Dua Puluh Lima

3.5K 485 25
                                    

"Lucu banget sih kamu, emeshh banget" ujar Prilly berulang kali mencium wajah balita yang ada digendongannya.

"Gio anaknya ciapa cihhh. Endut bangetttt" tingkah Prilly yang menciumi perut Gio membuat balita itu tertawa girang bahkan hingga memasukkan tangannya ke mulutnya.

Prilly menarik tangan Gio "Jorokkkk ihhhh, ga boleh makan tangan, mending makan tante nih" ujarnya memberi pipinya. Gio sontak meraup wajah Prilly dengan kedua tangannya lalu menciumnya sambil tertawa kegirangan.

"Girang banget sih kamu, keliatan gak punya beban hidup kek tante"

"Curhat kok sama anak kecil sih Pril" dengus Ernita. Wanita yang merupakan ibu dari Gio. Wanita itu sedang mengelap tangannya dengan tisu lalu menyemprotnya dengan antiseptik. Ia kemudian duduk disamping Prilly.

"Hehehe, anaknya mbak lucu sih"

"Kamu lah lebih lucu, anak kecil mau kamu kasih beban hidup kamu"

Prilly kembali terkekeh "Mbak mau gendong Gio?" tanyanya karena melihat kedatangan wanita itu jelas membuktikan bahwa tugas tim Ernita untuk kebersihan dalam kegiatan Bhayangkari sore ini sudah selesai.

"Gendong aja dulu sampe kamu pegel" ujar Ernita

Prilly mencebikkan bibirnya "Masalahnya udah pegel daritadi mbak. Ngga nyangka, gendong anak kecil juga butuh tenaga ekstra"

"Emh, terlambat kamu taunya. Asal tau aja nih, mbak kalo tengah malem pasti kebangun mulu. Gio yang rewel lah karema pempresnya penug dan ngga bisa tidur bikin mbak pusing. Belum lagi sekarang masa-masa giginya tumbuh, mbak pasti ngga bakal tenang"

"Gitu ya mbak. Aku cuma tau teori tapi gatau seberapa susahnya"

"Susah banget Pril. Kalo udah masa pertumbuhan gigi anak-anak, mbak pasti pulang ke rumah mertua atau orangtua supaya gantian ngurusinnya"

"Tapi aku tetep iri sama mbak karena sekarang aja anak mbak udah empat, aku satu aja belum"

"Banyak doa sama usaha. Atau angkat anak supaya jadi pancingan"

"Iya mbak. Untungnya suamiku sabar banget. Aku juga rencananya pengen angkat anak mbak, tapi sampe sekarang suamiku belum kasih keputusan. Udah sebulan, tapi aku ngga berani nanya"

"Pasti berat suami kamu mikirinnya, sabar aja"

"Iya mbak. Aku juga bilang sama dia supaya mikirin baik-baik"

"Sini Gio-nya, nanti kamu makin lama tertahan disini lagi karena mbak"

"Enggak kok mbak, aku lagi nungguin Ali jemput"

"Enaknya yang sama perwira ini nih, lebih banyak waktu buat istri"

"Ah mbak bisa aja, Ali juga sering dinas berminggu-minggu"

"Ngga sesering suami mbak yang pangkatnya masih dibawah"

Tin tin

Klakson mobil Ali membuat mereka sama-sama menoleh, Prilly melihat Gio yang melompat kegirangan begitu mendengar klakson mobil, Ernita sampai kewalahan dibuatnya.

Ia terkekeh kemudian berdiri "Mbak mau dianterin?" tanyanya

"Ngga usah lah, entar lagi juga adik mbak jemput"

"Jadi gapapa nih aku duluan?"

"Gapapa lah Pril, gih"

"Duluan ya mbak, dadah Gio ganteng" ujar Prilly sambil melambaikan tangannya kepada Gio. Balita unyu itu kemudian melambaikan tangannya ke depan belakang dengan girang.

About Me & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang