pukul sudah menunjukkan 6:35 Wib. Lana masih asik menyantap sarapan di meja makan. Sang bunda telah menyediakan hidangan seperti hari-hari biasanya.
"sudah siang, kamu belum berangkat?" tanya Dinantri.
"sebentar lagi bun" ujar Lana.
"kamu antar bunda sekalian ya ke butik" ujar Dinantri.
Lana mengangguk. Lalu kembali menyantap sandwich buatan Bunda yang super lezat itu.
"yuk"
Mobil sport berwarna merah keluar dari garasi. Lana dan Dinantri juga Alfa berangkat menuju butik sekaligus Lana kesekolah.
"turun di pertigaan ajah ya. Nanti kamu telat" ujar Dinantri.
"gak. Bunda gak boleh jalan kaki" ujar Lana
"iya deh. Kamu gak jemput Okta?" tanya Dinantri.
"jemput" sahut Lana singkat.
Beres mengantarkan bundanya, dia menancapkan gas kerumah sang pacar imutnya. Tidak butuh waktu lama, mobilnya sudah terparkir dihalaman rumah Okta.
tin tin
Suara klakson terdengar nyaring memecah keheningan pagi."sayang, Lana sudah ada diluar" ujar Camela setelah mendengar klakson yang dibunyikan jemputan anaknya
"iya mami" sahut Okta menuruni anak tangga.
"assalamualaikum" ujar Okta seraya menyalami tangan Camela.
"waalaikumsalam, hati-hati" ujar Camela.
"lama" ujar Lana ketika Okta sudah tiba didalam mobil. Tidak ada adegan buka pintu, karena ini seorang Lana. Malas sekali dia di perintah.
'gak ada romantis-romantisnya punya pacar. Dasar kutub utara' batin Okta.
"kenapa lo?" tanya Lana yang melihat Okta mengerucutkan bibirnya.
"enggak kenapa-kenapa" ujar Okta ketus. Lana hanya ber'o'ria.
Dia mulai melajukan mobilnya. Tangannya mengotak-atik musik di dashboard. Lagu 'Dia' milik Anji mendominasi dimensi dalam mobil. Okta jadi teringat saat Lana menembak dirinya waktu di Villa.
Lana tersenyum tipis melihat gadis disamping kirinya hanya dengan lewat ekor matanya.
Cowok itu lama-kelamaan merasa nyaman."Lana?" tanya Okta memulai pembicaraan.
"hm"
"ih ketus ajah terus" sahut Okta mendengus kesal.
"apa?" tanya Lana.
"lain kali bukain pintu dong buat Tata biar kaya di film-film. Jadi pacar kok gak ada romantis-romantisnya" Jujur Okta frontal.
Lana menaikan sebelah alisnya. Tangan kirinya bergerak meraih tangan mungil Okta. Keduanya saling menyalurkan rasa nyaman.
"gak harus seperti di film-filmkan buat romantis. gua gak jago soal gituan" ujar Lana.
Membuat Okta menenguk salivanya. Bahkan, Okta merasa kalau ia sedang di perlakukan manis oleh Lana. Baru saja ia mendengar bahwa Lana tak jago dalam hal romantis. Tapi, kenyataannya sekarang Okta sedang diperlakukan romantis olehnya. "kenapa diam?" tanya Lana bingung.
"e-anu aduh"
"lucu" kata Lana membuat Okta semakin kalang kabut. Wajahnya kini semakin memerah.
"ih Lana kenapa liatin Tata terus sih. Fokus nyetir dong" ujar Okta yang mengalihkan pandangannya. Karena, jantungnya sudah berdetak diatas rata-rata ditatap Lana seperti itu. Manik mata seorang Lana sangat membuat siapa saja yang menatapnya terasa deg-degan.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'AMOUR
Teen FictionIni bukan tentang siapa yang lebih dahulu mengenalmu.Bukan soal siapa yang dahulu hadir kekehidupanmu. Tapi, ini kisah kita. Tentang kita. Tentang aku dan kamu. Saat memori menorehkan luka tak berujung, Saat dimana hati kita dilapisi luka. Kita sama...