PERJANJIAN

17 6 0
                                    

Seperti sengketa yang tak sengaja mengikis jarak antara kita.Membawa hati pada getaran yang berbeda.Membawa mata pada pemandangan yang nyata.Membawa mulut pada runtuyan kata,
" Destiny brought you to me".

Terlihat seorang gadis bertubuh mungil sedang menggeliat dari tidurnya. Matanya memang terpejam namun gadis itu tidak benar-benar tertidur. Raganya memang berada disini, namun fikirannya berkelana pada sosok yang terus menghantui kepalanya sejak tadi.

Flshback on~

"Ekhm." Dehem Lana menghentikan kontak mata diantara keduanya.

Lana teringat akan sesuatu, tiba-tiba saja senyum smirk nya ia perlihatkan.
"Lo kalah, Besok temuin gue di taman belakang sehabis istirahat." Titah nya dingin.

Okta mendengus, ia ingat akan perjanjian dengan cowok dihadapannya ini. Rasanya ia ingin menolak dan membatalkan saja perjanjian gila ini.
"Jangan coba ingkar kalo lo gamau liat sisi lain dari gue.'' Ancam Lana. Cowok ini tidak pernah main-main dalam ucapannya.

Okta menelan salivanya susah payah. Jujur nyalinya ciut saat mendengar ucapan yang lumayan panjang dari Lana. Kalo saat berbicara panjang semengerikan ini lebih baik ia mendengar Lana beerbicara dua atau tiga kata saja.

"Tata bukan orang yang suka ingkar janji! Oke besok Tata akan dateng ketaman belakang sekolah." Jawab Tata cukup lantang.

Flashback of~

Perjanjian yang tidak sengaja ini membuat Okta merasa pusing sendiri. Namun nasi sudah menjadi bubur. Waktu yang sudah berlalu tak mungkin bisa diputar kembali.

Lama bergelut dalam fikirannya,nafas gadis ini naik turun secara teratur menandakan bahwa alam mimpi sudah menarik nya dalam-dalam.

***

"Tata sarapan dulu sayang." Panggil Camella saat melihat putri sematawayangnya bergegas untuk berangkat sekolah.

"Maksih mih tapi Tata gak laper." Jawab Tata lesu dan langsung pamit kepada sang mamih.

Sedangkan Camella mentap khawatir melihat perubahan sikap sang putri.

***

Tata menatap tanpa minat papan tulis yang berisi rumus-rumus fisika yang berjajar.

Tata tak menyadari dari tadi dirinya ditatap oleh Bu Friska.

Namun Okta tak bergeming sama sekali.Herra yang notabennya teman sebangku Okta lantas menyikut sahabat nya ini.
"Ta lo dilitin tuh sama Bu Friska." Ucap Herra sepelan mungkin agar hanya dirinya dan Okta yang mendengar.

Namun nihil hasilnya tetap sama Okta masih diam dengan pandangan kosong kedepan.
"Heh kamu! Saya liat dari tadi melamun terus.Apa yang kamu fikirkan?" Tanya guru killer itu ketus. Suaranya cukup tinggi membuat Okta mengerjab dan sadar dari lamunannya.

"Tata gamau jadi babu" Teriak Okta tanpa sadar.

Semua mata memicing kearahnya. Okta menutup mulutnya sendiri yang tidak bisa dikunci.

''Maksud Kamu apa Okta? Siapa yang mau menjadikan kamu babu?" Desak Bu Friska.
"Eh itu anu pak,hm maksud Tata.Tata gamau jadi Barbie. Iyaya Barbie pak Maksud Tata hehe." Alibi Okta disertai cengiran kuda andalannya.

Sontak jawaban Okta membuat tawa murid satu kelas pecah seketika.
Sedangkan Pak(gr fisika) hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah konyol muridnya yang satu ini.

Kring...kring...
Bel tanda istrihat berbunyi.
"Ta kantin yuk" Ajak Herra.
"Mm. Herra duluan aja Tata mau ketoilet dulu bentar" Bohong Okta .
Herra sebenarnya merasa ada yang aneh dengan sahabatnya ini,namun mungkin itu hanya perasaannya saja."Oke gue duluan ya" Pamitnya seraya pergi meninggalkan gadis dengan wajah kusutnya.

Okta menelungkupkan kepalanya diatas meja.
Drrtt..Drttt...
Okta merogoh saku seragamnya,matanya membulat melihat siapa pengirim pesan itu.

Cowokpinguin

"Taman belakang!"

Dengan langkah gontai Okta berjalan menuju taman belakang.

Ternyata Lana sudah berada disana,tepatnya duduk dikursi panjang dibawah pohon yang rindang.

Perlahan Okta menghampiri dan duduk disamping cowok berseragam putih abu-abu dengan kancing atas yang terbuka dua.
"Lelet" Ucap Lana dingin.

Okta tak mengindahkan ucapan Lana.Ia datang hanya ingin menepati janji

"Kenapa Lana ngajak Tata ketempat ini?"
Lana tak menjawab tangannya sibuk mengambil sesuatu dari saku celananya.

Okta mengernyit bingung melihat sebuah kertas di pangkuannya.
"Apa ini Lana?" Tanya Okta.
"Punya mulut? Baca!" Tajam Lana.
Okta dibuat kesal sendiri dengan manusia macam Lana ini,rasanya ingin sekali ia meremos mulut kejam itu.
" Tinggal jawab aja apa susah nya si Lana. Tuhan ngasih mulut itu ada dua fungsinya yang satu buat makan yang satu buat ngomong." Ujar Okta gemas.
"Bacot!"
Lagi-lagi Okta mengelus dada.'Sabar Tata ini ujian' Batinnya.
Mata Tata terbelalak melihat isi dari kertas yang diberikan Lana.SURAT PERJANJIAN. What??apa lelaki ini sudah gila? Cuma hanya karena dirinya kalah dari Lana dipertandingan basket, ia harus membuat surat perjanjian seperti ini? Oh ayolah bahkan pertandingan kemarin bukan pertandingan resmi. Dan yang bikin kesalnya lagi isi dari perjanjian yang gak masuk diakal, sungguh Okta ingin sekali membumi hanguskan lelaki disampingnya ini.

"Lana maksudnya apa?" Tanya
Tata dengan suara begetar.

"Lo anak SMA kan?" Tanya Lana datar dengan menatap manik lawan bicaranya.

"Iyalah Lana! masa Tata anak TK kan Tata pake putih abu-abu bukan merah hitam merah hitam Lana..." Jawab Okta tak terima Lana meragukan jenjang pendidikannya.

"Bagus. Tanpa gue jelasain harusnya lo paham." Ucap Lana seraya beranjak dari duduknya.

Baru dua langkah Lana berbalik
"Berlaku besok sampe 1 bulan kedepan"

Katanya dan melanjutkan kembali langkahnya.

Sedangkan gadis yang masih terduduk ditempatnya hanya mengeram kesal dengan cowok yang baru saja berlalu.
"DASAR PINGUIN BERHATI BATU!!!"

Heheh perjanjian apa nih?

Jan lupa vote and komen ya wkwk
Author masih ngemis vote nih, komen juga wkwk...

Jangan tuntut author untuk up terus.
Kalau yang vote masih sepi!

L'AMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang