10

29.5K 1.3K 74
                                    


Hari ini sepulang sekolah aku mampir ke toko buku, aku menyuruh Pak Imam untuk tidak menjemputku dan seperti biasa aku memilih menggunakan angkot setiap kali ke toko buku, sesampainya di depan toko buku, aku berhenti sejenak untuk melihat suana yang agak ramai.

Setelah itu aku masuk dan langsung menuju ke tempat buku Tere Liye yang biasa aku baca, tidak perlu menunggu lama aku beranjak menuju kasir untuk membayar beberapa buku yang aku suka dan keluar dari toko buku lalu menyeberangi jalan, tetapi sebelum aku melangkahkan kaki, aku mendengar sebuah suara seperti orang yang sedang berkelahi dan benar saja, disamping kiriku ada lima cowok melawan satu cowok dan yang lebih mengejutkan adalah, cowok yang melawan lima cowok itu adalah Naro.

Aku berusaha mengabaikan namun seketika seseorang menendang Naro dan di ikuti oleh ke empat temannya.

cemen banget” cibirku

Satu tendangan lagi mendarat di perut Naro membut Naro terduduk memegang perutnya, aku bingung dan berteriak meminta pertolongan, beberapa orang berdatangan, namun ada juga yang hanya melihat dan terus berjalan.

kelima cowok itu suda lari yang tertinggal hanya Naro yang wajahnya babak belur, aku menghampiri Naro dan mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang telah membantu tadi.

“lo bisa jalan kan?” tanyaku padanya yang dibalas dengan anggukannya saja.

Aku membopong Naro untuk menyeberangi jalan dan masuk kedalam toko es cream. Ku dudukkan Naro di kursi dekat kaca.

“gue mau ke apotik sebelah, lo tungguin gue disini, jangan kemana-mana” ucapku lalu berjalan tanpa menunggu jawaban darinya.

tidak menunggu waktu lama aku suda berada didepannya, ku kompres lebam diwajahnya setelah itu mengoleskan obat. Aku duduk di depannya tanpa bersuara, hingga akhirnya dia mengucapkan sesuatu.

“lo ngapain bantu gue?” tatapannya sangat datar

“karna gue manusia”

Dia tersenyum sinis sambil menatapku “gue ngak butuh bantuan lo”

Menyebalkan, manusia macam apa yang tidak berterimakasi ketika di tolong, aku beranjak untuk membeli es cream tanpa menghiraukan tatapan sinisnya yang menurutku sangat menyebalkan.

“mas es cream coklat ukuran sedang satu” ucapku kepada pelayan toko, aku tidak akan membelikkan dia es cream, aku suda terlanjur kesal dengan tingkahnya yang menyebalkan, tidak menunggu lama, pesananku suda berada di tangan, aku membayar lalu beranjak untuk mengambil tas dan buku-bukuku lalu berencana untuk pulang.

“gue balik” kuambil tas dan belanjaanku tanpa melihatnya dan bergegas keluar dari toko tersebut.

“gue antar” suara bariton yang sangat kukenal, dia berdiri dibelakangku dengan tangan dimasukkan kedalam saku celananya, aku tidak membalikkan badan hingga dia menarik tangannku menuju parkiran, aku hanya mengikutinya tanpa bersuara sedikitpun, karna percuma saja aku menolak, dia akan mengeluarkan kata-kata penolakkannya dengan sok cool.

Sesampainya di parkiran aku mendengar ada suara anak kecil yang menangis, aku mengarahkan pandangan ke kiri dan kanan, hingga akhirnya aku melihat seorang anak kecil sedang duduk bersama ibunya, kelihatannya anak itu sedang meminta sesuatu namun tidak dikabulkan oleh ibunya.

“ntar ibu belikan kalau bunganya udah laku” ucap ibu itu menenangkan anaknya yang tangisannya semakin menjadi.

“hikss….aku mau es cream sekarang hiks..” kata anak itu, aku yang asik melihat pemandangan itu tidak menghiraukan Naro yang suda berulang kali berbicara denganku.

“Ara buruan naik” ucap Naro setengah sabar.

aku tidak memperdulikan tatapan marah Naro dan melangkah mendekati anak itu dan ibunya.

Ayara (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang