Ujian

26 7 0
                                    

Kesuksesan tak luput dari yang namanya ujian.
Ujian yang membuat seseorang semakin kuat dalam menghadapi apapun.

Hari yang ditunggu-tunggu bagi mereka yang antusias berperang dengan soal-soal. Tapi, tidak bagi mereka yang malas bertempur dengan soal. Tetap saja, mau tidak mau mereka harus mengikuti ulangan.

"Lan jangan pura-pura budek ya kalo gua panggil"kata Kiki

"Iya Lan, jangan pelit pelit amat lah Lan sama sahabat sendiri lho Lan"

"betul tuh kata si Evan, cuma nyontek dikit Lan, serius nih gua"ujar Kiki memelas.

Lana tak berkutik, tak menggubris sama sekali ucapan dua curut itu.

"makanya belajar" kata Alvin

"gua sih setiap hari belajar" kata Kiki percaya diri. "belajar apaan lo?" tanya Alvin. "belajar menggapai Sesil dengan segenap jiwa dan raga"ujar Kiki dengan nada puitis nya. "elah bajigur, kaya dia mau sama lo ajah" sahut Evan.

"Sesil itu malu malu tapi mau sebenernya"kata Kiki.

Pengawas ulangan kini sudah masuk keruang masing-masing. Semua hening dan terasa aman. CCTV terpasang di setiap kelas, bagi mereka yang berniat mencontek pun niatnya mereka gagalkan. Karena,takut keciduk.

"shutt Lan"

"Lana"

Lana tidak menoleh sama sekali, fokusnya tidak teralihkan dari soal soal dihadapannya. Urusan nilai, ia tak peduli sahabat.

Wajah-wajah yang terlihat cemas dan kebingungan sangat dapat terbaca. Hari pertama mereka sudah di suapi ulangan Mtk. Kesulitan sedikit Lana alami, namun seorang Lana tetap bisa memecahkan soal itu.
Waktu diberikan 120 menit.

Sudah hampir 1 setengah jam berlalu, Kiki masih sibuk mencari jawaban. Otak seperti dia, tidak cocok menampung soal yang kini dihadapinya. Kiki tidak jago masalah Matematika, tapi masalah perbucinan dia jagonya.

Lana sudah menyelesaikan semua jawabannya. Lalu, ia mengumpulkan lembar jawaban itu terlebih dahulu dan meninggalkan ruang kelasnya.

"woyy Lan tungguin" kata Kiki.

"Kiki jangan berisik, cepat selesai kan soal kamu"

"iya ibu Linda cantik" kata Kiki.

Okta sudah menyelesaikan soal ulangannya. Disusul oleh Herra, mereka akhirnya memutuskan ketaman belakang mencari udara segar.

"Tata mau ketoilet bentar ya"

"ya udah gua tunggu ditaman ajah kalo gitu"

"oke hati-hati"

"lo juga"

Okta berjalan sedikit berlari kecil, panggilan alam sudah sangat mendesak.

Brukk...

Bahunya menabrak seseorang dihadapannya. Tatapan elang dari sang lawan bicara terarahkan begitu saja.

"eh Lana, maafin Tata ya, Tata lagi buru-buru"

Okta berlari begitu saja. Tidak peduli dengan wajah kesal Lana.

'dasar aneh' batin Lana.

Ting.

notifikasi muncul.

HerraQueensha

ketaman dong Lan, temenin gw gabut nih:(

                        oke otw!

oke, sekalian bawa maknan y hehe:v

L'AMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang