Bagian 21: Kalian?

385 41 4
                                    

Lampung, 31 Mei 2020

***

  
   Brak!

   “Assalamu'alaikum...” Gebrakan pintu yang keras dan suara salam dari Rio sangat kentara cemas.

   Setelah mendapat kiriman foto seperti itu. Jelas sebagai suami ia cemas bukan main. Dengan perasaan yang berkecamuk ia langsung pulang—memutuskan meninggalkan pekerjaannya—memberikan tugasnya pada Aisyah.

    “Zia!” teriak Rio lagi.

   Sambil berjalan memasuki rumah. Ia terus memanggil nama Zia. Rio semakin was-was dibuat Zia.

   Ketika tidak satu pun jawaban yang Rio dengar dari rumah besar itu, ia langsung berlari menaiki tangga.

    “Ya Allah... Zia,” lirih Rio.

   Keringatnya terus keluar tatkala menaiki anak tangga satu persatu.

    “Zia kam---”

   Ucapan Rio terhenti begitu saja tatkala melihat Zia tertidur pulas di atas ranjang. Ia menghela nafas panjang. Lantas langsung berlari kecil ke arah ranjang.

   Tanpa peduli dengan keadaan sang istri yang tengah tertidur pulas, Rio langsung memeluk tubuh Zia dari belakang dengan sangat erat. Ia mencium kepala Zia dengan sangat lama.

   Mata Rio terpejam kuat—ketika mencium Zia—dengan bersamaan air matanya yang keluar.

   “Ya Allah, sayang,” bibir Rio bergetar ketika mengucapkan itu.

   Hal yang paling ia takuti akhir-akhir ini adalah kehilangan Zia. Ia tidak ingin Zia dalam masalah. Ya, masalah apapun itu.

   Karena tetesan air mata Rio yang jatuh di pipi Zia. Zia langsung bangun dari tidurnya. Ia berbalik badan dan langsung melihat Rio. Padahal ini baru jam sebelas pagi. Karena kejadian beberapa puluh menit lalu itulah yang membuat Zia mengurung dirinya di dalam kamar, sampai tertidur pulas.

   “Rio! Kamu... Kamu kok udah pulang?” Kaget Zia melihat Rio yang sudah pulang kerja.

   Belum lagi kini, Rio menangis sambil memelukya.

   “Lho, kok nangis? Kamu kenapa Rio?” tanya Zia kembali. Jelas ia akan panik.

   Rio tidak menjawab ucapan Zia. Ia langsung meraih wajah Zia. Rio membolak-balikkan wajah Zia ke kanan dan ke kiri.

   “Rio kamu kenapa si?”

   “Wajah kamu engga disentuh sama pria itu kan?”

   “Apa lagi yang disentuh dia? Dia engga.. Arghhh!!!

   Pertanyaan Rio yang beruntun itu langsung menggebu-gebu ketika mengingat foto itu. Di mana Zia dipeluk pria itu.

   “KAMU KENAPA ENGGA BISA JAGA DIRI SIH HA?! SAMPAI BISA DIPELUK SAMA LAKI-LAKI LAIN?!”

   Hah? Zia terlonjak kaget mendengar suara Rio yang sudah sangat tinggi. Selama Zia mengenal Rio—bahkan sejak SMA pun—tidak pernah ia melihat Rio semarah itu. Belum lagi mata Rio benar-benar menyiratkan amarah yang tak kalah besar dari suaranya itu.

Azia Ferrario 2 ✔️ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang