Bagian 9: Khitbah💕

632 53 5
                                    

Lampung, 08 Februari 2020

***

"Setelah sekian lama waktu berlalu. Aku sedikit lupa, jika dia pernah berjanji dan kini janji itu benar-benar ia tepati. Entahlah, mungkin ini yang dinamakan skenario dari Allah."

-Azia Azzahra Khoirunnisa-

***

  
   "Zia,"

   Tubuh Zia membeku di tempat. Tatapannya terus terpaku pada sosok  itu. Mulutnya bergetar tak mampu berkata apapun.

   Sampai-sampai panggilan dari Aisyah tidak ia dengarkan.

  Pukkk

  Aisyah menepuk pelan bahu Zia.  "Astagfirullah...," lirih Zia yang baru sadar dari lamunannya.

   "Ya Allah, ma---maaf... Aku engga sadar," ucap Zia terbata-bata.

   Ia segera mengalihkan pandangannya. Sejenak ia berpikir, jika yang ia lihat barusan, tidak sama dengan apa yang ia bayangkan.

   "Hati-hati nak," Anis membantu Aisyah dan Zia membersihkan pecahan kaca itu.

   "Aw," ringis Aisyah.

   "Ya Allah nak, hati-hati...," Anis meriah jemari Aisyah yang terkena pecahan kaca itu.

   Sedangkan Zia belum konek dengan apa yang di sekitarnya. Otaknya tak mampu menjelaskan semuanya.

   "Nak, sudah... Biar bunda saja. Kamu pergi duduk temani umi," titah Anis.

   Zia bergeming. Ia menatap ke arah ruang tamu yang di sana jelas sudah ada orang itu.

   "Nak," tegur Anis sekali lagi.

   "Eh, iya iya.. Astagfirullah, maaf bunda... Nisa engga sadar," jawab Zia gugup.

   "Bunda, itu laki-laki yang baru dateng, siapa ya?" tanya Zia akhirnya.

   Anis tersenyum penuh arti seraya menatap Aisyah. "Oh itu, itu Azam. Putra dari Umi Ferra." jawab Anis yang mengundang tatapan tajam dari Zia untuk Aisyah.

   Alhamdulillah, berarti gue salah. Batin Zia.

   "Nanti aku jelaskan," sela Aisyah sebelum Zia marah tidak jelas.

   "Memang selama ini Aisyah tidak pernah cerita tentang kakaknya itu dengan kamu?" tanya Anis.

   Zia menggeleng. "Bunda kira udah tahu," ucap Anis.

   Memang benar adanya, jika Aisyah tidak pernah menceritakan tentang ia yang memiliki kakak pada Zia.

   "Ya udah gih, sana. Nanti bunda aja yang buatin teh lagi."

   "Tapi, bun..."

  "Nisa bunda engga nerima penolakan." seru Anis cepat.

   Akhirnya Zia pasrah dan mengikuti apa kata bundanya.

   "Iya iya bun,"

Azia Ferrario 2 ✔️ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang