Dua belas

3.1K 428 58
                                    

Hal yang paling terasa bagi Prilly adalah kehilangan perhatian dari Ali. Hampir dua minggu dan ia uring-uringan menahan rindu serta perasaan resah. Kepalanya pun juga sering berdenyut belakangan ini.

Ali yang tak memberinya kabar membuatnya merasa tak penting dan berpikiran mungkin Ali memang berniat menghentikan kedekatan mereka. Ia berulangkali mengetik kalimat di kolom chatnya sayangnya malah berujung draft yang tak kunjung terkirim dan justru kembali ia hapus.

"Ngapain sih kak Pril?" tanya salah satu rekan kerjanya yang menyaksikan keresahan Prilly dengan memegang hp-nya sedari tadi. Lia mengintip isi ponsel Prilly kemudian terkekeh "Oh itu abang polisi ya, kak?"

"Iya" jawabnya tanpa ragu.

"Gengsi nih pasti mau ngechat" duga Lia yang langsung diangguki Prilly "Udah chat aja yang agak-agak alay gitu terus nanti bilang aja dibajak temen. Selesai deh masalah"

Prilly memikirkan saran Lia sebentar hingga akhirnya ia tersenyum kecil dan melancarkan jarinya dikolom chat, mengikuti saran Lia.

⭐⭐⭐

Ali yang baru saja pulang pelatihan membuka ponselnya ketika beberapa kali bergetar. Ada berbagai chat baik dari atasannya maupun grup chat timnya. Namun yang menarik perhatiannya adalah chat dari Prilly. Ia segera membukanya tanpa mengulur waktu lebih lama lagi.

Ia terkekeh saat melihat isi teks dari aplikasi Whatsapp-nya

Mine

Aku kangen. Pengen ditelpon kamu.

Sungguh, ada rasa yang membuncah dihati Ali membaca kalimat itu. Senyum yang berusaha ia tahan pun bahkan tak bisa ia kendalikan ketika hatinya bergejolak begitu hebat, hingga salah satu rekannya menyenggolnya.

"Yaampun Li, serem banget senyummu"

"Ah, maaf Wil, aku gak bisa ngontrol diri"

"Astaga, balik ke hotel dulu biar kamu bisa senyum sepuasnya"

"Yaudah, buruan kalo begitu" titah Ali tak sabar. Ia ingin segera menelpon Prilly ketika sampai di hotel.

⭐⭐⭐

Ali menunggu dengan resah karena panggilan videonya yang tak kunjung diangkat oleh wanitanya. Ia berdiri ditepi pagar balkon sambil mengamati jalanan yang cukup ramai.

"Hai" sapanya ketika panggilannya terhubung dan memunculkan Prilly dalam layar mininya.

"Kenapa video call?" tanya Prilly

Ali mengernyit kemudian terkekeh "Karena kamu bilang kangen" jawabnya menggoda.

Prilly mengernyit "Kapan? Aku ngga ada bilang begitu" ujarnya pura-pura tak tau karena jujur, ia malu mengakuinya jika didepan Ali.

"Ada sayang, ngga usah pura-pura deh.  Coba deh cek chat kita"

Prilly kemudian membuka kolom chat lalu kembali menekan penghubung video call agar ia bisa melihat Ali lagi "Eh kayanya sih hp aku dibajak deh, soalnya aku ngga ada chat sama kamu hari ini" ujarnya.

Ali tersenyum kecil walau hatinya terasa tak terima "Oh gitu, maaf salah paham" ujarnya.

Prilly gelagapan sendiri ketika mendengar ucapan Ali yang terdengar menyakitkan baginya. Ia memilih diam dan disebrang sana pun Ali melakukan yang sama.

"Emm, kalau gitu aku tutup ya" ujar Ali pada akhirnya.

Prilly menggigit bibirnya ragu namun kepalanya mengangguk hingga akhirnya Ali memutuskan panggilan video mereka.

Prilly langsung menelpon Ali ketika ia menyesali perbuatannya yang lebih memilih mempertahankan gengsinya. Ia menunggu dengan resah sambil memikirkan kalimat yang tepat untuk menyampaikan rindunya pada Ali.

About Me & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang