Bagian 17: Kamu Cemburu?

465 57 9
                                    

Jangan lupa follow akun Wattpad Author....

Supaya kalau ada pengumuman tentang AF bisa lebih mudah kalian tahu dari yang aku bagiin. Oke, makasih yang sudah mau. Yang engga mau, so aku engga maksa. 😂😂😂

Lampung, 07 Mei 2020

***

   Setibanya Zia dan Rio di rumah. Rio langsung keluar begitu saja dari dalam mobil tanpa membuka pintu mobil-----seperti yang selalu ia lakukan-----dan sama sekali tidak berbicara sepatah kata pun pada Zia.

   Zia yang hendak mengajak Rio berbicara langsung bungkam begitu saja tatkala Rio keluar dari mobil.

   Ya Tuhan... Tidak tahu kah Rio, jika Zia sudah menangis karenanya? Dan sekarang Zia menangis kembali.

   Zia menatap kepergian Rio yang sudah masuk ke dalam rumah lebih dulu, sedangkan dirinya masih setia berada di dalam mobil.

   "Aku salah apa sih?" Zia terisak dengan sendirinya. Namun lagi-lagi ia berusaha mengerti keadaan dan situasi yang ada. Zia juga berusaha husnudzon pada suaminya.

   Ia memilih untuk keluar dengan sendiri. Dan sebelum masuk ke dalam kamar, ia mencuci mukanya lebih dulu-----agar Rio tidak mengetahui jika ia sudah menangis.

   Setelah cuci muka, Zia langsung masak untuk Rio. Kenapa untuk Rio saja? Ya, karena Zia masih kenyang setelah makan cukup banyak dengan ketiga sahabatnya di kafe tadi siang. Jadi, ia sengaja masak untuk Rio. Mau bagaimana pun, ia tetap dan harus melayani Rio dengan baik.

   "Allahuakbar...," pekik Zia ketika telunjuknya terkena sayatan pisau. Baru kali ini Zia memasak dengan fokusnya yang memikirkan Rio.

   Entah sejak kapan Zia menjadi wanita yang cengeng. Sudah berapa kali dalam hari ini ia menangis? Dan sekarang menangis lagi.  "Kamu kenapa si Rio?" lirih Zia seraya menatap darah segar yang terus keluar dari jarinya.

   Sepanjang Zia memasak------Rio sama sekali tidak menemaninya seperti biasanya, bahkan membantu Zia memasak. Dan parahnya lagi Zia tidak melihat keberadaan Rio di lantai bawah. Rio tidak seperti biasanya! Dan Zia tidak suka itu.

   Berusaha sabar, akhirnya Zia melanjutkan pekerjaannya. Dan setelah selesai ia hendak naik tangga---- ke kamar mereka-----namun di saat itu pula Rio turun dari tangga dan memakai pakaian rapi.

   "Rio, kamu mau kem----" ucapan Zia terhenti begitu saja ketika Rio hanya menatapnya sekilas sambil menggulung lengan kemejanya.

   Merasa tidak ada jawaban. Dan yang ditanya justru melewati Zia begitu saja, akhirnya Zia bertanya lagi kepada Rio. "Rio! Aku tanya kamu mau kemana?" terdengar suara Zia yang sudah naik satu oktaf.

   Langkah kaki Rio terhenti ketika mendengar suara Zia yang sedikit meninggi. Namun ia tidak menoleh ke belakang. "Pergi." Satu kata yang mampu membuat Zia menahan sesak.
Belum lagi suara itu sangat dingin.

   Zia memutar bola matanya malas. "Iya aku tahu, maksdunya mau kemana?" Suara Zia melembut kali ini.

  "Harus banget dijawab?" ketus Rio dan kali ini melihat ke arah Zia yang berada di tangga atas.

   Mau tidak mau Zia tercengang mendengarnya. Hatinya mencelos mendengarnya. Bukan jawaban itu yang ingin ia dengar. "Astagfirullah haladzim... Rio!" seru Zia.  "Kamu kenapa si? Istigfar, kenapa mendadak kamu jadi dingin gini, salah aku apa?"

Azia Ferrario 2 ✔️ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang