Selangkah Lebih dekat

28 7 0
                                    

Luka mulai sedikit meluruh
Perlahan dingin nya mencair
Langkah kita sedikit sejajar
Akankah perasaan dua hati akan menjadi tergenapi atau hanya sekadar bermain-main dengan api?

Kegiatan ujian pengambilan nilai penjasorkes akan segera dimulai. Murid-murid MIA7 sudah mengenakan kostum basket. Dan mereka sudah memiliki tim masing-masing. Okta sebagai kapten tim A dan Herra sebagai kapten tim B. Okta menguncir rambutnya, semakin mempercantik diri dan memperlihatkan leher jenjangnya. Dan untuk tim C dipimpin Dodi dan tim D dipimpin Dimas.

Kini tiba saatnya, tim A dan tim B akan bertarung. Okta dan Herra haruslah memiliki jiwa sportif. Meskipun mereka bersahabat, tetapi untuk saat ini mereka harus memenangkan tim masing-masing.
Bunyi Peluit panjang mulai ditiup oleh Pak Zain.

Bola kini berada di tim B. Okta terus berlari mengejar merebut bola. Dia tetap fokus bermain.
Sementara di sebrang sana. Lana masih sibuk memerhatikan sosok gadis berambut sebahu, yang sekarang dikuncir kuda. Pikirannya melayang soal taruhan kemarin. 'gak selemah yang gua pikir' batin Lana.
Lana tersenyum miring.

"Woy bengong aja lo bos, kesambet baru tau rasa Lo"

"Iya Lo setannya" sahut Lana santai. Semua temannya tertawa terbahak-bahak.

"Ya Allah tuh mulut bisa disaring ga ?" Tanya Kiki

Lana tak merespon. Matanya masih tak beralih dari Okta. Kiki yang sadar mengikuti arah pandang Lana.

"Oooh ceritanya udah move on dari yang onoh?" Tuduh Kiki

"Gak" sahut nya cuek.

"Gua kenal Lo bukan sehari dua hari lan" sahut kiki

"Mulut Lo bisa ngomong "gak", tapi mata Lo gak bisa bohong lan" kata Alvin.

Pertarungan semakin panas. Skor telak dibantai habis tim A. Tepuk tangan terdengar riuh di podium penonton. Kemenangan diraih tim A tanpa kata ampun. Okta tersenyum kegirangan. Memamerkan deretan gigi putihnya. Lalu, Herra memberikan selamat atas kemenangan Okta.

Okta mengganti pakaiannya. Pengambilan nilai saat ini, sangat menguras tenaganya. Untuk seorang Okta yang di pandang lemah di mata Lana. Selesai keluar ruang ganti, ia kembali menuju kelasnya. Ditengah perjalanan langkahnya terhenti. Karena ada yang menghadangnya.

"Gimana penampilan tata, tata udah buktiin ke Lana" ujar Okta dengan percaya dirinya.

"Belum cukup"

"Yaudah kalau gitu Lana, tata tantang buat adu basket pulang sekolah." Sarkas Okta.

"Yakin?" Tanya Lana dengan alis terangkat, menyepelekan.

Okta hanya menganggukkan kepala seperti anak kecil, menyetujui perkataan Lana.

Lana gemas dengan tingkah laku gadis di depannya. Rasanya ia ingin mengacak-acak rambutnya, tetapi ia urungkan niatnya.

Tanpa disadari Lana tersenyum tipis, hampir tidak ada yang melihatnya.

***

Bel bergema di seluruh lorong sekolah menandakan waktu belajar dan mengajar telah usai. Seluruh murid menyambut riang.

Okta berjalan sendiri menuju parkiran. Dengan tiba-tiba sebuah motor merah berhenti tepat di depannya.

"Naik" titah sipengendara motor.

"Hah, maksud lana" tanya Okta bingung.

"Naik apa gua gendong" paksa Lana dengan nada dinginnya.

"Hehe iya-iya"

Lana melaju meninggalkan parkiran. Tanpa sadar ada sepasang mata yang memperhatikannya dengan rasa yang campur aduk.

L'AMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang