27

23.2K 1.1K 32
                                    


Aku menutup halaman Novel yang terakhir lalu membaringkan tubuh di atas sofa, kulirik Bella yang berada di atas kasur sedang menatap laptop, matanya sembab karna menangis. Ratu drakor itu lagi-lagi mengusap air matanya yang jatuh membuatku terkekeh.

Bella menatapku “Napa lo?” aku hanya menggeleng

“idih gak jelas” cibirnya

“Bel. Jalan yuk” ucapku lalu berangak dari sofa dan mengambil jaketku di lemari.

“kemana?”

“kemana aja deh. Bosan gue disini” ucapku lalu keluar dari kamar. Bella mengikutiku dari belakang hingga kami masuk ke dalam garasi.

“Berdua? Pake motor ?”

Aku mengangguk lalu berjalan menghampiri motor kesayangan Bang Dikki yang sedang terparkir. Motornya sangat bersih dan terawatt karna pemiliknya selalu mengingatkan mama agar barang-barangnya selalu dirawat dengan baik.

“Gila. Udah lama banget gak kaya gini” teriak Bella antusias yang kubalas dengan anggukan.

Bella dengan cepat duduk dibelakangku memelukku dengan kuat membuat aku sesak.

“Lo mau bunuh gue di garasi rumah gue sendiri?” Bella terkekeh lalu melonggarkan pelukkannya.

Aku dan Bella berjalan cukup jauh dari rumah dan tentu saja kami berdua tidak mendekati polisi karna kami berdua memang belum memiliki SIM. Sesekali Bella merentangkan tangannya lalu berteriak dibelakangku. Aku hanya tersenyum mengingat masa-masa SMPku dulu.

Aku sering membawa motor Bang Dikki tanpa pengetahuan pemiliknya, tak jarang aku diomeli mama karna aku melanggar peraturan lalu lintas, Bang Dikki selalu menyembunyikan kunci motornya namun selalu gagal.

Hari pertama masuk sekolah, Aku dan Bella bergabung dengan geng Alex yang terkenal nakal, kami selalu bersama, tak jarang kami di hukum karna menurut kami, tidak berbuat onar dan tidak dihukum dalam hari seperti ada yang kurang. Alex, King, Ansel, Asep, Arifin, dan Bisma memang sangat nakal, tetapi mereka sangat menghargai perempuan. Itulah yang membuat kami nyaman, aku selalu merasa mempunyai saudara jika didekat mereka. Geng kami memang terkenal nakal waktu itu, tetapi kami tidak perna membully siswa yang lemah terkecuali jika mereka mendahului kami.

Aku terkekeh disaat mengingat mama dan Bang Dikki yang selalu sabar menghadiri setiap surat panggilan yang aku dapat karna selalu berbuat onar disekolah. Cewek yang benci dengan peraturan, cewek yang selalu menggerai rambut, cewek tanpa kaca mata, cewek yang selalu menguyah permen karet, cewek yang tidak perna membawa tas ke sekolah cewek yang membenci pembullyan, cewek yang membawa motor ugal-ugalan tanpa SIM, cewek yang suka balapan, cewek yang perna merasakan tidur di sel dan cewek yang selalu melipat lengan baju. Yah itulah aku yang dulu.

“Ra makan dulu yuk” teriak Bella saat kami berada didekat penjual sate di pinggir jalan. Aku menganggu lalu menepi kesamping. Bella turun dan langsung berlari ke meja yang kosong.

“Pak cipto Sate dua porsi yah” ucap Bella.

“Eh Nak Bella. Udah lama gak kesini. Makin cantik aja” ucap Pak cipto

“Wah beneran makin cantik pak?” Bella terkekeh sedangkan pak Cipto mengangguk “Nak Ara mana, biasanya juga bareng kalau kesini?.

Bella melirikku lalu terbahak karna pak Cipto tidak mengenalku, bagaimana tidak terbahak, yang mengenalkan Bella kepada pak Cipto itu aku, karna dulu aku langganan sate Pak Cipto.

“pak gak kenal teman saya yang disamping ini?” pak Cipto menggeleng

“dia Ara pak” Pak Cipto menatapku yang sedang membuka kacamata.

Ayara (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang