Setelah bertarung kurang lebih satu minggu ini, Okta menghela nafas lega, pasalnya ia tak harus memforsir otaknya untuk belajar lebih keras dari biasanya. Saat ini ia masih asik rebahan di atas kasur dengan springbed bermotif kucing kesukaannya yang berwarna biru.Walau jam yang bergantung dengan dinding putih itu sudah menunjukkan pukul 9 pagi.Namun tetap saja kasurnya lebih menarik dari apapun.Toh ini kan hari libur? Mengapa tidak dimanfaatkan untuk kembali menyegarkan tubuh dan otak? Sekolahnya memang memberikan waktu libur tiga hari agar murid-muridnya bisa kembali fresh saat mengahadapi ujian yang lebih serius lagi dalam waktu dekat ini.
Namun suara notif dari atas nakas membuatnya berdecak, siapa yang mengganggu waktu santainya. Dengan acuh Okta mengabaikan ponselnya. Lagian,dia yakin paling notif itu berasal dari fans fanatiknya. Siapa lagi kalo bukan operator tercintanya?.
Drrtt....Drrtt..
Ponselnya kembali bergetar, sebenarnya Okta penasaran kenapa fans fanatiknya itu terus saja menganggunya. Apa dia akan dapat kuota 16gb gratis hari ini? Ah tapi tetap saja kasurnya ini lebih membuatnya tertarik.Lagu Insyaallah milik maherzein mangalun diruangan serba pink itu, membuat Okta berdecak sebal karena ada saja yang menganggu waktu liburnya yang langka ia dapatkan, mengingat ia sudah kelas 3 membuatnya susah untuk jeda barang sedikit. Dengan malas, Okta meraih telepon berlogo apel digigit sebelah dengan warna rose gold itu. Matanya masih belum terbuka sempurna.Bodo amat siapa yang menelpon yang penting orang itu akan habis kena ocehan paginya.
"Ha--" Belum sempat Okta ingin menyumpah serapah orang diseberang sana,tetapi malah kupingnya yang dibuat sakit.
"OKTA BURUAN SIAP-SIAP!" Suara toa itu berasal dari siapa lagi jika bukam sahabat tercintanya Herra.
"Apaansih Herra masih pagi tau kenapa Tata disuruh siap-siap? Dan oh iya Tata lupa, Tata harus tidur lagi Hera takut mimpi indah tadi gak mau nyapa Tata lagi." Ucap Okta panjang lebar, dengan sesekali menguap.
"Gak! BANGUN SEKARANG TERUS SIAP-SIAP" Okta menjauhkan ponselnya dari telinganya, mencoba menyelamatkan aset pendengarannya.
"Mau ngapain si Herra siap-siap?" Tanyanya setelah menempelkan benda itu lagi ketelinga kanan nya.
"Lo lupa? Hari ini kita pergi ke PUNCAK OKTA DIANDRA CAMELA." Jawab Hera dengan penekanan di empat kata terkahir.
Okta bangun dari rebahannya,kini ia sudah terduduk seraya mengetuk-ngetuk jari telunjuk didepan dagunya.
"Kepuncak?"Flashback on
Seorang gadis berjalan lesu disepanjang koridor dengan tas pink yang setia dipundaknya. Bagaimana tidak? Semalaman ia harus belajar matematika,pelajaran yang sama sekali tidak pernah ia pahami sejak SD. Walau begitu dia tetap belajar dengan kemampuan yang ia miliki,tapi hasilnya tak sesuai ekspektasi. Soal-soal dengan berjuta rumus itu terlihat berbeda dari apa yang dia pelajari. Dicontoh terlihat lebih mudah tapi kenapa disoal malah terlihat rumit?. Belum lagi saat ujian berlangsung,Okta kebingungan mencari dimana rumus-rumus yang seingat nya semalam ia sudah sangat hafal,karena dulang berkali-kali. Tapi saat berhadapan dengan pelajaran eksak itu semuanya seketika buyar menguap entah kemana. Dari dua puluh rumus yang ia pelajari semalam,hanya tiga saja yang berhasil dia ingat, meskipum tetap saja dia bingung untuk menaruh rumus ini disoal yang mana? Matriks atau logaritma? Atau bahkan materi peluang. Ahh...sungguh rasanya otaknya ingin meledak seketika jika mengingat itu.
Tapi, tidak ada yang tidak mungkin bukan. Selama dia masih berusaha. Pasti dia akan mencapainya."Okta.." Panggil seseorang dari arah belakang. Ya,gadis yang terlihat lesu tadi adalah gadis imut tapi memiliki otak yang amit-amit. Siapa lagi jika bukan Okta?
Okte enggan berbalik, ia hanya menolehkan kepalanya sekilas.
MelihatMelihat Herra yang ternyata sedang berlari kecil kearahnya. Herra berhenti didepan Okta.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'AMOUR
Teen FictionIni bukan tentang siapa yang lebih dahulu mengenalmu.Bukan soal siapa yang dahulu hadir kekehidupanmu. Tapi, ini kisah kita. Tentang kita. Tentang aku dan kamu. Saat memori menorehkan luka tak berujung, Saat dimana hati kita dilapisi luka. Kita sama...