Kini dimensi waktu merangkul kamu.
Untuk menjadi kamu, tanpa diselimuti luka pilu.
Dan dinginnya kini tidak lagi menipu.Pagi telah menyambut siapapun yang akan beraktivitas. Murid-murid SMA 31 Castela sudah berada diruang lingkup sekola. Pukul sudah menunjukan 07:00 WIB.
Lana berjalan santai melewati para fans. Ia menyusuri keramaian yang sudah menjadi makanan sehari-harinya. Perutnya terasa lapar. Dia pun memutuskan kekantin sendiri.Ia berpapasan dengan okta. Yang membuat dia merasa aneh. Gadis itu sama sekali tak menyapa. Okta berjalan lurus tanpa melihat kearah lana. 'Dia bener-bener marah?' Batin lana. Lana memberhentikan langkahnya ." tunggu!" Ujar lana memerintah gadis itu. Okta membalikan badannya.
"Lana manggil tata?" Tanya okta sembari menunjuk dirinya.
Lana diam. "Oh oke kalau emang bukan, tata mau pergi" ucap okta dan melangkah pergi. Lana pun mencekal pergelangan tangan okta."Bisa gak sih, gak main pergi gitu ajah?"
"Lana juga bisa gak sih, kalo punya janji itu ditepatin?" Okta mulai menyindir secara terang-terangan
"Lo marah soal kemarin?"
"Menurut lana ajah gimana?"
"Ekhem"
"Eh pacar hehe" ujar okta kepada seseorang yang berdehem.
"Ngapain kalian masih disini?"
"Anu pa tadi itu.."
"Sudah. Sekarang kalian berdua bersihkan perpustakaan, sekarang!"
"Tapi tata kan-"
"Tidak ada bantahan".titah pak carli. Yang dikenal dengan pacar.
Lana berjalan santai menuju perpus. Hukuman tetaplah hukuman. Meski anak pemilik sekolah sekalipun lana tetap bersalah.
Alviin
Dmn? Bu linda udh dtg
Prps
Lah ngapain?
Izin dlu
Lana memasuki benda pipih itu ke saku celana abu-abunya. Okta masih membuntuti lana. Tidak ada pembicaraan diantaranya. Atmosfernya terasa canggung.
Tiba diperpustakaan.
Okta mengambil kemoceng. Tapi, kemoceng itu terasa sangat tinggi. Ia pun sampai berjinjit mengambil benda itu. Lana masih sibuk memerhatikan dari jauh. Terbesit senyuman padanya.
"Ih kemoceng ayo dong tata udah pegel " ujar okta yang masih sibuk meraih kemoceng itu. "Nih" lana tanpa repot-repot, tangan nya dengan mudah meraih kemoceng itu.
"Makasih banyak lana"ujar okta sambil tersenyum manis kepada lawan bicaranya. Okta pun segera membersihkan buku-buku dirak dan meninggalkan lana. 'Aneh' batin lana."Okta ?" Tanya lana. "Kenapa lana? Tata masih sibuk nih, kalo lana ngajak ngomong terus gak selesai-selesai pekerjaan tata" sahut okta. Lana mengerutkan dahinya. Kapan dia ngajak ngomong terus. Baru juga buka suara .
"Okta ?""Lana diem dulu dong lana"
"Ta" panggil lana untuk ke tiga kalinya. "Apa sih lana .." ujar okta yang baru menyadari bahwa lana sudah berada dibelakangnya.
"Gua mau ngomong" kata lana."Kan ini juga udah ngomong" sahut okta.
Huft.
"Gua minta maaf""Minta maaf ? Emang lana salah apa?" Tanya okta dengan polosnya.
Lana memegang dahi gadis itu
"Lo sehat kok" ujar lana.
"Emang tata sehat. oh lana mau tata sakit ya?" Tanya okta yang tersenyum senyum menyuduti lana.
"gua serius ta" Sahut lana.
" jadi lana serius pengen tata sakit?"
Lana menggeleng kepala bingung harus gimana lagi ngadepin makhluk ini. Kalau tidak memiliki kesabaran yang tinggi mungkin dia sudah... Entahlah!"Gua minta maaf kemarin gak nepatin janji gua." ujar lana.
Okta menganggukan kepalanya. " oke tata maafin" ujar okta menunjukan gigi putihnya. 'Lo cantik' batin Lana.
"Pulang bareng gua!"
"Siap majikan"
"Anak pinter" sahut lana mengacak rambut gadis itu.
***
Wah udah ada kemajuan nih...
Tuh kan dibilang makin seru, makanya vote dan komentar ya 😉
Author masih ngemis vote nih
Happy reading💙💙💙
Salam
Author
KAMU SEDANG MEMBACA
L'AMOUR
Teen FictionIni bukan tentang siapa yang lebih dahulu mengenalmu.Bukan soal siapa yang dahulu hadir kekehidupanmu. Tapi, ini kisah kita. Tentang kita. Tentang aku dan kamu. Saat memori menorehkan luka tak berujung, Saat dimana hati kita dilapisi luka. Kita sama...