Bagian 36: Yang Sebenarnya Terjadi

376 40 26
                                    

Lampung, 25 Juli 2020

Jangan lupa follow... :")

@ArtikaAd

***

“Karena terlalu cinta. Ia sampai takut menyakitimu. Dan karena terlalu sayang, ia sanggup melalui hari-harinya tanpa kehadiranmu.”

***

   Untuk kali ini cuaca sedang tidak bersahabat pada kedua sahabat yang tengah bercengkrama hangat. Ah, tidak! Mungkin lebih dari itu. Untung saja keduanya sudah sama-sama dewasa untuk menyikapi keadaan yang ada. Bagi Anggara, kehadiran Alvin saat ini adalah mimpi yang begitu mustahil nyatanya. Sedangkan bagi Alvin, bertemu dengan Anggara lagi adalah perkara yang sangat ia inginkan.

   Keduanya sama-sama menyikapi takdir dengan dewasa. Memilih untuk menerima kenyataan baru, tanpa harus banyak bertanya—kenapa bisa dan bagaimana mungkin.

   Kepakan sayap burung yang hinggap di pohon mampu mengalihkan pandangan Alvin. Tersenyum getir, ia kembali menatap Anggara.

   “Kenapa?” tanya Anggara yang sudah mengerti maksud dari senyuman Alvin.

   “Gak nyangka gue. Ternyata cuma lo yang yakin, kalau gue masih hidup. Seenggaknya, nama gue selalu di hati lo, Gar,” lirih Alvin.

   Anggara menepuk pelan pundak Alvin. Memang benar adanya jika beberapa detik lalu, antara keduanya, Anggara-lah yang lebih dulu menceritakan semua kejadian setelah kepergian Alvin. Jelas Alvin berkecil hati saat mengetahui anggota geng Alexander sudah bubar. Tidak ada geng-gengan lagi semenjak mereka resmi lulus. Alvin menyimpulkan—dari cerita Anggara—jika semua anggota inti geng Alexander sudah melupakan Alvin begitu saja. Padahal nyatanya tidak sama sekali.

   “Engga gitu maksud gue, bro.” gurau Anggara. “lo salah kalau nyimpulinnya gitu. Karena maksud gue—”

   “ANGGARA MANA MOBIL KAMU?!”
Suara Anggara terhenti begitu saja saat mendengar suara teriakan Rio dari dalam rumah itu.

   Ya, Anggara memang membawa Alvin keluar dari rumah itu, tapi tidak benar-benar pergi dari tempat itu. Betapa terkejutnya Anggara ketika melihat Rio membopong Zia sambil berlari.

   Oke, baiklah... Setidaknya kalian sudah sangat tahu betapa reaksi Alvin saat ini. Jika Anggara saja begitu paniknya, apalagi Alvin bukan?

   “It--itu Io.” Anggara menuntun Rio ke mobilnya.

   Rio membawa Zia ke kursi belakang. Dengan rasa takut yang luar biasa, ia sampai tidak fokus pada sekitar. Hang di pikirannya saat ini hanyalah Zia, dan Zia! Bagaimana mungkin istrinya itu pingsan tiba-tiba. Jelas Rio sangat khawatir dan menyuruh Anggara untuk mengemudi.

   “Gar, cepet bawa mobilnya!” titah Rio pada Anggara.

   Sedari Rio keluar membawa Zia yang sudah tidak sadarkan diri, Alvin berulang kali ingin menyentuh Zia, tapi berulang kali itu juga Rio menghindarkan tubuh Zia dari tangan Alvin.

   Anggara menutup pintu mobil, lantas menengok ke belakang. Baru saja ia ingin membuka suara, Alvin sudah memotongnya lebih dulu.

   “Gue ikut!” Seolah itu adalah pernyataan tanpa bantahan.

   Hah? Mana mungkin Rio dan Alvin berada di satu mobil dan di situ pula ada Zia. Anggara merasa jika saat itu juga, lebih baik ia menghilang dari tempat itu saja. Daripada harus dihadapkan pada situasi rumit seperti itu.

Azia Ferrario 2 ✔️ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang