Jika raga tak menyapa
Biarlah doa yang menata
Jika rasa tak kunjung ada
Biarlah takdir yang berbicaraAdzan magrib mulai berkumandang, Dinantri mengajak untuk sholat Maghrib berjamaah.
Mereka pun segera mengambil wudhu, setelahnya Dinantri memberikan mukena untuk dikenakkan Okta. Wajah Okta semakin terlihat cantik berseri.Tak lama, Lana keluar dari kamarnya dengan sarung dan kopiah yang melekat indah. Lana dan Okta pun saling bertatapan. Keduanya sama-sama saling menatap kagum.
"Ekhm, tatapannya nanti ajah, sekarang ayo sholat" ujar Dinantri memecah keheningan mereka. Sontak membuat Okta terkejut dan salah tingkah. Mereka pun memasuki musholla pribadi yang terdapat di rumah Lana.
"Kamu jadi imam ya lan, papa kamu soalnya belum pulang" titah Dinantri.
"Iya bun" jawab Lana tersenyum tipis.'masya Allah calon imam idaman' batin Okta.
'kayanya tata benar-benar suka Lana' timpal batin Okta.Mereka menjalankan sholat Maghrib berjamaah dengan khusuk. Baru kali ini Lana mengimami orang asing selain keluarganya. Apakah ini sebuah kemajuan awal yang baik. Bahwa dinginnya seorang Lana Danendra Castela telah dibuat luluh oleh gadis cantik berambut sebahu Okta Diandra Camela. Atau memang, sebenarnya Lana itu tidak sedingin anggapan orang di luar sana.
Selesai melaksanakan sholat Maghrib, Lana kembali ke kamarnya. Sedangkan Okta ikut Dinantri menyiapkan makan malam.
"Okta temenin Tante siapin makanan untuk malam ya, kamu makan malam disini juga" ujar Dinantri.
"Oke Tante" sahut Okta antusias.
Setelah itu, mereka ke dapur. Melanjutkan aktivitas masak-memasak. Meskipun terlihat seperti anak kecil yang manja, jangan salah, Okta juga bisa memasak makanan yang enak dan lezat.
Berbagai sajian makanan mereka siapkan. Tak lama terdengar suara derap langkah seseorang yang semakin dekat.
"Assalamu'alaikum bunda, Al pulang" teriak Alfa setibanya didepan mereka dengan tangan kiri yang tengah memeluk IQRA. Sedangkan, tangan kanannya ia gunakan untuk menyalami sang bunda dan teman kakaknya.
"Waalaikumsalam" jawab mereka kompak. "Ade ganti baju dulu yuk" ujar Dinantri menarik lengan Alfa menuju kamar.
"Tante tinggal dulu ya"
Okta masih sibuk dengan spatula digenggamannya. Tangannya terlihat lincah membolak-balik ikan di wajan.
Pletik ( anggap suara kecipratan minyak:p)
"Aw.."ringis Okta saat sepercik minyak mengenai punggung tangan nya.
Refleks Okta menarik tubuhnya hampir terhoyong ke belakang.Okta merasakan ada tangan kekar yang menopang tubuhnya. Manik mata mereka bertemu, seketika tatapan mereka terkunci. Mereka larut dalam lamunan masing-masing.
'ya Tuhan, sungguh indah ciptaanmu, Lana ternyata ganteng banget kalau dilihat dari deket kaya gini' batin Okta
"Ekhem" Lana melepas tautan tangannya. Dan menetralkan degup jantungnya yang terpacu lebih cepat dari biasanya.
"Makasih Lana" ujar Okta sambil memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Lo belum pulang?" tanya Lana ketus.
"Belumlah, ini kan Tata masih disini, Lana mah suka lucu" jawab Okta
Lana tak bergeming. Lana melanjutkan langkahnya ke meja makan.
Makanan telah siap tersaji di meja makan. Okta duduk berhadapan dengan Lana. Dinantri dan Alfa menyambangi mereka yang sudah duduk manis di meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'AMOUR
Teen FictionIni bukan tentang siapa yang lebih dahulu mengenalmu.Bukan soal siapa yang dahulu hadir kekehidupanmu. Tapi, ini kisah kita. Tentang kita. Tentang aku dan kamu. Saat memori menorehkan luka tak berujung, Saat dimana hati kita dilapisi luka. Kita sama...