Empat Puluh Tiga-End

4.6K 471 36
                                    

“Udahlah mandangin akunya, aku jadi risih karena kamu gini terus, berasa lagi dikasmaranin sama cowok baru puber” dengus Prilly sambil bergidik ngeri melihat Ali yang sejak bangun dari tidurnya pagi ini menjadi sangat aneh dengan terus menatap wajahnya dan gerak-gerik yang ia lakukan dalam ruangan itu.

Saat ini keduanya akan bersiap pulang atas izin dari dokter, jadi Prilly sibuk menyusun keperluan yang telah ia gunakan selama Ali sakit. Ali sendiri sudah mengganti baju dan celananya dengan bantuan dari sang istri yang hanya menggelengkan kepala ketika ia bersikap mesum saat Prilly sedikit membungkuk saat membukakan celana pria itu.

“Ayo pulang” ajak Prilly sambil mengulurkan tangannya seolah ia akan menuntun anak tk yang takut tersesat jika tak dibimbing.

Ali dengan senang hati menyambut uluran tangan istrinya “Kita dejemput siapa?” tanyanya

“Dijemput Yael sama Ero, yang lain udah dimobil pertama” jawab Prilly.

***

“Udah baikan?” tanya Yael yang selama ini memang sibuk bekerja dan tak sempat menjenguk adiknya meski ia ingin.

“Siapa ya?” tanya Ali sambil memutar bola matanya malas

“Isss” desis Prilly sambil menyikut perut suaminya.

“Gak mau jawab juga gapapa, gak penting juga” balas Yael kesal.

“Ngapain aja kamu nggak jenguk aku?” tanya Ali

“Udah banyak yang jengukin sampai mereka nginep segala beberapa hari, buang-buang duit buat orang ngga penting” sindirnya.

“Pekerjaan aku yank” Ali seketika mengingat bahwa ia bukan pria pengangguran yang memiliki tanggung jawab. Kini ia memikirkan tugasnya sebagai bawahan dan atasan.

“Kemaren sih aku udah hubungin Eldi dan katanya udah disampaikan sama atasan juga. Lagian kemarin juga Eldi sama Anggi sempet jengukin ke sini, cuma nggak lama”

“Syukurlah, semoga aja atasanku ngerti sama kondisi ini”

“Ya harus ngertilah, namanya juga musibah, bukan kemauan kamu kecelakaan biar ngga kerja” jawab Prilly cukup kesal saat membayangkan seandainya atasan suaminya itu tak mengerti keadaanya yang terbaring di rumah sakit.

Ali hanya diam sambil sesekali membaca chat di ponselnya yang ternyata sudah cukup banyak. Ada banyak sekali yang memberikan dukungan untuknya karena ia sakit, dan membaca itu membuat Ali sedikit ngeri karena kebanyakan yang mengirim pesan adalah para wanita. Ali mengucap maaf dalam hati kepada orang yang berbaik hati ingin mendoakannya, namun ia tanpa membalas chat itu malah menghapusnya, demi kesejahteraan rumah tangganya agar tetap aman sentosa.

“Ayo, turun, udah sampai. Jangan main hp aja” ajak Prilly setelah membuka pintu mobil dan memperhatikan suaminya yang terlalu fokus menatap ponsel hingga tak menyadari bahwa mereka sudah sampai dirumah orang tua Prilly dengan keadaan selamat.

“Hati-hati ya Man” ujar Prilly setelah mengucapkan terima kasih kepada Yael yang berbaik hati menyetir mobil menjemput mereka.

“Ngga mau diajak masuk dulu nih buat minum bentar?” tanya Yael sambil menurunkan kaca mobilnya.

“Gausahlah, emang kamu ngga serem liat rumah mantan” desis Prilly smabil melirik rumahnya dengan bergidik ngeri. Yael hanya memutar bola matanya malas mendengar alasan Prilly meski sebenarnya ia juga tak berniat mampir karena istrinya sudah menunggunya di rumah.

“Dasar” dengus Ali setelah itu memasuki rumah dengan bantuan tongkat dan Ero. Ia masih belum terbiasa memakai tongkat dan itu membuatnya sangat kesulitan hingga ia tetap membutuhkan pegangan seseorang sekalipun sudah mendapat pegangan dari tongkat yang membantunya berjalan.

About Me & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang