Tiga Puluh Satu

3.2K 475 39
                                    

"Aliiiii cepetan keluar, aku mau masuk nih. Kebelet" teriak Prilly dengan cukup kuat karena Ali sedari tadi tak kunjung keluar dari kamar mandi.

"Sabar yank"

"Sabar mulu. Pantat aku udah lebar ini karena kamu nyuruh sabar terus"

"Iya sabar lah, niat aku kan baik nyikatin lantai kamar mandi"

"Baik banget. Sepanjang minggu ini kerjaan kamu itu mulu" ringis Prilly kesal sambil mendekati kamar mandi, berdiri didepan pintu dan memperhatikan Ali yang berjongkok dilantai sambil memberus.

"Supaya kamu ngga kepleset yank"

"Aku ngga akan kepleset dikandang sendiri" desisnya.

"Yaudah gih masuk, katanya kebelet" ujar Ali sambil keluar dari kamar mandi.

"Udah ngga kebelet lagi, kamu lama banget keluarnya" Prilly melipat tangannya didepan dada dengan kesal. Ia meninggalkan Ali menuju ruang keluarga dan menonton

"Iya iya, maaf" Ali menyusulnya setelah mencuci tangan.

"Ngapain kamu kesini? Sana jaga aja kamar mandi itu" usir Prilly tajam

"Ya itu kan demi kebaikan kamu sih yank"

"Demi kebaikan sih demi kebaikan, tapi tuh lantai kamar mandi jangan sampe bisa kita jual balik ke tukang bangunan" dengusnya. Sepanjang minggu ini Ali selalu menyempatkan diri menyikat kamar mandi baik pagi sebelum berangkat kerja dan mandi, setelah itu sore sepulang kerja dan hendak mandi.

Anggaplah Prilly tak tahu bersyukur, tapi ia hanya tak ingin suaminya berlebihan. Pekerjaan yang masih bisa Prilly lakukan, semuanya diambil alih oleh pria itu. Dan untuk kamar mandi, bukannya ia tak suka kebersihan, Prilly justru kesal karena Ali melelahkan dirinya sendiri dengan melakukan pekerjaan yang bisa dilakukan tiga kali sehari menjadi dua kali sehari. Lagipula ia yakin pria itu pasti cukup lelah dengan pekerjaannya di kantor.

"Kamu cape?" tanya Ali sambil tangannya menyentuh betis Prilly dan memijatnya.

"Kamu yang cape, bukan aku"

"Kenapa? Tadi kan kamu sibuk bantuin pesta keponakan bu Desna? Emang disana ngga banyak jalan?"

"Aku masih hamil muda Ali, jangan terlalu dimanja. Aku juga mau manjain kamu"

Ali meneguk ludahnya "Kan kata dokter lebih baik kalo udah trimester kedua" ujarnya mengingatkan.

Prilly terkekeh heran bagaimana bisa ia memiliki suami semesum Ali, yang pikirannya pasti tak jauh-jauh dari kamar "Manjain itu ngga cuma dikamar, jangan kebiasaan mesum deh"

"Jadi manjain apa sayang?"

"Aku juga mau mijetin kamu, kamu pasti lebih cape dari aku"

"Oh itu, aku pikir yang urusan kamar. Kalo masalah badan retak karena kerja mah aku ngga perlu dipijetin"

"Terus kamu perlunya apa?" tanya Prilly kesal karena suaminya itu seperti tak membutuhkannya.

"Aku butuhnya kamu jaga anak kita dan kesehatan kalian"

"Aku ngerasa baru nikah mulu kalo sama kamu"

"Kenapa gitu?"

"Ya abis kamunya gini, baik, perhatian, sabar banget, udah gitu penyayang. Kamu seperti selalu menahan diri tapi sebenarnya karena itu emang sifat kamu"

"Jadi kamu maunya aku marah, ngeselin kek kamu, terus kasar"

"Ya enggaklah. Jadi suami yang seperti hari ini terus ya. Jadi ayah yang kek gini juga ngadepin anak-anak kamu nanti"

About Me & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang