0.7

31.5K 1.4K 62
                                    

Dio mengusap wajahnya kasar menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan “Si botak itu ngak ada habis-habisnya cerama yang ngak sama sekali gue ngerti” Dio menatap Rio yang sedang menahan kantuk sedangkan Naro hanya menatap Dio sekilas lalu kembali menatap kedepan Dhafa yang duduk di sebelah Naro hanya menahan tawanya melihat ekspresi Dio yang sedang bosan.

Jangan tanyakan Arel dimana karna tentu saja Arel ada di depan sedang mengikuti pembelajaran dengan baik, dari kelima cowok yang terkenal Nakal itu hanya Arel yang menghuni kursi paling depan, berbeda dengan ke empat sahabatnya yang lebih nyaman di belakang.

Dio berdecak lalu membaringkan kepalanya di atas meja “au ah tidur aja” lalu memejamkan matanya tanpa menghiraukan Pak Safer yang sedang membahas tentang logaritma didepan.

Rio dan Dhafa terkikik lalu Dhafa mengetok kepala Dio yang sedang tidur diatas meja membuat Dio meringis sedikit kencang sehingga pak Safer menatap ke arahnya dengan garang.

Dio menatap Dhafa sekilas namun kepalanya tetap dibaringkan diatas meja “nyet, ganggu kesenangan orang aja” cibirnya membuat ketiga sahabatnya terkikik geli apalagi Dio tidak menyadari bahwa Pak Safer sejak tadi memperhatikkannya.

“Dio, kamu tidur lagi?” Tanya Pak Safer dengan suara lantang.

Dio tetap membaringkan kepalanya “enggak pak”

“ngak apanya, itu kamu lagi tidur”

Dhafa terkekeh “yah kan pak lihat sendiri Dio lagi ngapain masi aja nanya”

“hu’um pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban” timpal Dio santai lalu mengangkat kepalanya menatap pak Safer yang sedang menahan Amarahnya.

“kalian ber empat ini ngak sama dengan Arel yang rajin dan pintar”

Mereka menghela nafas bersamaan “yah satu yang buat ulang semua yang kena” sindir Dhafa

“pak Safer ngak Adil” timpal Rio yang sejak tadi diam dan mendapatkan kedua jempol dari masing-masing sahabatnya.

“sungguh keterlaluan, sekarang juga kalian keluar dari kelas ini” usir pak Safer geram karna percuma jika diberi hukuman mereka tidak akan jerah, bersamaan dengan itu bel istirahat berbunyi.

“yah emang udah istirahat kan” ucap Dio santai lalu keluar di ikuti oleh ketiga sahabatnya tanpa menghiraukan tatapan dari pak safer sedangakan Arel hanya menahan tawa menatap pak Safer.

Setelah sampai di luar mereka berhenti untuk menunggu Arel yang suda jelas keluar setelah pak Safer keluar dari kelas, Dio, Dhafa dan Rio duduk diteras depan kelas sedangkan Naro berdiri dengan memakai Koas putih dan seragam di tangan.

Dhafa menggeleng kepala “Arel anak teladan banget yah”

Dio mengetok kepala Dhafa membuat Dhafa meringis “iyah ngak kaya elo” ketiga emannya memutar bola mata jengah.

Naro terkekeh “ck nyindir diri sendiri” Rio mengacungkan jempolnya lalu mengetok kepala Dio yang duduk di sampingnya “biar ingatan lo kembali” Dio hanya memasang wajah cemberut mengusap kepalanya.

Setelah itu Arel keluar dari kelas dan mereka berjalan menuju kantin, namun saat di jalan menuju kantin mereka melihat Ara yang sedang duduk bersedekap dada, menyandarkan badan dan kepalanya di tembok dekat pintu seperti menunggu seseorang.

Arel menyikut lengan Naro yang sedang berjalan didampingnya “Ro, ntu pacar baru lo kan”

Mereka semua menatap ke arah Ara yang sedang berdiri seperti memikirkan sesuatu
“samperin gih sana” Dhafa mendorong sedikit badan Naro membuat Naro melangkahkan kakinya menuju depan kelas Ara untuk menemui Ara.

Ayara (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang