Mobil berwarna hitam berhenti tepat di depan rumah minimalis sederhana milik Syifa. Syifa berusaha menahan rasa sakit yang tiada henti di sekujur tubuhnya. Naufal membantu Syifa berjalan menuju masuk ke arah rumahnya. Sudah terlihat wanita paruh baya yang tengah berdiri di depan rumah, ya itu Bi Sarmi dengan wajah paniknya.
"Ada apa dengan non Syifa? Non ngga apa-apa?" tanya Bi Sarmi menghampiri mereka.
"Biarin Syifa istirahat dulu bik," jawab Naufal.
Syifa hanya menggelengkan kepala dan berjalan menuju ke kamarnya yang dibantu oleh Naufal dan bik Sarmi. Syifa terbaring lemah di atas kasurnya, Naufal duduk di atas kasur samping Syifa.
"Bik ada kotak P3K?"
"Oh ada, sebentar bibi ambil dulu dibawah."
Bi Sarmi mengambil kotak P3K sembari membuka pintu rumah karena kehadiran Shireen dan Azka.
"Syifa!! Lo kenapa? Lo ngga apa-apa?" Shireen berlari menghampiri sahabatnya itu dan langsung duduk di samping Syifa yang terbaring.
Syifa hanya tersenyum, "Gue ngga apa-apa kok."
Shireen mengernyitkan alisnya kearah Naufal, "Syifa kenapa?"
Naufal mengotak-atik ponselnya dan menunjukkan sebuah video ke arah Shireen dan Azka, "Nih."
Shireen langsung meraih ponsel yang disodorkan oleh Naufal, ia melihat semua kejadian yang menimpa sahabatnya itu. "Keterlaluan benget," geram Shireen.
"Gila, ngga ada otak!" upat Azka pula.
"Gue mohon sama kalian semua jangan kasih tahu soal ini ke Bi Sarmi gue takut ntar bibi nelpon mama dan buat mama khawatir mikirin gue," pinta Syifa.
"Tapi--" ucap Naufal.
"Gue mohon.. tolong.." kata Syifa memegang tangan Naufal.
Naufal hanya mengangguk mengiyakan. Bi Sarmi masuk ke kamar Syifa membawa kotak P3K yang berisi obat merah dan obat lainnya.
"Ini Den," Bi Sarmi menyerahkannya ke Naufal.
"Makasih bik," Naufal segera mengobati luka-luka Syifa.
"Ohiya Bik, Syifa mohon ngga usah telpon mama ya. Syifa ngga mau kalo mama khawatir, Syifa baik-baik aja kok," pinta Syifa kepada pembantunya itu.
"Tapi non.."
"Bik.."
Bi Sarmi mengangguk, "Oh iya bibi ke dapur dulu mau bikin teh anget."
"Waduh pas banget bik hehe," ucap Azka cengengesan.
Shireen menepuk pundak Azka, "Dasar. Hmm ngga usah Bik, jadi ngerepotin."
"Ngga kok, tunggu sebentar ya," kata bi Sarmi keluar dari kamar Syifa menuju ke dapur.
"Yaelah, Adit ribut banget di grup chat kita," ucap Azka sibuk dengan ponselnya dan membuka chat group.
••••• (1)
Adit : Azka angkat telpon gue
Azka : Why?
Adit : Gue di depan rmh lo
Azka : Gue ngga di rmh coii
Shireen : Kita lagi di rmh Syifa
Adit : Gue nyusul, otw
Azka memasukkan ponselnya ke dalam saku jaketnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
NAUSY
Teen FictionSungguh cinta bertepuk sebelah tangan itu sangat menyakitkan. Kau seperti tidak pernah memperdulikan kehadiranku. Aku terus berjuang untuk mendapatkan cintamu, mungkin aku masih bisa menunggu kehadiran cintamu. Tapi jika aku telah lelah, mungkin itu...