Bagian 39: Rahasia Terbesar Yang Disembunyikan

379 43 19
                                    

Lampung, 29 Juli 2020

Selamat membaca dan silakan komentar sesuai isi hati kalian... :")

Semoga di part ini kalian bisa menerima kenyataannya ya...

Jangan lupa komentar...

***

“Siapa yang bisa menentang takdir Allah? Sebagai manusia, kita hanya bisa berencana dan menerima segala ketentuan dari-Nya. Baik buruknya jalan cerita hidup kita, kita harus melewatinya—suka ataupun tidak suka.”

***

   Hari ini Khoiri sudah siap dengan segala persiapannya menuju Jakarta. Dengan mengajak istrinya—Anis— mereka pergi berdua. Setelah mendapat alamat yang diberikan Alvin, Khoiri langsung memberi tahu maksud dan tujuannya pada Anis di rumah. Dari perjalanan saat matahari yang nampak malu-malu, kini cahaya matahari begitu menyengat kulit. Khoiri dan Anis keluar dari mobil mereka.

   “Benar ini Yah, rumahnya?” tanya Anis pada Khoiri.

   Khoiri mengangguk dan mengedarkan pandangannya. “Iya bun, seperti alamat dan ciri-ciri yang diberi tahu Alvin. Ya tempatnya ini.”

   Rumah besar yang terlihat menyejukkan pandangan dengan tanaman hijau di depannya.

    “Ya udah, ayo kita coba masuk....” ajak Khoiri.

   Keduanya menekan bel utama gerbang. Tidak lama dari itu keluar seorang wanita yang cukup muda dari dalam rumah dan membukakan gerbang. “Iya, maaf mencari siapa ya?” tanya wanita itu.

   “Assalamu'alaikum, mba...” Salam Anis padanya. Sedangkan Khoiri memilih untuk diam dan tidak menatap wanita itu.

   “Iya, Wa'alaikumussalam... Car-cari siapa ya?” Wanita itu agak gugup.

   “Apakah benar ini rumahnya nek Nuri?” tanya Anis dengan senyum tulusnya yang tak terlihat di balik niqobnya.

   Wanita itu memperhatikan Anis dari atas sampai bawah. Pakaian serba hitam? Begitulah yang di pikirannya saat pertama kali melihat Anis.

   “Iya benar.”

   “Apakah nek Nuri-nya ada? Kami ingin bertemu dengan beliau,” ujar Anis sambil menunggu perubahan reaksi wanita itu. Sebab, sedari tadi cara wanita itu begitu aneh memperhatikan Anis.

   “Tunggu sebentar ya!” ucap wanita itu sambil ia menutup kembali gerbang.

   Khoiri menghela nafas panjang setelah kepergian wanita itu. “Pasti pandangan dia sama dengan orang-orang di luar sana. Menganggap aneh wanita bercadar.” ujar Khoiri lesu.

   Anis tersenyum ke arah suaminya. Ia meraih tangan Khoiri dan mengelusnya lembut. “Jangan seudzon gitu, Abi. Barang kali dia berhati-hati saja. Siapa tahu itu salah satu aturan di rumah ini.” ujar Anis.

   Tidak lama dari itu wanita itu keluar lagi dan membukakan gerbang. “Silakan masuk Buk, Pak.” ucapnya sambil tersenyum ramah.

   Dari tadi kek, senyum ramahnya!

   Sesampainya Khoiri dan Anis di ruang tamu, keduanya sudah melihat nenek—yang dia adalah Nuri. Nuri tersenyum hangat menyambut kedatangan tamu yang tidak dikenalnya.

Azia Ferrario 2 ✔️ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang