Heart Winner

30 9 2
                                    

Sekarang skor mereka saling susul-menyusul satu sama lain. Kedua team mengerahkan seluruh kemampuannya. Team Thirty-one unggul satu poin dari team Memang mereka lawan yang sangat seimbang sehingga skor mereka terus susul menyusul.

Okta merebut bola dari tangan kapten team lawan. Dan berniat akan melakukan Slam dunk untuk mencetak poin yang akan memenangkan teamnya.

"Aaaaa"rintih Okta, ia terjatuh dan gagal melakukan Slam dunk. Okta tersungkur ketanah dan membuat cedera yang lumayan parah. Ternyata tak hanya cedera, Okta mengalami pecah di bagian bibirnya yang mengeluarkan darah segar cukup banyak. Semua penonton terlihat panik terhusus orang tua Okta dan sahabatnya. Lana yang memang menyaksikan kejadian naas seperti itu langsung menghampirinya dan membawakan tissue. Dengan sangat teliti Lana membersihkan darah yang mengalir mengenai bajunya. Dan kemudian Okta dibawa dengan tandu oleh panitia dan Lana ikut membantu.

Okta sedang di tangani oleh dokter dalam ruangan pemeriksaan gedung ini. Terlihat kepanikan di raut wajah orang tua Okta, Lana dan sahabatnya.
Dokter kemudian keluar dengan wajah yang sulit diartikan.

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" Tanya Dinantri.

"Alhamdulillah Putri ibu baik-baik saja. Ia mengalami cedera, tetapi tidak begitu parah." Jelas dokter.

"Saya beoleh masuk dok?" Tanya Dinantri.

"Silahkan" ucap dokter itu dan langsung melangkahkan pergi.

"Oktaa kamu gak apa-apa nak?" Tanya Dinantri panik melihat keadaan anaknya.

"Tata gak apa-apa kok mih" jawab Okta dengan senyuman yang terlukis di wajahnya.

***

Pertandingan tetap dilanjut, team Thirty-one kehilangan kapten teamnya dan digantikan oleh pemain cadangan.

Kedua team itu terlihat sangat bersemangat untuk saling mencetak gol. Sekarang team Thirty-one tertinggal satu point. Team Thirty-one tidak akan membiarkan TheWin mewujudkan namanya. Mereka terus berusaha menjadi pemenang di ajang turnamen Nasional ini.

***

"Mih?" Panggil Okta.

"Iya kenapa sayang?"

"Aku mau bicara sama Lana sebentar." Ucap Okta.

"Ooh silahkan" jawab Dinantri seraya mundur dan menghampiri sahabat Okta.

"Miih ber-dua" ucap Okta sambil menggerakkan kedua jarinya keatas kebawah yang sudah membentuk huruf "V"

Mereka semua mengerti bahwa Okta hanya ingin berbicara berdua dengan Lana. Mereka kemudian meninggalkan Okta dan Lana berdua di ruangan tersebut.

"Lan"---"Ta" panggil satu sama lain berbarengan.

"Lo duluan" ucap Lana.

"Udah Lana duluan aja" balas Okta.

"Gua mau ngomong, kalo sebenernya..."ucap Lana berhenti sejenak. "Kalo sebenernya..." Ucapan Lana terpotong oleh Okta yang sangat antusias.

"Sebenernya apa Lanaa?" Tanya Okta antusias. Tak sabar ingin mendengar kelanjutan dari ucapan Lana. Terlihat dimatanya memancarkan kebahagiaan walau belum tahu apa kelanjutan dari ucapan seorang Lana. Senyumnya terus mengembang.

"Sebenernya... Main lu bagus." Lanjut Lana. Yang berhasil membuat senyum Okta layu seketika. Okta mengembangkan pipinya seraya mengerucutkan bibirnya yang begitu imut.

"Lu mau ngomong apa?" Tanya Lana.

"Tata udah baikan. Dan tata mau lanjut main" jawabnya dengan semangat yang menggebu-gebu. Tak memperdulikan keadaannya yang masih seperti itu.

L'AMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang