thirty six

584 36 4
                                    

"Jawablah soal-soal dengan benar, jujur dan jangan ribut!" Peringatan Bu Dina ketika ia mengawas di kelas anak didiknya.

"Siap bu"

"Jangan lupa do'a" Sahut Bu Dina kembali. Ia kemudian duduk di meja guru dan sesekali memperhatikan siswa-siswi yang tengah fokus mengerjakan soal ulangan.

Satu jam setengah adalah waktu pengerjaan satu mata pelajaran. Satu persatu kertas terkumpul rapi di meja guru dan yang sudah menyelesaikan ualangan dipersilahkan untuk meninggalkan ruangan.

"Gila! Gue ngerasa jawaban gue tadi salah semua" Ucap Shireen histeris, sekarang ia tengah berada dikantin bersama Syifa, Naufal dan Adit.

"Kenapa?" Tanya Syifa heran "Perasaan tadi lo deh yang pertama ngumpul"

"Hm" Dengus Shireen pasrah "Gue kan ngga ngerti sama sekali sama namanya matematika. Andaikan kepintaran lo bisa dibagi ke gue"

"Terus kenapa lo bisa ngumpul duluan tadi?" Adit bertanya pula "Pacar lo aja belum selesai, masih ada di kelas"

"Adit, Adit" Tatap Shireen tajam "Lo tau ngga sih? Gue tadi ngerjain matematika kurang lebih cuma lima menit, bayangin dah lo. Gue tadi ngulur waktu buat ngumpul aja lama banget. Hm.. Azka nanya jawaban aja ngga gue kasih, takutnya salah"

"Belajar makanya!" Ledek Adit tertawa.

"Gue udah belajar woi! Sampai tengah malam, fajar, sunrise, sunset, subuh, siang, sore" Jawab Shireen asal.

"Ga nyambung!" Protes Adit.

"Udah, udah" Syifa melerai "Itu, Azka datang"

"Hallo everybody!" Sapa Azka ketika baru saja duduk berkumpul dengan mereka.

"Jangan sok Inggris! Nilai Bahasa Inggris ulangan harian lo aja nol! Jangan banyak gaya!" Ucap Adit menatapnya.

Syifa dan Shireen tidak bisa menahan tawanya. Mereka tertawa terbahak-bahak mendengar pernyataan jujur dari Adit.

"Enak aja mulut lo ngomong! Bu Ati tu kemarin kelupaan nulis angka sepuluh di depan angka nol. Gitu bego!"

"Enak aja mulut lo ngatain gue bego! Baku hantam yok! Lapangan luas noh!" Protes Adit tak terima.

Mereka berdua tidak pernah menganggap sesuatu dari ucapan mereka menjadi hal yang serius. Itu hanyalah candaan semata. Mereka sering bercanda walaupun berlebihan.

"Udah, udah. Makan tu siomaynya, keburu dingin" Ucap Syifa.

***

Syifa dan Shireen berjalan beriringan menuju parkiran. Mereka sudah menunggu tiga teman cowoknya.

"Fa, nih pake helmnya" Ucap Adit sembari memberikan helm ke arah Syifa.

"Oh iya" Syifa menyambut helm itu dari genggaman Adit "Mau ngga hari ini main ke rumah gue? Mama masak banyak hari ini"

"Boleh banget! Ayo cepetan!" Seru Shireen semangat.

"Gue ngga ikut" Sahut Naufal.

"Oh iya ngga apa-apa" Jawab Shireen tersenyum.

"Kenapa?" Tanya Syifa menatap Naufal.

"Ada urusan" Jawab Naufal lalu melajukan kuda besinya keluar halaman sekolah.

Syifa melihat punggung Naufal yang perlahan menghilang dari pandangannya.

NAUSYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang