17

25.9K 1.1K 26
                                    

Naro dengan ke empat sahabatnya sedang nongkrong di kantin saat jam istirahat sambil menikmati makan siang mereka sambil bersenda gurau, tak jarang banyak mata memandang kea rah mereka terutama cewek-cewek, namun ada juga yang memandang mereka tak suka yaitu cowok, karna kehadiran lima cowok ganteng itu membuat cowok yang bermuka pas-pasan merasa tidak diperdulikan.

“hari ini gue bolos” Ucap Dio yang sedang menikmati makanannya.

Ke empat temannya memutar bola mata “ emang setiap hari lo bolos” cibir Arel membuat yang lain tertawa sedangkan Dio hanya tersenyum tanpa Dosa.

“kita calon kelas Tiga ngak boleh bolos” ucap Dhafa membuat ke empat temannya menatap kerahnya dengan ekpresi tak percaya.

“lo ngak lagi salah makan kan?” Tanya Arel

Dhafa mendengus “gue ngak rajin dikatain, sekarang gue mau rajin malah ngak dipercaya, nyesek gue sumanto”

Naro terkekeh “emang lo selalu ngak bisa di percayakan, kaya mulut kadal Dio”

Dio yang merasa disebut namanya menatap kedua temannya horror “kenapa pada ngomong gue si bambang?”

“itu pak Eko nanyaiin lo udah bayar utang apa kagak” ucap Naro membuat se isi kantin tertawa.

Dio menjitak kepala Naro membuat Naro meringis “sakit bego, lo kata pala kadal lo yang ngak rasain sakit?” Naro mengusap kepalanya.

“gue bukan kadal dodol”

“terus? Buaya?” timpal Arel.

“nistain aja terus, gini-gini gue temen lo pade”

Dhafa menaikkan alisnya menatap Dio lalu beralih ke Arel “lo semua kenal dia?”

“ENGAK” jawab mereka semua terkecuali Dio yang melongo menahan tensinya.

“gue ngak punya temen kaya dia” ucap mereka berbarengan lagi.

“wah wah, dasar temen durhaka, udah di traktir mala ngak mau ngakuin” ucap Dio membuat mereka tertawa bersama.

Dhafa tiba-tiba menyikut lengan Naro “pacar lo” mereka semua menatap ke arah pintu masuk.

“tumben dayangnya ngak ada” ucap Dio.

“lo kangen dayangnya?” Tanya Dhafa dan langsung mendapat pelototan dari Dio.

Naro menatap ke arah Ara yang sedang membeli minum tetapi tidak membeli makanan, setelah membayar tanpa melihat ke dalam kantin, Ara berjalan keluar dari kantin sedangkan Naro menatap kepergian Ara sampai benar-benar menghilang.

“udah, biasa aja liatinnya” ucap Arel

Naro mendengus lalu melanjutkan makannya “ lo udah suka sama dia?” Tanya Rio yang baru bersuara.

Naro menggeleng “engak dan ngak akan mungkin” ucapnya tegas sedangkan teman-temannya saling betatapan tidak percaya dengan jawaban Naro, karna sesuai penglihatan dan menilaian mereka, Naro suda mulai menyukai Ara dilihat dari cara Naro menatap Ara akhir-akhir ini.

“serius?” Arel bersuara.

Naro mendengus kasar “serius pake banget, gue Cuma mau nuntasin perjanjian itu dan setelah itu gue mutusin dia” lalu beranjak meninggalkan teman-temannya dengan muka kesal.

ke kelas ara dulu ah, kenapa juga dia ngak makan siang di kantin” batin Naro

“menurut lo, Naro beneran mau mutusin Ara nantinya?” Tanya Arel kepada teman-temannya.

“Gengsi banget, dia masi malu ngakuin kalau dia suka sama Ara, orang cara natapnya aja ketahuan kok” jawab Dhafa dan semua temannya menganggukkan kepala.

Ayara (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang