0.5

33.2K 1.5K 57
                                    


“Akhirnya pulang juga” ucap Bella dengan senyum lima jari andalannya, kami suda berada di depan gerbang, jemputan Bella suda menunggu sehingga Bella langsung pulang.

“Ra, benaran lo ngak mau bareng?” Tanya Bella yang kubalas dengan anggukan mantap.

“dikit lagi jemputan gue nyampe kok” tolakku secara halus

“ya udah gue duluan ya, tapi hari ini jujur, gue iri sama lo yang di tatap sama Kak Naro” ucapnya sebelum pergi

“bacot lo ngak guna, udah sana pergi, enek gue liat muka lo” ucapku mendorong Bella kearah mobil.

“hahaha, Dahh Araku sayang, awas di culik om-om perut buncit” ucapnya sambil melambaikan tangan

“sialan lo, daahh” sambil membalas lambaian tangan Bella.

Aku duduk di bangku depan gerbang, membuka tas untuk mengambil earphone, kupasang di kedua telingaku, lalu menutup mata menghayati setiap lirik lagu, sesekali kugoyang kepalaku di ikuti dengan bibirku yang bergerak tanpa mengeluarkan suara, aku mendengar samar-samar suara seseorang yang semakin mendekat, setelah aku merasa orang itu sudah berdiri di depanku, aku membuka mata dan lagi-lagi cowok tiang listrik itu bersama teman-temannya, Menyebalkan, ya memang sangat menyebalkan.

“elu ngapain bengong disini ? tanya Dio

“noh teman gue si Naro mau nganterin lo” ucapnya sambil menunjuk kearah Naro, aku membelalakkan mata kaget mendengar penuturan Dio yang ada didepanku.

so-soan banget mau nganterin” batinku

“WOII.. bengong aja ,kesambet baru tau rasa, lo kenal kita-kita ngak ?” ucap Dio, aku menggeleng kepala berpura-pura tidak kenal, karna gengsi mengakui jika aku suda mengenal mereka, empat cowok didepanpun tertawa terkecuali Naro si Tiang listrik bermuka datar itu,

“lo kuper atau gimanasih? Oke gue kenalin” ucap Dio lalu memperkenalkan Nama teman-temannya yang sebenarnya suda kuketahui dan yang terakhir dia menunjuk Naro yang duduk di atas motor.

“dan itu tu, namanya Naro most wanted sekolah kita” menunjuk Naro, kelihatannya Naro tidak suka jika disebut sebagai most wanted, terlihat dari ekspresi yang marah terhadap Dio.

elah most wanted apaan” cibirku dalam hati.

“dan sekarang lo ikut Naro, dia ada urusan sama lo” ucap Arel sambil menarik tanganku menuju motor Naro.

Reflex mulut mengeluarkan satu kata “what?”

“buruan naik” ucapnya sangat datar.

entah kenapa aku benar-benar terhipnotis karna suaranya yang sangat datar itu, tiba-tiba saja aku suda duduk di atas motornya, banyak siswa yang menatap kearah kami dengan tatapan yang ah..sudahlah..

dia melihat sekilas di belakang.“gue duluan” ucapnya lalu menarik gas secara pelan.

sepanjang perjalanan tidak ada yang mengeluarkan suara, hingga sampai di sebuah taman anak-anak dia memarkir motor lalu masuk kedalam taman meninggalku di belakang, aku mengikutinya hingga dia duduk dibangku yang tidak terlalu ramai pengunjungnya.

“duduk” katanya, aku hanya mengikuti perintahnya, kami duduk bersebelahan dan aku memberanikan diri untuk bertanya.

“a-ada urusan apa?” tanyaku

Dia menghela nafas, mendongakkan kepalanya keatas, lalu beralih menatapku, aku langsung tertunduk, semacam aneh rasanya ketika dia menatapku seperti itu.

“mulai sekarang lo pacar gue” ucapnya sangat enteng, lalu menatap ketempat lain, kali ini kekagetanku tidak bisa disebunyikan lagi, mataku membulat sempurna, mulutku terbuka seperti pintu goa, bisa-bisa dia mengetakan hal semacam itu dengan wajah tanpa ekpresi.

“what? Gue ngak mau”

“ngak ada penolakan”

“ dan asal lo tau, gue ngak suka penolakan”lalu menarik tanganku menuju tempat parkir.

Dia menstater motor lalu berbicara tanpa melihatku “buruan naik”.

Aku hanya pasrah mengikuti perintahnya, otakku sangat sulit mencerna kata-katanya, apa ini hanya mimpi, mana mungkin ada cowok yang ekspresinya biasa saja saat menembak cewek.

diatas motor hanya ada keheningan, aku sibuk dengan pikiranku, entah apa yang terjadi saat ini, namun sesekali ku perhatikan wajahnya dari belakang. “ganteng juga” batinku, “oh gila, gue ngak boleh suka sama dia, ngak boleh” batinku lagi sambil menggeleng-geleng kepala. Tanpa aku sadari kami suda berada didepan rumah.

“lo ngak mau turun?” dia memutar kepalanya melihat aku yang menggeleng kepala

“lo pusing?” tanyanya lagi.

cih, so perhatian” batinku

“ha..enggak”jawabku

“ya udah turun” ucapnya ketus, aku merutuki kebodohanku yang satu itu, aku turun lalu memberikan helm yang ku pakai dan langsung melangkah menuju gerbang, tanpa mengatakan sesuatu.

“ingat, lo itu pacar gue sekarang” ucapnya setengah berteriak, buru-buru ku buka gerbang dan berlari, persetan dengannya biarkan dia menganggapku seperti anak kecil karna berlari ketakutan, yang aku inginkan sekarang mandi lalu tidur dan berharap semua ini hanya mimpi jika tidak, aku akan mati di serang oleh fans-fansnya.

"Siapapun tolong ubah muka gue sekarang"

                               ~~~
Instagram:meluksendi

Ayara (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang