Kejadian Tak Terduga

16 7 4
                                    

Perlakuanmu yang tak terduga. Membuat tanda tanya besar pada otakku. Setengah hatiku percaya. Namun setengah lagi meragu. Apakah kau tulus mencintaiku? Atau sekedar guyonan sebagai penghiburmu?

Udara yang dingin tak membuat mereka mengurung diri didalem villa. Kerlipan bintang serta pancaran rembulan seolah menarik mereka untuk ikut serta didalamnya. Ditambah cahaya warna-warni yang berasal dari lampu yang sudah dihias sedemikian rupa membuat tempat ini semakin wah dipandang mata.

Lake'boys dan Keempat gadis cantik itu tengah berada dipelataran villa dengan satu buah panggung didepannya. Masih panggung yang sama kemarin malam. Para cowok itu  tengah sibuk membuat barbeqeu. Sedangkan para gadis sednag mempersiapkan bumbu-bumbunya serta berbagai minuman kaya rasa.

"Eh Vanta, ambilin ayam nya dong." Pinta Kiki kepada Evan yang sedang sibuk membuar bara.

"Eh Kuku enak aja nyuruh-nyuruh ambil sendiri sono lo kira gw gak repot apa?!" Balas Evan tak terima.

"Yaelah tinggal ambilin doang aja pake ngegas segala. PMS lo?" Kata Kiki tak sewotnya.

"Yeuh baperan banget lu ager-ager!"

Tak terima disamakan dengan benda kenyal nan lengket itu. Kiki menghampiri Evan dan menjitak tepat dibagian puncuk kepala lelaki itu.

Pletak...

"EH ANJIR SAKIT WOY." Keluar lah suara oktaf milik Evan.

Baru saja Kiki ingin membalas. Tatapan tajam Lana sudah mengintimidasi nya, membuat nyali keduanya ciut seketika.

"Berisik!" Ketus Lana. Lalu pergi meninggalkan mereka.

Sedang dua cecurut itu hanya terkekeh sambil menangkupkan kedua tangan mereka diatas dada.

"Udah cepetan gak bakalan jadi kalau kalian ribut terus." Terang Alvin. Memang dari keempat nya, cuma dialah yang paling bijak dalam bersikap.

"Herra.....Tata boleh minta tolong gk?"  

Kening Herra berkerut," Perlu bantuan apa Ta?"

Okta tersenyum. Memang Herra sahabat yang bisa diandalkan.

"Itu loh ambilin es batu didalem. Disini udah habis Ra. Gapapa kan hehe?" Tanya Okta. Sebenarnya dia ingin mengambil es batu itu sendiri,  tetapi dia masih berkutat dengan buah-buahan yang harus ia blender. Sedang kedua sahabat nya yang lain disibukkan dengan membuat bumbu barbaqeu. Hanya Herra yang sudah selesai dari tugasnya.

"Oke gapapa. Tunggu bentar ya."

"Perlu gua anter gak Ra?" Tawar Sesil.

Herra menggelang, tanda penolakan.

"Yakin, gak repot Ra?" Tanya Lidya memastikan.

Lagi, Herra menggelang. "Gak usah. Gua bisa sendiri kok, thanks." Setelah itu Herra masuk kedalam Vila.

Dua buah es batu yang berada didalem baskom sudah Herra dapatkan. Ia berniat langsung ketempat acara, namun netra nya menangkan sosok lelaki yang sangat familiar dimatanya.

Perlahan, kaki nya melangkah mendekati lelaki itu. Namun langkah nya terhenti ketika mendengar suara. Ia lebih memilih memperhatikan dari belakang.

"Apa gue yakin ngelakuin itu?" Guman cowok itu terdengar frustasi. Tangannya bahkan terulur menjambak rambut nya sendiri. Setelah nya lelaki itu pergi kembali keluar Villa.

"Dia kenapa?" Batin Herra.

***

Setelah puas menikmati hidangan yang begitu memuaskan perut dan dahaga. Mereka memutuskan untuk bernyanyi-nyanyi, bermain games, hingga guyonan-guyonan jayus dari Kiki dan Evan.

L'AMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang