Dua Puluh Enam

3.6K 452 28
                                    

Prilly mendesah kecewa untuk kesekian kalinya, berulang kali menatap test pack yang ada ditangannya sambil mempertimbangkan apakah ia harus mencobanya lagi. Ia sudah menelan kekecewaan dua bulan belakangan ini. Sebulan pertama setelah Ali yang mencium perutnya dan berharap ada kehidupan disana, ia justru dikecewakan oleh darah menstruasi yang ia temui dicelana dalamnya pada tanggal bulanannya.

Lalu pada bulan kedua, ia kembali berharap karena mestruasinya tidak keluar ditanggal biasa bulanannya, dengan harap-harap cemas ia menggunakan test pack berharap besar ia dapat menemui dua garis disana, namun sialnya ia kembali dikecewakan oleh hasilnya.

Ia bahkan sudah menemui dokter kandungan untuk memeriksakan dirinya, kembali berharap bahwa test pack yang tadi ia gunakan rusak, namun ternyata Tuhan belum mempercayainya untuk menjaga kehidupan disana saat dokter mengatakan bahwa ia mengalami stress berlebihan hingga tidak mendapatkan menstruasinya.

Dan kini ia kembali tidak mengalami menstruasi yang membuatnya lagi-lagi melambungkan harapan. Beban pikiran yang selama ini mengganggunya akhirnya membuatnya meyakini bahwa dirinya kembali stress.

Belum lagi setiap hasil yang ia terima membuat emosinya naik setiap waktu, terkadang ia akan mudah menangis bahkan walaupun film atau drama yang ia tonton beradegan bahagia atau mudah tertawa ketika adegan sedih. Ia mulai menertawakan dirinya yang bahagia diatas cerita orang dan bersedih dibawah kebahagian orang.

Dan setiap kali ada yang salah atau tidak sesuai keinginannya, Ali justru menjadi target kekesalan dan kemarahannya.

Tok tok tok

"Pril.. Pril.." Prilly berdecak sebelum akhirnya membukakan pintu untuk orang yang baru saja mengganggu kegalauannya.

"Apaan?" tanyanya pada Selina yang berdiri dan memamerkan senyumnya ketika pintu terbuka. Selina menerobos masuk kemudian mengambil posisi enak untuk duduk.

"Ngapain kesini? Tumben banget" ujar Prilly dengan wajah tak suka.

Selina balas menatap sinis Prilly "Kenapa sih sensitif banget, dikunjungin bukannya disambut dengan hangat, dikasih teh atau apa kek"

Prilly dengan malas berjalan ke dapur dan mengambil segelas air putih untuk Selina lalu meletakkannya didepan wanita itu "Yaudah, sekarang mau ngapain?" tanyanya lagi.

"Kamu kenapa ngga ngangkat telpon Ali? Dia asik neghubungi aku aja supaya ngecek kamu. Kasian tau dia dinas ngga tenang"

"Aku males"

"Kenapa?"

"Ngga tau, males aja"

"Kamu aneh nih, persis kayak yang dibilang Ali. Kenapa sih? Ada masalah? Kamu utang di rentenir tanpa sepengetahuan Ali? Atau ngga sengaja ngabisin duit di ATM Ali?"

"Enggak. Aku cuma lagi stress aja. Mending kamu pulang deh Sel, kepala aku sakit lihat kamu disini"

"Woah, gila gila nih anak" desis Selina "Udah didatangi malah ngga tau diri"

"Ngga ada ku suruh" sinis Prilly.

"Kamu kenapa sih kek gini? Bikin kesel tau ngga. Aku bahkan udah nyempetin waktu aku kesini, tapi kamu malah begini"

"Sel, udahlah. Kepalaku sakit denger celotehan kamu"

"Makanya kamu angkat telpon Ali dulu supaya aku ngga perlu kesini"

"Ck" Prilly berdecak sambil meraih ponselnya yang ia pasang mode silent, lalu melihat ada sepuluh panggilan tak terjawab dari Ali dan dua pesan yang menanyakan keberadaannya sehingga tak mengangkat panggilan pria itu.

"Nih, ku telpon" Prilly menunjukkan ponselnya ke Selina dengan kesal supaya wanita itu percaya bahwa ia menelpon Ali.

Selina ke dapur selagi menunggu panggilan terjawab, ia membuka kulkas kemudian mengambil makanan ringan yang beruntungnya ada disana, lalu membawanya ke depan.

About Me & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang