Bagian 35: Kepasrahan Rio

292 41 29
                                    

Lampung, 20 Juli 2020

***

“Apa yang bisa aku lakukan, selain pergi dan mengikhlaskan—saat kamu memilih dia. Dan kalian sama-sama masih menyimpan rasa.”

-Muhammad Azam Ferrario-

***

    “Alvin!”

   Kontak mata antara Alvin dan Zia langsung putus saat Anggara memanggil Alvin. Alvin melihat ke arah Anggara yang berjarak tidak begitu jauh darinya. Mata Anggara berkaca-kaca melihat Alvin saat itu. Sepertinya tidak mungkin, tapi inilah kenyataan yang ada. Alvin berjalan mendekati Anggara.

   “Gar,” desis Alvin saat itu.

   Dino yang melihat kejadian itu sangat bingung. Ia hanya memilih untuk pamit pulang pada Rio. Setidaknya, dengan urusan Rio dan Zia, Dino mengerti akan hal itu.

   “Gar, lo,”
  
   “Vin... Ini bener lo kan?”

   Alvin mengangguk dan langsung memeluk Anggara. Awalnya Anggara tidak membalas pelukan Alvin, tapi saat hatinya begitu yakin, jika itu memang benar Alvin. Maka ia langsung membalas pelukan Alvin dan menangis saat itu juga. Tolong jangan katakan ini alay. Karena kalian tidak tahu seberapa bahagianya kenyataan ini bagi Anggara. Kehilangan sahabat terbaik yang faktanya dulu sudah meninggal dunia, tapi kini bisa memeluknya lagi, sungguh ini anugerah terindah dari Allah bagi Anggara.

   Keduanya melepaskan pelukan. Anggara menepuk-nepuk pundak Alvin. “Gue yakin Vin. Gue bener-bener yakin dari saat itu. Kalau lo belum meninggal.” Anggara menatap sendu Alvin dari atas sampai bawah.

   Sungguh, Anggara tidak bisa berkata-kata lagi saat ini. Ia menyeka air matanya dan kembali memeluk Alvin. Memukul-mukul punggung Alvin cukup keras. “Gue rindu lo, Vin. Bos besar Alexander.” ungkap Anggara dengan tulus.

   “Gue yakin Gar. Di saat semuanya nganggep gue udah mati. Cuma lo satu-satunya sahabat yang percaya gue masih hidup. Thanks bro.” jawab Alvin sambil tak sengaja matanya menatap Zia.

   Anggara mengikuti arah pandang Alvin, yang ternyata Zia juga menatap Alvin. Kemudian Anggara menatap Rio, yang dimana saat itu Rio menundukkan kepalanya. Sungguh, Anggara sangat mengerti bagaimana situasi hati Rio saat ini. Kenapa juga semua serumit ini? Di satu sisi, Anggara bahagia dengan kedatangan Alvin. Tapi di lain sisi juga, Anggara tahu betul betapa rumitnya rumah tangga Zia dan Rio ke depannya.

   Sebenarnya juga, mau dengan cara  apapun Alvin datang kembali dalam kehidupan mereka. Semuanya tergantung pada Zia. Keputusan ada di tangan wanita itu. Jika di hati Zia masih tersimpan rapi nama Alvin, artinya sekuat apapun Rio mempertahankan hubungan mereka, maka akan tetap berakhir juga. Begitu sebaliknya.

   “Zi—” Alvin hendak berjalan mendatangi Zia lagi, tapi ditahan oleh Anggara.

   “Ikut gue Vin.” ajak Anggara sambil menarik lengan Alvin.

   “Mau kemana Gar?” tanya Alvin.

    “Antara lo dan gue, kita sama-sama hutang cerita.” jawab Anggara sambil terus menarik lengan Alvin untuk keluar dari ruangan itu. Lebih tepatnya untuk meninggalkan Zia dan Rio.

Azia Ferrario 2 ✔️ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang