Bagian 13: Ciuman Pertama!

770 57 18
                                    

Lampung, 24 Maret 2020

***

Setelah Zia dapat terlelap dengan sempurna. Kini, saatnya Rio yang membuka matanya. Ia menatap wajah sang istri dengan jarak yang sangat dekat. Mengingat kejadian beberapa puluh menit lalu ia dapat memeluk Zia erat. Rasanya itu seperti mimpi bagi Rio.

Rio tersenyum senang menatap sang istri, Cantik, batinnya.

Maka, nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan? Setelah bertahun-tahun mencintai dalam diam gadis cantik yang mempunyai masa lalu kelam, kini ia dapat dengan bebas menatap setiap inci wajah wanita itu dengan sepuasnya.

Merah kurang puas menatap wajah sang istri, kini Rio bergerak perlahan mendekati wajahnya dengan wajah Zia. Hingga tidak ada jarak antara keduanya. Memandang wajah Zia yang damai seperti itu----- dapat membuat hati Rio tak karuan senangnya.

Dari alis hitam yang sudah berbentuk rapi, wajah putih bersih dan kemerah-merahan, tunggu!! Kemerah-merahan katanya?? Apa Zia demam?? Namun, sayangnya Rio tidak sadar akan hal itu.

Kembali ia tatap hidung mancung yang mungil, senyuman yang manis karena lesung pipi yang muncul setiap kali ia tersenyum. Dan beralih menatap bibir ranum Zia.

Bibir yang sangat mungil dan tipis, merah alami, persis seperti warna jambu biji yang baru matang----- benar-benar membuat Rio.... Ah, Astagfirullah...!!

Rio membuang pemikiran otaknya jauh-jauh!!!

Dengan cepat ia berucap istigfar dan menjauhkan wajahnya dari Zia. Ia berusaha memejamkan matanya dengan terus melangitkan istigfar. Beruntung menit selanjutnya, ia dapat tertidur dengan nyenyak.

Aku tahu kamu melihatku dengan tatapan seperti apa... Tapi, maaf, aku belum siap, batin Zia seraya membuka matanya----- ketika dirasa Rio benar-benar sudah terlelap.

Zia tersenyum hangat menatap Rio seperti itu. Rupanya, Rio menghargai keputusan Zia, pikirnya.

Perlu ia ingat, jika ketika SMA----- ia juga pernah mengatakan di hatinya jika Rio memang tampan. Dan kini, ketampanan itu dengan puas bisa ia lihat di setiap harinya.

💨💨💨

Pagi yang cerah. Secerah hati anggota keluarga yang baru saja selesai mengaji dan mengadakan majelis taklim.

"Jadi, sampai di sini pembahasan kita tentang kemudian bulan ramadhan, kita lanjutkan nanti malam. Mari kita tutup dengan doa kifarotul majelis."

"Subhanaka Allahu'wabihamdika....," dan ketiga wanita itu pun melanjutkan doanya.

Selepas sholat subuh berjamaah dengan diimami oleh Ferra. Lalu Zia dan Aisyah mengaji bersama dengan Ferra dan selepas itu mereka melakukan rutinitas setiap pagi; mengadakan majelis taklim.

Ya itu memang rutinitas keluarga Ferra dari awal mereka berkeluarga----- jauh sebelum kepergian Andrio, Ayah Rio dan Aisyah.

Sedangkan Rio masih di Masjid. Selepas sholat biasanya di Masjid terdekat mereka----- akan ada pengisian ceramah dari ustad. Berhubung kini ustadnya sudah memberi kepercayaan pada Rio, jadi sejak kepulangan Rio dari Mesir, ia sudah diberi amanah untuk menjadi pengisi materi.

Azia Ferrario 2 ✔️ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang