Bagian 12: Izinkan Aku Mencintaimu

756 63 5
                                    

Lampung, 07 Maret 2020

***

"Sekalipun hari ini kamu belum bisa mencintaiku. Tapi, izinkan aku untuk mencintaimu dan membuatmu jatuh cinta padaku. Mulai hari ini, esok hari, dan selamanya."

-Muhammad Azam Ferrario-

***

Di malam hari ini. Sesudah sholat isya, Zia duduk di atas ranjangnya.

Dari sholat magrib sampai isya ia belum melihat Rio kembali dari Masjid. Ia menatap ke sekeliling kamar barunya. Jelas, itu bukanlah kamar dia.

Pasalnya sesudah acara pernikahan selesai mereka langsung kembali ke rumah Rio. Namanya saja orang yang berada dan mempunyai banyak usaha, jadi jika kamar itu dikatakan kamar milik Rio, rasanya kurang benar.

Sebab, kamar Rio sedari kecil hanya ada di Jakarta. Sejatinya rumah ia ada di Jakarta. Sedangkan di sini----- Yogyakarta, hanyalah tempat usaha kedua orangtuanya saja. Ya, lebih tepatnya lagi Ibunya. Ayahnya? Sepertinya kalian sudah tahu tanpa dijelaskan.

Rumah yang kini Zia tempati tidak lain dan tidak bukan adalah rumah Ferra yang bersebelahan dengan indekos-nya semasa ia berkuliah dulu.

Ya, siapa mengira jika rumah yang dulu selalu ia kunjungi, kini menjadi rumahnya juga.

Tiba-tiba ponsel Zia berbunyi.

Bunda.💗

Senyum Zia mengembang ketika ibunya menelefon.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabaraktuh...." Salam Zia dengan semangat yang menggebu.

"Wa'alaikummusalam warahmatullahi wabaraktuh...." jawab Anis di seberang sana.

"Bunda... Nisa rindu," ujar Zia tidak tahu malu.

"Ah, kamu ini... Seperti anak kecil saja,"

Baiklah, baru saja mereka terpisahkan oleh jarak beberapa jam lalu, kini sudah rindu saja.

Zia terkekeh. "Bunda, Nisa bingung harus ngapain malam ini," ujar Zia begitu polos.

Tanpa Zia ketahui. Anis sudah menahan tawanya mati-matian di seberang sana.

"Lakukan apa yang harus kamu lakukan. Jangan nanya gitu ih, Bunda mau ketawa dengarnya."

"Ih, malah ketawa kan... Orang Nisa tanya juga," sungut Zia.

"Hahahaha... Ya sudah lah, Bunda matikan telfonnya ya. Pesan Bunda, ingat! Kamu harus jadi istri yang sholehah dan harus mau dibimbing," tutur Bundanya mengingati.

Zia tersenyum hangat mendengarnya. "Iya Bunda... Doakan Nisa bisa jadi istri sholehah ya Bun. Ih, kok Bunda buru-buru matiin si, Ayah man..."

"Ya udah ya nak. Bunda tutup, Assalamu'alaikum..."

Tanpa mendengar satu sama lain. Keduanya terus berbicara masing-masing. Sampai pada Zia terdiam ketika sambungan telfon dimatikan.

Azia Ferrario 2 ✔️ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang