Bagian 38: Perbincangan Singkat

364 42 18
                                    

Lampung, 27 Juli 2020

Jadilah pembaca yang budiman, ya guys... :")

***

   Khoiri menepikan mobilnya setelah ia sampai di parkiran rumah sakit. Baru-buru ia berjalan masuk ke dalam gedung. Sesampainya di depan ruangan Zia, Khoiri langsung memanggil Rio.

   “Iya ada Yah? Kenapa buru-buru sekali?” tanya Rio kebingungan.

   “Nak, benar kan kalau Alvin adalah putranya Alardo?” Pertanyaan dari Khoiri langsung menimbulkan tanda tanya besar di otak Rio.

   Rio mengangguk cepat. “Ada apa memangnya, Yah?”

   “Kamu tahu sekarang Alvin dimana?” Lagi-lagi Rio tidak mendapat jawaban. Justru ia kembali mendapat pertanyaan.

   “Tidak, Yah,” Sebenarnya sangat malas juga untuk Rio mengetahui dimana keberadaan Alvin saat ini. Bukankah jika Alvin tidak ada sekitarnya itu lebih baik, bukan?

   Pandangan Khoiri terpaku menatap lantai. Nampak sekali jika ia memaksa otaknya untuk berpikir. “Ah, iya... Kalau begitu, apa kamu tahu sesuatu atau siapa orang yang terakhir kali bersama Alvin? Bukannya Alvin juga ikut menghantarkan Zia sampai ke sini?”

   Iya juga! Kenapa Rio lupa jika Alvin bersama Anggara. Barulah Rio mengingat itu dan mengangguk cepat. “Iya Yah, maaf. Sekarang Azam baru ingat. Sepertinya saat ini Alvin bersama Anggara.” jawab Rio.

   “Siapa Anggara?”

   “Temannya SMA Azam dan Alvin, sekaligus teman kuliahnya Zia dan Aisyah,”

   Khoiri mengangguk mengerti. Dahi pria itu membentuk gelombang. “Kalau begitu, tolong sekarang kamu hubungi Anggara, tanyakan keberadaan Alvin sekarang. Dimana dia....”

   “Menanyakan keberadaan Alvin, maksud Ayah?” tanya Rio memastikan.

   “Iya. Cepat ya nak.” titah Khoiri.

   “Azam harus katakan apa Yah?” Kenapa mendadak Rio jadi bingung seperti itu. Namun jujur saja, saat itu perasaan Rio tiba-tiba tidak enak.

   “Katakan jika Ayahnya Zia ingin bertemu dengannya.”

   Deg.

   Kenapa ada sesuatu yang begitu aneh di hati Rio. Ia tertegun mendengar ucapan Khoiri. Ada apa memangnya—Khoiri yang tiba-tiba ingin bertemu dengan Alvin. Pikiran Rio sudah bercabang ke sana kemari. Apakah Khoiri akan mempertimbangkan kebahagiaan Zia—putrinya—untuk kembali lagi dengan Alvin? Karena selama bersama Rio, Zia tidak sepenuhnya bahagia. Ah, tidak... Tidak! Kenapa Rio berpikiran sejauh dan setidakmungkin itu.

   Mana mungkin itu terjadi, benar bukan?

   “Nak. Kenapa melamun?” Teguran dari Khoiri seketika itu membuyarkan lamunan Rio.

   Rio gelagapan dan berkata, “Ah, iya... Maaf yah, Azam akan hubungi Anggara sekarang.”

   “Ya, ya nak.. Cepat, cepat!”

   Rio menelfon Anggara dan tidak butuh waktu lama Anggara mengangkatnya.

   “Hallo, Assalamu'alaikum, Gar.”

Azia Ferrario 2 ✔️ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang