"Aw, hiks.." ringis Syifa yang langsung menitikkan air matanya. "Gue ngga pacaran sama ka--"
"Diem, lo," satu tamparan Intan langsung melayang di pipi kanan Syifa.
Syifa memegang pipi kanannya yang terasa panas dan perih itu. Ia bangkit dari lantai, dia kuat, dia tidak boleh cengeng. "Gue bu..bukan pacarnya kak Reyhan, hiks.." ia mencoba menahan perih dan sakit di sekujur tubuhnya.
"Emang kita berdua percaya gitu?! Gue tahu sifat lo, heh! Lo tu yang selalu merenggut kebahagiaan orang tahu ngga!" ucap Agnes lantang, ia mendorong Syifa sekuat tenaga hingga menabrak meja yang ada di hadapan Syifa.
Ckliingg. Botol kaca kecil terjatuh dari atas meja. Botol yang berisi air, bekas praktek yang dilakukan anak kelas 12 tadi. Saat Syifa ingin menahan tubuhnya, ia tidak sengaja menahan dengan telapak tangannya sampai terkena pecahan kaca. Hingga mengeluarkan darah segar, aw sangat perih.
Gue kuat, gue ngga boleh nangis, kenapa gue jadi lemah seperti ini? Seakan-akan gue ngga ada kekuatan untuk melawan, hiks.. -Batin Syifa.
"Gue udah puas!" ucap Intan melihat Syifa dengan senyum sinisnya, ia segera keluar dari lab fisika yang diikuti oleh Agnes. Mereka menutup pintunya rapat-rapat.
Syifa hanya menangis di tempat, penglihatannya sudah buram dengan ruangan yang gelap. Ia takut, sangat takut, ia takut kegelapan, ia takut hujan deras dengan sekujur tubuh yang sangat amat sakit. Ia tidak bisa bergerak, ia hanya bisa menangis menahan rasa sakit.
***
Hmm Syifa dimana sih, dari tadi gue telponin kok ngga diangkat -Batin Shireen. Ia mondar-mandir sambil menelpon Syifa yang tidak kunjung diangkat.
"Gue telpon Adit aja lah, buat nganterin gue kerumah Syifa," gumam Shireen.
"Yaelah ngga diangkat juga, hmm telpon Azka aja kali ya," gumam Shireen lagi.
"Halo?"
"Halo, Ka."
"Iya ada apa, tuan putri?"
"Ih paansih, kok Adit ngga angkat telpon ya?"
"Yaelah, itu anak biasa paling molor."
"Lo ngga gitu?"
"Tadi mau otw molor, tapi lo nelpon ngga jadi deh. Ohiya kenapa Reen? Tumben nelpon? Kangen ya?" ucap Azka cengengesan lewat telpon.
"Yaelah ni bocah, gue mau minta tolong nih, tapi kalo lo mau tidur, ngga jadi deh. Gue jadi ganggu waktu tidur lo."
"Haa? Mau minta tolong apa tuan putri? Waktu tidur gue, gue relain kok buat lo."
"Anterin gue kerumah Syifa, mau? Kalo lo ngga mau sih, ngga apa-apa."
"Mau, mau, gue otw. Bye, mwah."
Tuttt. Panggilan terputus. "Ihh paan sih, pake muach, muachan, segala," gumam Shireen.
Akhirnya Shireen bersiap-siap untuk pergi ke rumah Syifa. Ia menunggu Azka di luar rumah.
Tin..tin..
Klakson mobil Azka berbunyi, mobilnya berhenti di depan pagar rumah Shireen. Dengan cuaca gerimis yang perlahan semakin deras dengan gemuruh suara petir yang menggelegar. Shireen segera masuk ke dalam mobil hitam milik Azka.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAUSY
Teen FictionSungguh cinta bertepuk sebelah tangan itu sangat menyakitkan. Kau seperti tidak pernah memperdulikan kehadiranku. Aku terus berjuang untuk mendapatkan cintamu, mungkin aku masih bisa menunggu kehadiran cintamu. Tapi jika aku telah lelah, mungkin itu...