Bagian 16: Mereka Datang

625 50 12
                                    

Lampung, 04 Mei 2020


***

   Semenjak kejadian di malam itu. Baik Rio maupun Zia, mereka sama-sama tidak mau mengatakan hal yang dipikirkan. Padahal mereka sama-sama memikirkan hal yang sama.

   Kejanggalan dengan sosok misterius itu mengharuskan mereka berhati-hati. Namun, itu tidak berlangsung lama, sebab sosok misterius yang sudah dipikirkan negatif oleh mereka----tidak lagi mengintai rumah mereka.

   "Kenapa?" tanya Ferra. Ia terkejut atas ucapan putranya.

    "Kenapa kalian mau pindah? Apa kalian engga betah di rumah ini? Atau ada sesuatu atau gimana?" tanya Ferra berbondong.

   Kini Rio, Zia, Ferra dan Aisyah tengah duduk di ruang keluarga. Rio menatap Zia dan mereka saling melempar tatapan. Seakan mengerti maksud Rio, Zia mengangguk.

   Zia duduk di bawah Ferra. "Umi, Zia dan kak Azam pindah bukan karena alasan-alasan yang Umi sebutkan tadi." ujar Zia.

   Hati Rio menghangat ketika Zia memanggilnya 'Kak'. Terlebihnya lagi, ini untuk pertama kalinya Zia menyebut namanya dengan 'Azam'.

****

   "Huh.... Cape ya beres-beres barangnya," celetuk Zia ketika kini ia tengah membereskan barang-barang pindahannya.

   Ya, kini sepanjang suami istri itu sudah pisah di rumah baru mereka. Percayalah, tidak mudah bagi Zia dan Rio membuat Ferra percaya dan melepaskan mereka begitu saja.

   Jika saja bukan karena alasan untuk belajar mandiri dalam berumah tangga. Maka jelas Ferra tidak menerima alasan-alasan yang kurangi tepat.

   Sayangnya, bukan Rio dan Zia namanya, jika keduanya tidak bisa meyakinkan Ferra.

   "Iya. Lagian si, banyak banget barangnya,"  ujar Aisyah yang ikut membantu Zia.

   "Itu pak.. Itu, lemarinya ditaruh di situ aja,"

   "Iya iya... Itu yang di pojok,"

   Aisyah dan Zia saling tersenyum dan ketika melihat Ferra begitu antusias menata barang-barang.

  "MasyaAllah... Cape juga ya,"  ujar Ferra ketika mereka sudah selesai dengan semua perkajaan.

   "Umi, Zia buatin minuman dingin, mau ya?" tanya Zia. Pasalnya ia sangat hafal dengan Ferra yang sangat jarang minum minuman dingin.

   Ferra tersenyum hangat pada mantunya itu. "Iya, boleh nak," Jawabanya.

   "Aku bantu Zia dulu ya mi," ujar Aisyah yang ikut di belakang Zia.

   Setelah membuat minuman untuk mereka bersama. Zia kembali duduk bersama Ferra dan Aisyah.

   "Nak, Umi mau bilang, kalau nanti saat kalian udah tinggal di sini. Kalian harus baik-baik ya. Jangan lupa dengan kewajiban masing-masing. Nah, saat seperti ini, Azam sedang bekerja di kantor. Meski sementara, tapi kamu harus rajin menghantarkannya makanan, beri dia perhatian yang mampu membuat Allah senang denganmu. "

Azia Ferrario 2 ✔️ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang