Bagian 32: Calara, Si Wanita Iblis

472 34 10
                                    

Lampung, 13 Juli 2020

***

   Zia mengerjapkan matanya saat dimana ia baru sadar dari pingsannya —kedua kali ini, setelah tadi sempat bangun sebentar. Bangunnya Zia karena dia ingin mendengar suara keributan dari luar ruangan. Ah, ralat! Gudang tempatnya disekap, maksudnya.

   “BODOH KAMU!!!”

   “Maaf Bos. Saya sangat lupa. Karena yang saya ingat, memang sudah waktunya.”

   “PRIA ITU SEHARUSNYA TIDAK TAHU SEKARANG. KARENA KAMU BODOH!”

   Prangg.

   “Allahuakbar.” lirih Zia, ia terkejut ketika mendengar pecahan kaca dari luar sana.

   Terdengar suara pria yang membentak wanita. Zia masih ingat betul, siapa wanita itu. Wanita yang menculik Zia itu adalah wanita yang sebelumnya sudah menjebak Rio. Zia sendiri bingung, kenapa bisa wanita itu kabur dari penjara. Yang jelas masa hukumannya belum selesai.

   Zia masih berpikir keras siapa sebenarnya wanita itu. Apa maunya? Sebelum dia menjebak Rio, ternyata alasan dia bekerja di perusahaan Rio itu sepertinya juga ada maksud terselubung.

    Di luar sana, mereka tengah membahas seseorang. Tapi siapa itu? Siapa yang dimaksud pria itu, Pikir Zia. Jangan tanyakan bagaimana keadaannya saat ini, kaki dan tangannya gemetaran tak karuan.

   “BAWA WANITA ITU KESINI!”

   Apa wanita? Wanita siapa? Wajah Zia kian pucat kemasi ketika mendengarnya. Wanita mana yang akan dibawa kecuali dirinya yang saat ini disekap mereka. Zia menelan salivanya sudah payah saat suara derapan langkah kaki mereka di luar memasuki tempatnya.

   Ya Allah... Hamba yakin pada takdir-Mu. Jika memang mati dengan cara dibunuh seperti ini sudah Engkau tetapkan untuk hamba, maka hamba siap ya Allah. Tapi tolong, selamat kan anak hamba. Hamba tidak mau terjadi sesuatu dengannya.

   Zia melangitkan doa dan permohonan di hatinya. Harapannya saat itu tidak tentang dirinya, melainkan anak yang di dalam perutnya. Ia mengelus lembut perutnya dengan air mata yang sudah jatuh kesikan kalinya. Zia hanya dapat menggelengkan kepalanya dan menggigit bibirnya kuat saat itu.

   Brakkk

   Pintu terbuka dan menampilkan satu wanita yang Zia ingat adalah penculiknya. Rasanya jika boleh bernego lebih dulu, Zia akan bernego pada situasi ini. Setidaknya, biarkan waktu ini dilewati begitu saja. Tapi mana bisa, karena keadaannya kini wanita itu sudah di depan Zia.

   “Mampus lo hari ini!” ujarnya pada Zia.

   Ia hendak meraih dagu Zia, tapi segera mungkin Zia menyentak tangannya. “Siap kamu sebenarnya? Apa salah saya ke kamu?” tanya Zia.

   “Nggak usah banyak tanya deh lo! Ayo ikut gue sekarang.”

   “Nggak!”

   Sorot mata wanita itu kian menajam saat Zia melawannya. Ia menarik paksa tangan Zia dan langsung menyeret Zia tanpa rasa salah dan dosa.

Azia Ferrario 2 ✔️ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang