28

23.2K 1K 31
                                    

“Ra, jangan ngebut-ngebut ya” ucap Bella yang berdiri disampingku, aku terkekeh lalu menerima helm yang dia berikan.

“Kalau gak ngebut namanya bukan balapan” jawabku sambil memakai helm.

“Hati-hati” Alex tersenyum lalu menepuk bahuku

Kulirik King, Arifin dan Ansel yang disampingku. Mereka yang akan menjadi lawanku. jika dulu mereka adalah lawan yang enteng bagiku, sekarang mereka adalah lawan yang kuat karna selain Arifin yang suda sangat handal dan beberapa kali mendapat piala kejuaraan, Ansel dan King juga memiliki keliahaian dalam menjalankan trik, sedangkan aku, hanya jago di masa lalu.

“Mulai yuk. Keburu polisi dateng ntar” ucap Ansl dengan kekehan.

Bella berdiri di antara aku dan Ansel, dengan senyum manis, Bella menghintung. hingga dihitungan ketiga, kami mulai melajukan motor.

Untuk pembukaan pertama aku berada di paling belakang dan Ansel bedara diurutan kedua.

Dua kali putaran aku masi berada di belakang, hingga tiga kali putaran aku berhasil melewati ansel dan King, yang artinya aku berada di urutan kedua.

Saat garis finis hendak dicapai, aku melirik Ansel dan King melalui kaca spion motorku lalu pandanganku kembali tertuju kedapan.

Dengan kecepatan yang maksimal aku berhasil mencapai garis finis, namun bukan aku yang memenagkan, tetapi Arifin sedangkan King dan Ansel yang berdecak disaat mereka mencapai garis finis.

“Lo bisa gak sih ngalah aja. Malu-maluin banget cowok kalah sama cewek” ucap King ketus membuat kami semua terbahak.

“Untung aja gak ada yang nonton” Ansel melapas helmnya dan duduk berselonjoran disampingku.

“Gue yang nonton” ucap seseorang dibelakang kami.

Sontak kami semua melihat kebelakang dan disana Reza dan teman-temannya sedang berdiri santai dengan senyum sinis, kutatap Bella dan Alex yang berada disampingku, mereka hanya membalas dengan gelengan kepala.

“Ternyata lo balik lagi ditempat ini. Gue kira nyali lo udah menciut semenjak kematian Lisa”

Aku menatap Reza yang berdiri didepanku dengan datar, aku muak mendengar celotehnya. Aku tau akulah penyebab kematiannya, namun itu semua bukan mutlak kesalahanku saja, andai saja mereka tau yang sebenarnya.

“Dia gak ada sangkut pautnya sama kematian Lisa” geram Alex.

Reza dan teman-temannya menatap kami sinis “Lo kira Lisa sebodoh itu bunuh diri dari atap, mikir aja kalau seandainya dua orang yang bermusuhan ada di atap. Kalau bukan dia yang nolak Lisa siapa lagi?” bentak Regan yang dulunya sangat dekat dengan Lisa.

“Gue gak perna minta lo semua percaya sama gue” ucapku sinis

“Oh gue heran aja, Reza kok sekarang sinis banget. Lo lupa kalau lo ulang-ulang nemuin gue buat minta balik sama gue” aku terkekeh “Udah nyerah ngejar gue ya? jadi milih buat jadi tukan nyinyir kaya gini” Ucapku lalu meraih helm yang bedara disampingku

“Cabut Kuy” ucapku yang di angguki oleh yang lain.

“Gue tantang lo balapan” Reza menatapku

Aku terkekeh “Sayangnya gue gak tertarik”

“Gue bakalan buka topeng lo di SMA Karya Harapan”

“Silangkan, gue gak kebaratan” ucapku sinis.

Dengan santai kami meninggalkan mereka yang sedang mengeram kekesalan. Kami tau mereka tidak akan bermain fisik karna catatan mereka dikepolisian suda sangat banyak dan kesempatan mereka sedikit untuk bebas.


            ****

Naro, Dhafa Dio dan Rio sedang bersantai dibelakang sekolah menghindari pelajaran jam pertama, sedangkan Arel, pantang baginya melakukan pelanggaran secara terang-tengan.

Ingat secarah terang-terangan, berarti secara diam-diam dia bisa melanggar peraturan.

"Reza ngancam bakal serang kita" Rio menghela nafas "Dia bisa datang kapan aja"

"Kita ikutin aja permainannya" ucap Dio

"Lo kok bisa tau kalau Seri ditahan sama Geng Reza waktu itu? Pake acara kesono sendiri lagi. Babak belurkan lo" Ucap Dhafa yang sedang bermain Game

"Dia ngancam bakal apa-apain adek gue kalau gue bawa temen. Ya gue paniklah" Jawab Rio

"Pengecut" umpat Dio

"Gue rasa ada yang kerja sama dengan Reza disekolah ini" ucap Naro yang sejak tadi hanya menutup mata.

Rio mengangguk "itu dia. Makanya gue gak ngasih tau lo pada. Gue kaya ada yang awasin waktu itu"

"Muka gue ancor banget waktu itu. Gue ke UKS buat rebahan" Rio melirik Naro yang sedang menutup mata "Terus ketemu Ara" Naro membuka mata lalu menatap Rio "Dia ngobatin gue" Rio terkekeh melihat Naro yang langsung membuka mata.

"Menurut lo Ara manis gak, cantik gak?" Tanya Dhafa

Rio tersenyum "Cantik,Manis, baik lagi. Cowok siapa yang gak suka coba" ucap Rio sambil melirik Naro yang memasang wajah marahnya.

"Lo suka?" Tanya Dio. Rio terkekeh lalu mengangguk.

"Sialan lo" umpat Naro

"Lo kenapa? Cemburu?" Tanya Rio membuat Naro mendengus.

"Lo tau gak kalau waktu itu Ara liat lo pelukan sama Putry. Kalau gue jadi dia sih mending putus aja"

"Bangsat" Naro membuang Rokok "Bukan gue yang meluk. Lo tau dari mana Ara liat gue?"

"Sebelum gue ketemu Reza gue sempet ke kantin"

"Gila sih. Kasian anak orang lo buat kaya gitu"

"Gue mau ngomong sama lo" Gilang suda berdiri didepan mereka. Entah sejak kapan'dia berada disitu,mereka sama sekali tidak menyadari.

"Cecumuk kudanil ngapain?" Tanya Dio

"Gue perlu Naro bukan lo" jawab Gilang memancarkan tatapan permusuhan kepada Dio

"Ngomong aja" ucap Naro

"Oke gue langsung ke inti"

"Gue suka sama Ara"

Naro langsung bangkit menatap Tajam kearah Gilang "maksud lo apa?"

"Maksud gue Simple aja, hari ini lo satu bulan sama Ara, dan lo harus mutusin dia, karna sesuai perjanjian. lagian gue rasa itu ngak sulit buat lo, karna lo perna bilang kalau lo ngak bakal suka sama Ara"

Naro yang suda menahan Amarahnya dari tadi mengeram lalu

Bugg

Satu tonjokkan mendarat di pipi Gilang

"Lo ngak terima? Apa lo udah suka sama dia?" Tanya Gilang sambil mengusap sudut bibirnya yang berdarah dengan senyum sinis

"Bangsat, brengsek lo"

"Silahkan putusin"Gilang menjeda "atau gak gue yang ngomong langsung"

"Benalu ya tetap benalu" sindir Dio yang sibalas kekehan Gilang.

"Gak puas lo dulu hancurin persahabat kita karna rebut Putry dari Naro?" Tanya Dhafa

Gila terbahak lalu berhenti sejenak "Itu ke unggulan gue. Pinter, cakep, dan bisa mendapatkan apa yang gue mau. Gak peduli orang itu udah punya pacar atau gak" ucapnya membuat Naro tersulut dan berhasil meninju wajah Gilang berulang-ulang.

"Pergi lo ke nekara" usir Dio. Setelah itu Gilang pergi dengan senyum kemenangan yang dia tampilkan. Sangat menjijikan bagi Naro dan teman-temannya.

Setelah Gilang pergi, Naro mengeram frutasi, dia menendang pohon yang berada didekatnya. Mengumpat berulang-ulang. Tanpa mereka sadari bawah sejak tadi ada seseorang yang mendengar semuannya tanpa terlewatkan sedikitpun.

                            ****

Ayara (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang