0.2

52.1K 2.1K 133
                                    

Hari pertama dan kedua MOS berjalan dengan lancar, hingga hari ini adalah hari terakhir aku dan Bella mengitu MOS, acara penutupan mos di pimpin langsung oleh kepala sekolah. Tidak ada yang terlalu menarik sih, hanya saja yang menyenangkan adalah pelepasan balon setiap siswa dan didalamnya ada kertas harapan dari masing-masing siswa, setelah itu anggota Osis maju untuk memberikan selamat, sedangkan aku memilih menjauh dari keramain itu dan duduk di bangku ujung lapangan sambil mengamati siswa lain yang berfoto-foto dengan anggota osis terutama kak Gilang yang merupakan ketua Osis SMA Karya Harapan.

Terlihat dari jauh, Bella keluar dari kerumunan itu, nafasnya ngos-ngosan, kedua tangannya memegan lutut untuk menopang badanya, melihat kekiri dan kanan, seperti mencari seseorang, namun ketika dia melihat aku di depannya, dia melangkah kearahku dengan sesekali berlari menghampiriku, napasnya masi ngos-ngosan.

“ha…haa…gila, gue capek banget nyariin lo, ternyata lo disini” ucapnya lalu duduk di sampingku sambil mengipas-ngipas dirinya menggunakan tangan.

“hum, lo dari mana aja, ngejar cowok cakep lagi?”

“hehe tau aja, gue ngejar kak Gilang, habis itu nyari lo yang menghilang tiba-tiba, kantin yuk, laper ni” ucapnya lalu berdiri dengan senyum lima jarinya.

Aku hanya mengangguk lalu berjalan disampingnya, sesampainya di kantin aku memesan mie ayam dan teh manis sedangkan Bella memesan bakso dan juga teh manis. Sesudah mendapat pesanan dan membayar, kami berjalan di pojok kiri karna kebetulan disana ada bangku yang masi kosong.

“selamat makan” ucap kami berbarengan, lalu menyantap makanan kami, di saat kami sedang asik makan, Bella angkat bicara.

“lo tau ngak..” ucapnya, tetapi langsung aku potong.

“enggak” jawabku santai.

“ck gue belum selesai ngomong bego” ucap Bella ketus, sedangkan aku hanya terkekeh.

“gue pengen deh lihat kak Naro, biasanya sih gue cuma liat fotonya doang, pasti aslinya ganteng banget, aduhh” timpal Bella sambil tersenyum, aku mengangkat kepala sedikit menatap Bella dengan kening yang berkerut.

“emang penting banget?”

“Ya Tuhan,  penting banget kali, ini menyangkut kebutuhan hati” ucapnya mendramastir.

Aku yang melihat tingkahnya hanya memutar bola mata jengah dengan sifat alaynya yang tiba-tiba muncul jika menyangkut cowok ganteng.

“gue mau ke toilet, gara-gara denger lo gue mules,tungguin gue disini ya” ucapku

“anjir, lo kira gue apa?” ucapnya kesal yang ku balas dengan hanya mengangkat kedua bahu dan beranjak meninggalkan kantin.

dengan terpaksa aku jalan sendiri karna Bella belum selesai makan, tiba-tiba rasa ingin tauku terhadap kak Naro yang sampai saat ini belum menunjukkan dirinya kepada siswa-siswa baru, muncul, “apa benar kata Bella kalau dia itu …. Ganteng”

Aku menggeleng kepala. Big no, no no kalau rasa ingin tauku muncul maka aku akan mencari tau, dan bisa saja aku suka kepada cowok. Tidak akan dan tidak mungkin !!

BRUKKK….

Aku kehilangan Keseimbangan, tubuhku seakan melayang, mataku terpejam dan aku terjatuh karna menabrak seseorang, aku menundukan kepala sambil merutuki diriku sendiri, bisa-bisanya aku ngelamun pada saat jalan.

“lo kalau jalan pake mata dong, matanya ada empat juga tetap aja ngak bisa lihat”

bego, bukannya jalan pake kaki? Matakan untuk melihat” batinku

Aku bangkit berdiri dan berusaha memberanikan diri untuk mengangkat kepala, melihat siapa yangku tabrak, dia berdiri persis di depanku dengan tatapan datar, tangan kirinya di gips, orangnya, tinggi, hidungnya mancung dan matanya berwarna hitam.

busyet,ternyata gue nabrak tiang listrik” batinku

“maaf” ucapku

Dia tidak menjawab apapun dan lansung melangkah disampingku dan menyenggol bahu kananku, teman-temannya hanya melirikku sinis “dasar tiang listrik” batinku sambil mencibir.

                              ~~~

Arel Pradita satu-satunya cowok yang otaknya sedikit normal, memakai seragam yang rapi, hal itu wajar karna dia berencana masuk anggota Osis, bijak, anak baik jika dirumah, tetapi di luar rumah nakalnya tak tertolong, tentu saja kenakalannya disebunyikan dari pihak sekolah dan orang tuanya.

Rio Rahmad biasa di panggil Rido cowok cuek yang sering memakai barang-barang mahal pemberian kedua orangtuanya, selalu mentraktir teman-temannya dan sering mengajak teman-temannya menginap di apatemen.

Dio Nicholas cowok pecicilan, paling usil, menyebalkan, playboy cap kaki kuda yang mantannya bejibun, Dio sangat mencintai rambutnya yang panjang, walau ditegur berulang-ulang rambutnya tetep tidak di potong

Dhafa Delbar Arora cowok hitam manis sifatnya sebelas dua belas dengan Dio, hanya saja Dio lebih pecicilan dari pada Dhafa, Dhafa juga setia tidak seperti Dio yang Playboy cap kaki kuda.

Dan yang terakhir Jenaro Erlanda keyva cowok paling nakal dan paling Ganteng ketua tim basket, jago main gitar, datar dan dingin.

Kelima cowok biang suru dan ganteng itu sedang berada di UKS, salah satu dari mereka yang berbaring di ranjang sedang menjadi pusat perhatian ke empat cowok ganteng itu, Naro meringis sambil berusaha untuk duduk sambil menyandarkan tubuhnya dikepala tempat tidur, tangan kanannya memegang tangan kirinya yang di gips.

“kenapa liatin gue kaya gitu?” Tanya Naro

“lo takut kami jatuh cinta, kami masi normal kali bro” ucap Dhafa lalu mereka tertawa terkecuali Naro dan juga Rio.

“susuai perjanjian tadi sebelum tanding….” Dio lalu diam dan hanya cengar-cengir menggaruk kepalanya yang tidak gatal, membuat ke empatnya temannya memberikan respon yang berbeda-beda ada yang memutar bola mata dan pula yang mendengus.

“jadi perjanjian itu gimana?” Tanya Dio lagi dan mereka hanya diam tanpa memjawab.

mereka awalnya hanya iseng mengajak tim dari ketua osis bertanding, namun sialnya mereka mempunyai perjanjian di antara pertandingan itu, dan sepertinya keberuntungan kali ini tidak berpihak kepada mereka, tangan Naro tiba-tiba sakit karna terjatuh dari motor sehingga mereka kalah dalam pertandingan tersebut, sebagai cowok sejati, mereka harus memenuhi perjanjian itu : Naro pacaran dengan cewek pilihan Gilang ketua tim dari lawan mereka.

“balikan aja sama si Putry yah kan, lagian dia kayanya masi suka sama lo” ucap Dhafa

“peraturan dari pertandingan itu pacaran sama cewek pilihan Gilang, masa iyah Gilang milih Putry, ngak akan mungkin” Ucap Arel

Naro langsung bangun dengan muka datar “bisa diam ngak sih” katanya lalu berjalan keluar dari uks menuju kantin yang di ikuti oleh ketiga temannya dari belakang, Mood Naro hari ini benar-benar hancur karna ini kali pertamanya Naro kalah tanding dari Gilang yang merupakan musuhnya.

Saat melewati koridor mereka melihat seorang cewek berkepang dua dam berkacama yang berjalan menundukkan kepala, saat cewek itu suda berada didepan mereka, Dio langsung mendorong Naro dan alhasilnya cewek itu terjatuh.

"Makanya mata itu di pake, bodoh"batin Naro

lo kalau jalan pake mata dong, matanya ada empat juga tetap aja ngak bisa lihat”ucap Dio membuat ke empat sahabatnya melototkan mata mereka menatapnya jangan dibalas oleh cengar-cengir Dio.

"Maaf" ucap cewek itu

Naro tidak menjawab dan langsung berjalan menyenggol bahu cewek itu yang di ikuti oleh sahabatnya yang menatap cewek itu sinis.

                              ~~~

Ayara (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang