41

22K 1.1K 53
                                    

Aku dan Naro masuk ke gerbang sekolah dan disitulah, kami berdua menjadi tontonan siswa, mereka menatap ke arahku dengan pensaaran. Aku melepas helm dan terkekeh saat banyak mata langsung menyorot ke arahku. Bisikan-bisikan suda terdengar dimana-mana dan itu membuatku semakin malas berlama-lama diparkiran.

Siapa lagi ni cewek?”

“Cantik. Tapi gayanya laki banget”

“Gila. Itu Ara gak sih”

“Ah Arakan Kaku. Gak mungkilah”

“Bisa murka nih si Putry ada saingan yang cantik banget”

“Narural cantiknya”

Aku memutar bola mata lalu menatap Naro yang sedang melepas jaketnya “Ro. Makasih yah. Gue duluan ke kelas. Bye” ucapku lalu berbalik tetapi di tahan oleh genggaman Naro. Aku terdiam saat melihat tangan Naro yang menggegam tanganku. Hingga aku tersadar saat Naro menarik tanganku.

“Apaansih? Gue gak buta” ucapku menepis tangan Naro. Aku melirik ke siswa lain dan disana ada Putry dan teman-temannya yang sedang menatap ke arahku dengan wajah merah. Aku tau dia pasti sangat marah karena pacarnya sedang bersama mantannya.

“Ro” aku menahan Naro “Pacar lo liatin kita. Gue gak enakan anjir” ucapku. Naro menatapku sejenak lalu menatap Putry dan kembali lagi menatap tetapi bukan dengan wajah datar melainkan senyuman jahil yang membuatku heran.

“Lo cemburu?"

Aku menggeleng lalu meninju bahunya “E-enggaklah. Gak enak aja sama pacar lo. Udah ah, gak usah deket-deket kasian kak Putry” aku bukannya jual mahal kali ini, tetapi aku mencoba menempatkan diri sebagai Putry bagaimana sakitnya diperlakukan seperti itu.

Naro memegan tanganku lagi “Dengerin gue. Putry emang mantan gue, tapi itu dulu. Pas lo belum masuk sekolah ini” jawabnya membuatku terkejut.

“Ha? Bukannya lo balikan sama Putry waktu itu?” tanyaku dengan wajah yang aku yakini terlihat konyol kali ini.

Dia mensejajarakan wajahnya di depan wajahku lalu mencubit hidungku sambil terkekeh “Kenapa lo akhir-akhir ini terlihat lucu sih” dia mengusap rambutku “Gue gak perna balikan sama Putry dan itu gak akan mungkin karna aku udah gak cinta sama dia”

Aku terdiam menatap Naro dengan wajah wajah yang serius, hingga aku terkejut dengan tubrukan beberapa orang.

“Woi jalan liat-liat dong. Mau mati ya lo semua” aku berbalik dengan wajah kesal. dan ternyata itu adalah ulah penganggu-penggangu ulung ini, siapa lagi kalau bukan teman-teman Naro dan juga ada Bella, Anisa yang sedang memasang wajah jahinya.

“Lo berdua mau ngasih sarapan buat siswa SMA karya Harapan?” Bella terkekeh. Aku dan Naro hanya menganggaruk tengkuk yang tidak gatal.

Aku melihat ke segalah Arad an siswa yang tadi menatap kamipun masi setia berdiri dengan berbagai eskresi yang di tunjukkan. Aku mendelik lalu menatap mereka.

Dhafa menatapku “Lo cantik banget” ucapnya.

“Gak usah ngegombal lo bangke” Naro bersuara dengan ekspresi dataranyanya tetapi dengan suara yang tidak bersabat.

Kami semua terbahak “Posesif banget sih. Ingat hanya mantan dan itu artinya kita bebas, yakan?” Arel menaik turunkan alisnya membuat Naro mendegus lalu menarik tanganku untuk menjauh dari mereka semua.

                ***

Didalam kelas aku masi tetap menjadi bahan tontonan hingga aku tidak bisa menahan geram dan menatap mereka dengan tajam, eskpresi yang baru ku tunjukkan itu membuat mereka sedikit terkejut.

“Sekali lagi lo semua liatin gue kaya gitu. Awas aja lo semua” ancamku. Bella dan Anisa terkekeh melihatku sedangkan semua terdiam seperti melihat preman yang mereka takuti, aku menghela nafas lalu menatap mereka lagi.

“Ini gue yang asli. Tapi tenang aja, gue gak jahat” ucapku membuat semua terkekeh dan suasana kembali mencair, semua melanjutkan aktifitas paginya hingga suana yang semulanya ribut menjadi hening karna tepuk tangan ketiga manusia tak di undang berdiri dengan angkuh didepan pintu lalu melangkah ke arahku.

Aku menghelapa nafas dan lanjut membaca buku hingga bunyi mejaku terdengar “Heh culun. Lo kira udah cantik karna ngerubah penampilan. Culun yah tetap aja culun”

“Apasih ngagetin aja” ucap teman-teman kelas termasuk Bella dan Anisa.

Putry menolak bahuku membuat aku terkekeh dan menyimpan menutup bukuku dan beralih menatapnya “Gak malas ribut pagi-pagi?” tanyaku santai sambil melipat tangan ke dada.

Tiba-tiba Putry menyiram air mineral dibajuku dan itu membuatku marah, aku menggebrak meja lalu bangkit berdiri dan mendorong bajunya untuk menjauh dari hadapanku.

“ARA, STOP” tiba-tiba Naro suda berada dikelasku, aku melirik Putry dan yang mengejutkan Putry pura-pura pingsan.

“Lo kasar banget. Dia pingsan Ara” Naro mengacak rambutnya lalu menatapku “Gue gak habis pikir lo kaya gini” ucapnya membuat aku terkejut.

Dia menyalahkuh. semua orang juga tau yang bersalah itu siapa, tetapi kenapa hanya dia yang menuduhku seperti itu?.

Aku tersenyum sinis “Gue gak butuh lo percaya gue. urusin cewek manja lo itu, kasitau dia kalau berani lagi sama gue, dia bakal nginap dirumah sakit berhari-hari” geramku sambil menendang meja dan berlalu keluar.

Aku menghapus air mataku, memang sangat sulit untuk mempercayai orang jahat sepertiku, tetapi aku juga tidak bersalah dalam hal ini, kenapa setegah itu menuduhku dengan kejam.

Hanya karena itu dia menuduhku. Kenapa aku merasa dia sudah tau semuanya? Arg.. sial, aku baru saja membuat masalah setelah sekian lama.

__________

Silahkan bertanya. Wkwkwk

Ayara (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang