Tiga Puluh Lima

3.4K 456 36
                                    

Hai, aku kembali.

Semoga kalian suka sama part ini.

Kalau ada typo tolong koreksi.

⭐⭐⭐

Happy Reading Guys
⭐⭐⭐

Seperti janji Eldi kemaren ketika mereka dinas, kini ia dan Anggi sudah sampai dirumah dinas Ali guna membantu Prilly memasak atas usulan Anggi meskipun Eldi meragukan kemampuan memasak gadis itu, namun akhirnya ia tetap mengantarkan Anggi ke rumah komandan mereka itu. Sedangkan yang lain akan menyusul lebih sore atau justru malam.

Sesampainya dirumah dinas Ali, yang Eldi lakukan justru menemani Ali main Free Fire lewat ponsel mereka masing-masing. Sedangkan Anggi sudah membantu Prilly dengan kemampuan seadanya karena ia juga minim pengetahuan mengenai dapur. Tadinya Prilly sudah menolak niat baik Anggi karena tak ingin merepotkan, namun Anggi memaksa dengan alasan yang sama pula hingga akhirnya Prilly menjadi pemandu Anggi untuk mengupas bawang, mencuci ikan, daging ayam ataupun sayur.

“Mbak, ini udah dicuci” ujar Anggi begitu ia selesai mencuci cabai yang akan dibelender.

Prilly mengambilkan blender kemudian memberikannya pada Anggi agar gadis itu segera membelenderkan cabai yang akan ia gunakan untuk merendang.

Anggi sesekali melirik Prilly yang repot kesana kemari karena harus melihat masakan sayur asemnya lalu kembali melihat kelapa yang sedang wanita itu gonseng diatas wajan “Maaf ya mbak, kedatangan kita malah ngerepotin buat mbak, padahal udah hamil tua” ujarnya merasa tak enak.

Prilly terkekeh “Ngga papa sih, kayak sama siapa aja, lagian aku juga seneng kalo sesekali ada tamu. Udah gitu, niat kalian juga kan baik”

Setelah selesai membelender cabai untuk rendang, Anggi melihat perut Prilly dengan rasa tertarik lalu menatap wanita itu “Mbak, boleh ngga sih saya pegang perut mbak?” tanyanya ragu, takut menyinggung Prilly karena yang ia tahu adalah wanita hamil itu sangat sensitif.

Prilly memandang perutnya sambil terkekeh “Pegang aja, ngga bayar kok”

Anggi mendekatkan tangannya dengan antusias ke perut Prily karena jujur saja ia cukup penasaran menyentuh perut orang hamil “Ihh lucu mbak” kekeh Anggi membuat Prilly tertawa dengan reaksi Anggi yang menurutnya cukup lucu.
“Mbak tau ngga sih betapa senengnya komandan waktu tau mbak hamil, sepanjang hari di kantor kita diabetes, disenyumin mulu” adunya mengingat bagaimana Ali saat itu dengan senyum aneh masuk kantor dan mengatakan bahwa ia akan segera menjadi seorang ayah lagi.

“Ngomong apa dia?” tanya Prilly penasaran. Tangannya mematikan kompor begitu sayur asemnya selesai.

“Komandan bilang gini, ‘nanti kalo kalian punya istri terus istri banyak maunya dan sesnsitif, turuti aja karena udah pasti istri kalian itu hamil’. Terus komandan bilang gini lagi ‘untung aja sih istriku beneran hamil, kalo dia cuma ngisengin aku, ngga tau deh dosa aku sebanyak apa ngumpatin dia mulu”

“Serius dia bilang gitu?” tanya Prilly tak terima

“Iya mbak, tapi jangan ribut sama komandan dong mbak, entar dikira saya ada niat jahat lagi, ya walaupun saya pengen banget punya calon suami seperti komandan Ali” aku Anggi jujur.

Prilly menatap Anggi dengan kernyitan heran “Emang kenapa mau punya suami seperti Ali?”

“Saya tuh pengennya suami saya nanti cuek sama orang lain apalagi cewek-cewek genit, tapi sama saya lembut dan perhatian yang bikin orang lain cemburu kalo liat”

About Me & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang