45

23.2K 1.4K 86
                                    

Suda seminggu aku berdiam diri di rumah, bukan karena tidak ingin keluar rumah, tetapi dilarang keluar oleh mama, kata mama, aku tidak di perbolehkan keluar rumah karena takut ada masalah lagi.terkecuali, aku keluar bersama Bang Dikki,tetapi akhir-akhir ini Bang Dikki sibuk. Dan terpaksa aku harus menahan diri agar uang jajanku aman terkendali.

Bella dan Anisa selalu mengirim catatan untukku. Terbaik, mereka memang terbaik dalam hidup aku. Setelah bosan makan,rebahan dan nonton, aku keluar dari kamar Bang Dikki dengan rambut awut-awutan.

Oyah,soal masalah di sekolah, mama dan Bang Dikki sudah mengurus semuanya, walaupun belum beres tetapi aku suda diperbolehkan masuk sekolah kembali, walaupun terkadang aku merasa bosan dirumah, tetapi aku suda terlanjur nyaman dengan tidur dan rebahan semauku selama seminggu ini, sepertinya aku harus beradaptasi lagi nantinya.

“Bang” aku membanting tubuhku diatas sofa kamar Bang Dikki. Bang Dikki yang sedang fokus dengan laptopnya melirikku sekilas lalu menata laptopnya lagi.

“Gue kirain lo mak lampir” ucapnya.

Aku mendegus lalu mengangkat kaki di atas meja depan Bang Dikki membuat  Bang Dikki melirikku lalu memukul kakiku “Dukuknya yang cewean dikit monyet” ucapnya.

Aku berdecak sambil menurunkan kakiku “Bang. Beneran keluarga Lisa mau ke Indo buat klarifikasi masalah gue?” tanyaku.

Bang Dikki mengangguk “Lebih tepatnya Bisma yang mewakili bokap sama nyokapnya” ucap Bang Dikki membuatku terkejut.

Aku takut jika Bisma masi marah dan malah semakin membenciku nantinya. Secara dia kakak Kandung Lisa dan aku sahabatnya yang mempunyai kenangan yang sangat buruk dengan adiknya. Benar-benar buruk bukan?

Bang Dikki melirikku “Lo masi takut ketemu Bisma?” tanya Bang Dikki yang kujawab dengan anggukan.

“Bisma orang baik, gue yakin dia gak akan nyalahin dan benci lo sangat lama. Gue rasa dia tau adiknya gimana jadi, menurut gue, marahnya yang dulu hanya sementara. Lagian udah terbuktikan lo gak bersalah. Temen lo aja yang gak ada ahlaknya cari kerjaan sebarin artikel lama yang mengandung HOAX”ucap Bang Dikki membuatku sedikit legah. Aku berharap Bisma sudah memaafkan aku.

Aku bangkit berdiri lalu berjalan di atas kasur Bang Dikki untuk rebahan.

Setelah sekian lama aku rebahan sambil bermain game sendiri dan Bang Dikki masi setia dengan pekerjaannya. Aku suda mulai bosan.

Aku menyimpan ponsel lalu menatap Bang Dikki “Bang. Jalan yuk” ucapku dengan suara memelas.

“Lagi sibuk” jawabnya membuatku mendengus lalu melempar bantal ke arahnya.

“Ayolah Bang. Makan sate pak cipto. Bentaran doang Bang, suntuk banget gue dirumah” ucapku.

Bang Dikki mengambil ponselnya lalu mengotak-atik ponselnya tanpa menjawab. Aku yang tidak di hiraukanpun mendegus lalu keluar dari kamar dengan kaki dihentak diatas lantai, hingga sampai diluar, aku mendegar suara Bang Dikki.

“Mandi sana lo. Malu-maluin ngajak jalan tapi gak mandi” teriaknya membuatku tersenyum lebar. Abangku ini memang paling mengerti.

Dengan cepat aku berlari kekamar untuk mandi, setelah itu bersiap-siap untuk keluar. Ah aku merindukan suana diluar.

             ***

“DEK. LO DANDAN LAMA BANGET” teriak Bang Dikki. Aku terkekeh lalu berlari menuruni tangga dan terkejut saat melihat seseorang yang hilang dalam beberapa hari ini sedang bercerita dengan Bang Dikki.

Bang Dikki dan Naro menoleh ke arahku bersamaan sambil tersenyum, aku melangkah ke arah mereka dengan santai sambil memasang wajah kesal kepada Naro karena selama ini dia sama sekali tidak menemui aku atau sekedar mengirim pesan.

Ayara (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang