Bagian 41: Berdamai Dengan Takdir

347 39 10
                                    

Lampung, 01 Agustus 2020

Siapakan perasa kalian ya... :")

***

“Jika saja bisa menolak takdir dari Allah. Maka aku adalah orang pertama yang menolaknya. Tapi kenyataannya adalah aku tidak bisa. ”

-Alvin Rich Alardo-

***

   Melihat sungai di depannya—begitu mampu menenangkan pikiran Alvin. Mata pria itu sembab begitu saja. Ia duduk di rerumputan hijau dan sedari tadi hanya diam tak berkutik sedikit pun. Pikirannya berkecamuk, memikirkan takdirnya yang begitu lucu menurutnya. Setiap detik kebersamaannya dengan Zia saat mereka berpacaran dulu—terus terngiang di benaknya. Dan ingatan itu berakhir pada ucapan Nuri, Anis, dan Rio. Rio-lah yang mengatakan  dengan jelas jika Zia adalah adik kandungnya.

   “AAAAA... ENGGAK MUNGKIN!!!” Alvin berteriak sekencang-kencangnya dan melempar banyak batu ke sungai.

   Pria itu mengerang prustrasi dan menenggelamkan kepalanya di atas lutut yang menumpu tubuhnya. Sayup-sayup terdengar isak tangis darinya... Dan pria itu menangis!

   “Kenapa semuanya begini ya Allah...,” Pria itu seolah merengek pada Tuhan untuk mempertanyakan kenapa takdirnya seperti itu.

   “Zia enggak mungkin adik gue. Gue cinta sama dia. Dan dia juga cinta sama gue. Kami saling mencintai!” Emosi Alvin meluapkan diiringi dengan tangisannya.

    Alvin merengkuh tubuhnya lebih erat. Pria gagah itu benar-benar kehilangan wibawanya. Saat ini, Alvin benar-benar kalut. Ia merasa jika saat ini tidak ada yang bisa ia percaya. Yang di pikirannya adalah tidak mungkin, dan tidak mungkin. Semua seolah-olah memojokkan Alvin dan menghalanginya untuk bersatu dengan Zia.

   “Kenapa kamu begitu egois, Alvin.”

   Mendengar suara itu Alvin langsung membeku di tempat. Suara itu begitu Alvin kenal dan suara itu mampu membuat dunia Alvin kembali baik. Ia mendongakkan kepalanya dan melihat siapa orang yang sudah berbicara padanya.

   “Mamah!” Alvin terkejut ketika melihat siapa perempuan di depannya itu. Ia harap itu bukanlah mimpi.

   Zahra! Sang Ibu yang sudah merawatnya itu kembali lagi dan kini di depan Alvin. Alvin langsung bangun dari duduknya dan berlari memeluk Zahra.

   “Mamah... Alvin rindu mamah, kenapa mamah tinggalkan Alvin?” Alvin kian terisak di pelukan Zahra.

   Mungkin karena terlalu rindunya Alvin akan sosok Ibu. Ia sampai lupa jika Zahra sudah meninggal dunia. Lalu, yang dipeluknya itu siapa?

   Zahra melepaskan pelukan mereka. Wanita itu tersenyum tulus pada Alvin. Ia menghapus air mata Alvin dan mencium kening Alvin.

   “Mamah tidak pernah meninggalkan kamu. Mamah ada di sini,” ujar Zahra sambil menunjuk tepat di hati Alvin. “Kalau kamu rindu mamah, kamu tidak perlu mencari mamah. Karena mamah ada di sisi kamu. Bersama kamu, dan selalu menemani setiap langkah kamu.”

   Wanita cantik yang begitu menyedihkan jalan cerita hidupnya. Wanita itu memeluk Alvin sekali lagi lantas setelah itu bertanya, “Alvin, kenapa kamu menangis nak?”

Azia Ferrario 2 ✔️ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang