Bagian 40: Naira... Si Bidadari

352 38 10
                                    

Lampung, 10 Agustus 2020

***

“Takdir ini lucu! Dan gue enggak bisa nerima itu dengan mudahnya! Di sini... Siapa yang harus gue percaya?”

-Alvin Rich Alardo-

***

   Asap rokok Alvin mengepul begitu saja. Dalam sekali duduk, entah keberapa kali ini rokok yang suruh diisapnya. Anggara yang sudah tidak merokok lagi, hanya bisa bergedik ngeri melihat Alvin yang mengisap rokoknya dengan cepat. Selama ini, Alvin sudah tinggal di apartemen Anggara.

   “Lo saraf ya!” caci Anggara tiba-tiba. Sekalinya membuka suara langsung mengumpat saja.

   Alvin melirik Anggara. “Salah gue?” tanya Alvin begitu santainya.

   “Salah lo. Lo belum cerita siapa orang yang udah nyelamatin lo dan bisa bantu lo untuk dapet donor mata!!!” Pokoknya Anggara ngegas. Titik.

   Pria itu melirik Anggara sekilas. Kurang asemnya Alvin, ia mengepulkan asap rokoknya di depan wajah Anggara.

   “BANG– Astagfirullah.... Emang enggak ada adab ya lo Vin!” Anggara mencaci Alvin dengan keras.

   “Otak lo kurang asupan rokok. Makanya telmi gitu!” ujar Alvin ngaco.

   “Gak ada hubungannya! Udah cepet cerita!” Sungut Anggara.

   Diam sejenak, Alvin membuang puntung rokoknya ke asbak. Kemudian pria itu menyandarkan tubuhnya ke kursi. Anggara melihat Alvin kesal, belum lagi Alvin justru menutup matanya.

   “Lo kok malah tid—” Ucapan Anggara berhenti saat bantal kursi melayang ke wajahnya.

   “Orang yang udah nyelamatin gue itu bidadari kayangan.”

  Brushttt... Dengan tidak sopannya, Anggara menyemburkan kopinya ke wajah Alvin. Untung saja dengan cepat Alvin menutupi wajahnya dengan bantal kursi. “Bangsat ya lo, Gar!” caci Alvin.

   “Woi! Bangun! Ceritanya jangan sambil mimpi. Kemana-mana juga gue enggak akan percaya lo cerita itu.” Anggara mengusap sekitar mulutnya yang terkena kopi.

   Alvin melemparkan bantal kursi—yang tadi sebagai perisainya dari semprotan kopi Anggara—ke lantai. Ia bangun dari posisi bersandarnya itu. “Asal lo tahu! Gue bener-bener diselamatin sama bidadari!” Alvin berujar dengan nada yang sudah serius. Membuat Anggara menaikkan satu alisnya.

   “Namanya?” Anggara mulai percaya.

   “Naira Malika Wardatusi.” jeda persekian detik. “dia wanita yang sholeha. Cantik dan anggun.”

   Krik-krik... Krik-krik.... Tiba-tiba suasana seperti malam hari. Hening, sampai suara jangkrik terdengar. Detik selanjutnya, tawa Anggara pecah begitu saja.

   “Lah, kenapa jadi ketawa lo bangsat?!” kesal Alvin pada sahabatnya satu itu.

   Di sela-sela tawanya, Anggara berujar, “Mana ada cewek shaliha yang ngerti agama, terus mau bantuin lo sampe segitunya. Pasti saat lo buta dulu gak mungkin kan kalau dia gak bantu lo jalan, terus berdua-duaan...,”

Azia Ferrario 2 ✔️ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang