya. Ya..tapi 100% kemungkinan dia bersyukur kartu SIM nya hilang, biar dia bisa 100% move on dari lo" Jelas Shireen. Sifat Shireen sama seperti dulu sangat ketus terhadap Naufal, walaupun ia mengetahui alasan Naufal menjadi dingin saat Syifa menyukainya. Tetapi Shireen masih tidak terima sahabatnya diperlakukan seperti itu.

"Uhuk-uhuk" Naufal tersedak makanan yang menyangkut di tenggorokan nya.

"Pelan-pelan bro!" Ucap Adit menepuk-nepuk pundak Naufal pelan "Oh ya bagi nomornya Reen"

Naufal menatap Adit sejenak kemudian mengalihkan pandangannya menatap layar handphonenya. Shireen mengucapkan satu demi satu angka nomor telepon Syifa.

"Okay, thanks. Oh iya, jangan salah sangka Fal. Gue cuma mau nanyain kabarnya doang kok" Ucap Adit memukul bahu Naufal.

Naufal mengangguk mengerti.

"Nyam..nyam..ini eskrim kesukaan Syifa nih" Azka terus mengunyah eskrim macalate dengan topping Oreo nya "Oh iya, si Milo kucing Syifa dimana sekarang?"

Shireen menatapnya heran, kenapa tiba-tiba pacarnya menanyakan perihal kucing Syifa padahal mereka sedang mengobrol tentang Syifa "Ada, dititip sama bik Sarmi"

"Bik Sarmi masih kerja?" Tanya Adit pula.

"Satu Minggu sekali ke rumah Syifa buat bersih-bersih rumah"

"Gue mau cabut duluan" Ucap Naufal beranjak dari tempat duduknya.

"Kemana? Cepet banget, baru juga makan" Tanya Azka menoleh ke arah Naufal.

"Pulang" Jawab Naufal singkat lalu meninggalkan mereka pulang ke rumah.

***

Naufal duduk di ranjang tempat tidurnya, ia mengotak-atik handphonenya. Memulai membuka aplikasi Instagram lalu mengecek DM yang ia kirim kepada Syifa satu Minggu yang lalu tepatnya saat Syifa berangkat ke London. Ia mendengus pasrah saat mengetahui tidak ada satu pesan pun yang Syifa baca. Pikirannya sudah kemana-mana, ia mengira Syifa akan benar-benar melupakannya. Tetapi ia tidak akan putus asa, sama seperti Syifa yang dulu sangat mati-matian memperjuangkannya. Naufal beralih ke aplikasi WhatsApp dan mengetik satu demi satu huruf ke nomor Syifa.

"Lo marah sama gue?" Naufal mulai mengetiknya dengan serius, tetapi tiba-tiba ia men-delete 4 kata yang ia ketik.

Ia mengetik kembali "Gue minta maaf" Sama seperti pesan pertama ia men-delete pesan itu kembali.

"Maaf" Ia mulai mengetik dan men-delete nya lagi. Itu hal yang terus ia lakukan, sudah hampir satu jam ia melakukan hal itu. Mengetik lalu men-delete nya kembali.

"Argh" Decak Naufal menjambak rambutnya kesal.

Mengapa begitu sulit untuk mengirimkan semua pesan itu. Bahkan untuk mengirim pesan menanyakan kabar saja sangat sulit. Tanpa sengaja ia menekan tombol telpon pada nomor Syifa.

***

"Thank you!" Ucap Syifa saat selesai membeli kebab. Ia mengeluarkan ponselnya sembari menyumpal telinganya dengan earphone. Ia berjalan beriringan dengan ibunya menuju kampus. Syifa mengunyah kebab sembari bersenandung kecil. Lagu yang ia putar tiba-tiba terhenti, ia menatap layar ponselnya ada nomor tidak dikenal menelponnya.

NAUSYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang