0.8

28.9K 1.3K 46
                                    

Naro mendengus ketika tidak dijawab oleh Ara, ke empat sahabatnya menahan tawa menatap Naro yang sepertinya akhir-akhir ini sedang kalut.

Dio menggeleng kepala “wah bakalan susah nyatunya kalau kaya gini, cowoknya dingin ceweknya kaku”

Naro mengetok kepala Dio membuat Dio kembali tertawa.

Rio yang sedari tadi diam bersuara “lo suka beneran sama dia?”

Naro menggeleng kepala lalu meneguk minumannya “hanya formalitas”

“terus kalau lo jatuh cinta sama dia beneran gimana?” sergap Dio yang sedang mengaduk makanannya.

Naro melirik Dio yang disampingnya “engak akan, cewek kaya gitu bukan tipe gue banget”

Rio tersenyum sinis “tipe lo putry?” Naro tersenyum menatap Rio “gue ngak bilang gitu”

Arel yang diam sejak tadi besuara “menurut gue sih kalau lo beneran ngak suka sama dia, jangan buat dia baper, kasian anak orang nantinya”

Naro terkekeh “gue Cuma buktiin ke Gilang kalau gue dan lo semua adalah cowok yang bisa nepatin janji”

Arel bangun menlihat jam di tangannya “yuk ah masuk, udah telat lima menit” lalu dia melangkah meninggalkan teman-temannya.

“gue bolos” teriak mereka berbarengan dan mendapat balasan jari tengah dari Arel tanpa menoleh.

“ke kamar yuk, ngantuk nih” ucap Rio lalu bangkit menuju UKS di ikuit oleh yang lain.

Bagi mereka UKS itu adalah kamar sehingga mereka selalu menyebut kamar dan jika ingin tidur di saat jam pembelajaran, mereka akan mengendap-endap menuju UKS untuk tidur.

                            ~~~

Bel pulang suda berbunyi kegelisahanku semakin menjadi alhasilnya aku terlambat menyalin catatan yang ada di papan.

Kupercepat tanganku sedemikian rupa, biarkan catatanku tidak jelas kali ini, yang aku inginkan sekarang adalah, cepat-cepat keluar dari lingkungan sekolah ini.

“lo bareng Kak Naro kan Ra? Kalau gitu kami balik duluan aja, takut jadi nyamuk” kata Bella dan Anisa tersenyum menggoda

“tungguin gue, gue mau bareng ka…” ucapanku terpotong karna ada suara yang langsung menyambar dari pintu.

“lo bareng gue, gue ingetin kalau lo lupa” Naro berdiri melipat tangan didada sambil bersandar di pintu, aku menghela nafas malas.

“ya udah gue duluan sama Anisa ya Ra”ucap Bella lalu menatap naro “Kak Naro jaga teman gue, dia ngak biasa sama orang baru dan gue percaya sama kakak” ucapnya sambil tersenyum yang hanya dibalas dengan anggukkan Naro, sedangkan aku menatap Bella kesal.

Aku lanjut mencatat, setelah lima menit aku suda selesai mencatat dan kami suda berada di parkiran.

“temenin gue makan” ucapnya dingin saat kami suda berada dijalan

“iyah” jawabku singkat

“lo mau dimana?” heran, dia yang lapar aku yang yang di Tanya makan dimana.

“disitu aja”menunjuk penjual di pinggir jalan.

“beneran mau makan disitu? Ngak di café atau di restoran aja?” tanyanya dengan kening berkerut.

Aku hanya menggeleng, kulihat dari spion motor dia tersenyum entah apa yang lucu aku tidak mengerti, motor menepi kepinggir lalu aku turun di ikuti oleh Naro, kami duduk di bangku panjang dengan meja di depan, dia memesan nasi goreng sedangkan aku lebih memilih es cream.

“lo ngak malu makan di pinggir jalan?” tanyanya menatapku dengan nasi goreng dimulutnya, aku yang mendengar pertayaannya langsung mengangkat kepala dan menatapnya juga.

“enggak”menggeleng kepala.

setelah percakapan singkat itu kami diam dan melajutkan makan sampai Naro menyelesaikan makannya

“lo kenapa diem?” Tanya Naro, tanganya sibuk memutar-mutar botol minumannya.

“ngak punya bahan” jawabku singkat yang dibalas dengan tawa kecil dari Naro

“oh iyah nama lo siapa?” Tanya Naro

What? Dia tidak tau namaku setelah dua hari berpacaran? Oh tidak, bisa saja dia tidak menganggapku pacarnya, jangan terlalu berharap, okey.

“Ara” jawabku

“hum” menganggukkan kepala

“pulang yuk, udah sore” kataku langsung bangkit berdiri, jujur saja aku benar-benar ingin marah dengan pertayaannya tadi, marah? Kenapa harus marah sih, ah ada yang salah dengan pikiranku.

“bentar” jawabnya singkat dan masi setia di tempat duduknya, aku menatapnya kesal lalu duduk kembali.

setelah beberapa lama kami suda berada di depan rumah setelah merengek untuk pulang, cowok bermuka datar yang tidak mau dibantah itu benar-benar keras kepala.

Aku turun lalu memberikan helm kepadanya, tanpa berterimakasih aku langsung membalikkan badan dan meninggalkannya sedangkan dia hanya mentapku sampai aku masuk ke dalam rumah, sesampainya aku di dalam ada mama yang sedang menonton film kesukaannya.

“Ara Pulang” mencium pipi mama lalu duduk disampingnya sambil memeluk mama.

“kok pulangnya sore sayang?”

“habis jalan sama teman ma, maaf ngak sempet izin”

“oh ya udah kamu mandi gih sana, udah bau banget ni” kata mama menggodakaku.

“ihss mamaa..” ucapku merenggut lalu bangkit berdiri meninggalakn mama yang sedang tersenyum.

setelah mandi aku turun untuk makan dan kembali ke kamar sesudah makan, sesampainya di kamar aku berbaring lalu meraih hanpone di atas nakas namun ada sesuatu yang jatuh seperti sebuah foto, aku bangun dan turun dari tempat tidur lalu mengambil foto yang tergeletak di dekat kakiku.

foto sepasang kekasasih memakai seragam putih piru sedang tertawa bahagia.

aku menghela nafas kasar lalu merobek foto itu dan membuagnya di tempat sampah “please, jangan muncul lagi” aku mengusap wajah kasar dan membanting tubuhku diatas ranjang seketika sebutir air mata jatuh tanpa ku suruh, ku seka air mataku dengan kasar “argk..bego, bego, seharusnya lo ngak usah nangisin dia, bego” ucapku lirih namun tetap saja air mataku jatuh dan tanpa kusadari aku tertidur.

                          ~~~

Instagram:meluksendi

Ayara (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang