Bagian 29: Anugerah Terindah

571 44 10
                                    

Lampung, 05 Juli 2020

***

“Baik kamu maupun dia. Kalian berdua sama-sama anugerah terindah yang Allah berikan padaku, sebagai seorang pria sejati.”

-Muhammad Azam Ferrario-

***

   Dari kejauhan, Rio memperhatikan Zia yang tengah menyiram bunga di taman belakang rumah mereka. Ia memperhatikan keindahan diri dari sang istri. Betapa seringnya Rio memuji kecantikan istrinya yang kian bertambah di setiap harinya. Beruntungnya ia memiliki istri yang tidak hanya cantik fisiknya, tapi juga cantik akhlak dan budi pekertinya.

   Ayo bayangkan. Betapa kerennya Rio saat ini, ia yang tersenyum manis sambil memasukkan kedua tangan di saku celananya. Berjalan sambil memandang lurus ke tempat dimana Zia berdiri di sana. Tatapan tajam yang begitu sejuk ketika menatap sang istri.

   Tidak butuh beberapa langkah banyak. Kini pria itu sudah sampai di belakang istrinya. Tapi sepertinya Zia tidak menyadari keberadaan Rio. Ia terus saja bersholawatan sambil menyiram bunga-bunga.

   “Nggak mau sholawatan bareng suami?”

   Tubuh Zia menegang sesaat, ketika Rio tiba-tiba memeluknya dari belakang. Namun reaksi tubuh itu kembali seperti semula saat Rio menyandarkan kepalanya di bahu Zia. Rio menghirup dalam-dalam wangi tubuh sang istri. Sebenarnya Zia sudah biasa dengan perlakuan seperti itu. Karena dalam sehari, Rio bisa melakukan hal itu lebih dari tiga kali.

   Zia menggeliat geli saat Rio seperti itu. “Geli Rio.” protesnya.

   Rio terkekeh dan melepaskan pelukannya. Ia mengambil alih pekerjaan Zia. “Sini aku bantuin.” tawar Rio.

   Dengan senang hati Zia memberikan selang airnya pada Rio.

   Cup.

   “Ah, mantap...,” lirih Rio saat Zia mencium pipinya.

   Zia tertawa melihat tingkah konyol suaminya.

   “Sebelah sini juga dong sayang,” Tunjuk Rio pada bibirnya.

   Pukkk... Zia memukul pelan pundak Rio. “Mesum!” serunya sambil berlari menjauhi Rio.

   “Hahaha... Eh, sayang!” Rio tertawa lepas dan memanggil Zia yang sudah menahan malu. “kenapa malu, dapat pahala loh.” lanjut Rio sambil berteriak dari kejauhan.

   Tawa Rio berhenti saat melihat Zia sudah masuk ke dalam rumah. Kini ia tersenyum simpul. “Aku harap, kita akan selalu seperti ini, Zia. Lelah rasanya, untuk melawan masalah-masalah yang terjadi antara kita.” monolog Rio.

   Setelah Rio menyiram bunga. Ia masuk ke dalam rumah dan mencari keberadaan Zia. Tidak perlu mencari lebih lama, ia sudah tahu dimana Zia sekarang. Bau masakan sedap dari sang istri sudah mampu membuat kakinya berbelok arah; menuju dapur.

   “Enak ya baunya.”

   Lagi-lagi pria itu memeluk Zia dari belakang. Benar bukan? Jika dia melakukan hal yang sama itu lebih dari tiga kali dalam sehari. Kali ini Zia tidak terkejut mendapat perlakuan seperti itu. Sebab, ia sudah tahu kedatangan Rio sedari tadi.

Azia Ferrario 2 ✔️ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang