34

23.5K 1K 12
                                    

“Ra. gue seneng banget kacamata Sialan lo hilang ” Bella tersenyum lebar

“Doa gue akhirnya terkabul juga”

Yah Tuhan. Doa anak ini sangat tidak baik

Apa salahnya aku memakain kaca mata itu, karna bentuknya yang jadul? Kenapa mereka berdua. Ah bukan berdua saja, melainkan Bang Dikki juga begitu membenci kacamataku dan sangat gembira mengehaui kacamataku hilang. Yah aku tentu saja berbohong soal Stev yang menghancurkan kacamataku.

Aku suda bertanya kepada Alex soal Stev dan betul. Stev menyebalkan itu adalah sepupunya, dan parahnya Alex dan yang lainya menyuruh cowok itu untuk selalu berada di dekatku, katanya untuk menjagaku. Bahkan mereka juga tidak segan-segan menyuruh Stev menghajar Naro yang selalu menghampiriku dimana saja.

Sahabat-sahabatku itu benar-benar Overprotektive

“Ra” Entah sejak kapan Naro suda berada didekatku. Aku sama sekali tidak menyadari. Bella
dan Anisa yang besamaku juga suda menjauh dan tinggal aku dan Naro yang beridiri di depan gerbang.

Aku tertegun cukup lama hingga merasakan tanganku di genggam, rasanya sangat merinduka moment ini. Namun hatiku seketika perih karna mengingat aku hanya jadi bahan taruhan.

“Maafin Gue. Gue tau, gue bener-bener salah udah boong sama lo. Lo bisa pukul gue sampai babak belur, lo bisa marah sama gue” dia menghela nafas sejenak “Tapi jangan diemain gue kayak gini. Dua minggu lo abaikan semua pesan dan panggilan gue. Bahkan gue ke rumah lo dan Lo gak mau keluar nemuin gue”suara itu seperti memelas namun terdengar menyebalkan bagiku.

Sial !! dia saja bisa berbahagia bersama Putry dua minggu ini, kenapa aku tidak mencoba untuk pura-pura saja, walaupun kenyataanya memang itu sangat sakit.

“Sekali lagi maafin gue” lirihnya.

Dengan segalah kepura-puraan yang ku miliki, aku memasang senyum palsa dan melapas genggaman tangannya “Gue gak marah. Gue lagi malas ngomong aja akhir-akhir ini”

“Malas ngomong? Bukannya lo sering banget ngomong sama Gilang dan Stev. Bahkan lo gak segan-segan buat ketawa didepan mereka”

Kenapa dia seperti seorang pacar yang sedang cemburu?

“Sayang” panggilan itu cukup menggelikan buatku.

Yah itu adalah Bang Dikki yang memaksaku untuk berpura-pura. Aku tidak ingin tau maksdunya. Sudah cukup aku memikirkan masalah move onku yang selalu batal ini. Jadi dengan terpaksa dan sedikit imbalan tentunya, aku mau mengikuti permainan Bang Dikki.

Sejak awal Bang Dikki ingin menghajar Naro namun aku memohon untuk tidak marah padanya.

Wah sepertinya aku suda jatuh cinta terlalu dalam padanya sehingga melihatnya terlukan saja aku tidak bisa.

Dasar Bucin..

Bang Dikki mencium pucuk kepalaku lalu beralih menatap Naro yang sedang memasang wajah kesanya “Ada perlu apa sama pacar gue?”

Naro mendengus “Ra. Lo gak bosan sama om-om ini yang selalu nempel kemana lo pergi?” aku hampir saja terbahak dengan ucapan Naro. Namun dengan sekuat yang kubisa, aku menahannya dan lebih memilih diam.

Tentu saja Bang Dikki dikira Om-om karna setiap kali dia menjemputku, dia memakain baju formal karna dari kantor dia langsung ke sekolahku.

“Om? Lo kira gue nikah sama tante lo” jawab Bang Dikki dengan tatapan tajam

“Kalau Om mau. Nikah aja sama tante gue” jawab Naro tak mau kalah.

“Ogah. Gue mending Nikah sama pacar gue. Iyahkan yang?” Bang Dikki menatapku.

BANG !! ini sangat menjijikan

“i-yah”

“Ya udah yuk kita pulang. Ro. gue duluan yah” Naro tidak menjawabku dan langsung pergi begitu saja membuat Bang Dikki tertawa sedangkan aku menatap Bang Dikki kesal.

“Yang”

“Sekali lagi yang, ying, yung,yeng,yong. Gue bunuh”  jawabku kesal membuat Bang Dikki kembali terbahak

Dasar Abang Laknat !!


                  ***

Suda berbulan-bulan Naro mengejar Ara dan semakin dia mengejarnya teka-teki selalu bermunculan di otaknya.

Naro mendesah Frustasi. semakin dia memikirkan Siapa sebenarnya Ara, kepalanya semakin sakit dan menyesakkan.

Selama ini Naro selalu mengikuti kemana perginya Ara. Dan saat itu juga dia selalu dibuat bingung, dan kesal dengan segalah kegiatan Ara. Yah kegiatan Ara yang selalu bersama Alex, Rivalnya setiap kali balap motor.

Naro mendesah saat mengingat dua orang anak kecil yang berlari ke arahnya dengan senyum bahagia “Bunda…”

“Mungkin aja Ara Nikah sama pacarnya yang sering jemput itu” mereka saat ini sedang berada dirumah Rio. Tentu saja tujuan mereka menghibur Naro.

“Gila. Ngebet banget. Udah dua aja anaknya” Dio yang sedang bermain ponsel juga ikut bersuara.

“Gimana Prosesnya coba. Setau gue Ara masi bocah” jawab Dhafa

“Lo kira bocah gak menghasilkan apa?” Dio melirik Naro yang sedang mengusap wajanya kasar “Kali aja sebelum masuk SMA dia udah punya anak. Kembar lagi, widih gila. Benihnya ampuh banget sampai bisa menghasilkan dua” seketika Dio meringis karna mendapat tendangan dari Naro.

“Bella sama Anisa gak mungkin banget cerita kalau ditanya” ucap Arel.

“Ro. Lo ingat gak temen Ara yang perna lo tolongin dari bullyan si Putry” ucap Rio

Naro mengangguk

“Kita Tanya dia aja. Gue rasa dia tau tentang Ara, karna dia temen SMP ara” timpal Rio membuat Naro langsung mengangkat wajahnya dan  tersenyum.

“Aduh, Babang Rio emang the bets. Tambah love deh” ucap Dio dengan suara yang dibuat sehalus mungkin.

“Jijik banget gue bangsat” Rio menatap Dio dan langsung melepar bantal ke arahnya.

                                 ****

Ayara (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang