Dua puluh

3.3K 421 39
                                    

Ini sudah seminggu sejak Prilly mengaku sudah mengingat pria itu. Ali mendekati Prilly dan duduk disamping wanita yang sedang fokus menonton drama korea itu. Wanita itu sesekali terkekeh, tertawa bahkan marah-marah tak jelas pada film itu. Saat ini jam sudah menunjukkan 22.00 WIB, sayangnya tidak ada tanda-tanda film akan berakhir sehingga Ali memilih mengalah dan keluar dari kamar.

"Pril"

"Hm"

"Masih lama nontonnya?"

"Lumayan"

"Ini kan udah waktunya tidur. Emang besok kamu ngga kerja?" Prilly menoleh pada Ali sejenak lalu melihat ke jam dinding.

"Entar lagi deh ya, nanggung, setengah episode lagi"

"Tadi juga pas jam 9 kamu bilangnya nanggung satu episode lagi tapi malah lanjut lagi"

"Kamu duluan aja tidurnya kalo udah ngantuk"

"Aku besok penyelidikan diluar kota selama dua minggu"

Prilly menoleh dengan terkejut karena Ali tak mengatakan sama sekali kepadanya selama seminggu ini. Paling tidak, jika ini adalah kabar mendadak, Ali pasti sudah mengatakan padanya minimal  sehari sebelumnya "Kamu kok ngga bilang?" tanyanya

"Gimana aku mau bilang, tiap kali pulang ke rumah, kamu selalu ada kesibukan. Bantuin ngerjain tugasnya Selina lah, nonton drama lah, kerja di cafe lah"

Prilly menatap Ali dengan rasa bersalah "Maaf kalau aku sesibuk itu"

"Aku udah bilang kan sayang, kamu ngga usah kerja. Aku masih sanggup penuhi kebutuhan kamu walaupun kamu ngga kerja, kalo pun kamu mau lanjut pendidikan, aku juga masih bisa bayar biayanya"

"Ali---"

"Aku tau, kamu mau bilang kalo kamu ngga punya kesibukan apa-apa selain ngerjain tugas rumah kan. Aku ngga masalah, tapi kamu juga harus ngertiin aku yang mau kita punya waktu bersama lebih banyak. Aku sering dinas pelatihan ataupun penyelidikan, jadi aku ngga mau kita terus terasa jauh walaupun sebenarnya jarak kita dekat"

Prilly menundukkan kepalanya, sungguh ada hal yang takut ia lakukan dengan Ali. Ia tak bisa sebebas dulu dan mengatakan semua yang ada dikepalanya kepada pria itu. Posisinya saat ini membuatnya terlalu merendah dan sadar diri bahwa ia siapa.

Ali berdecak sambil meremas rambutnya dengan kasar melihat wanitanya itu menunduk "Kamu pasti udah cukup dewasa untuk ngerti kalo aku rindu kamu. Aku tau kamu masih menghindari aku dan aku sadar kalo jarak kita masih terlalu jauh" ujarnya sebelum akhirnya kembali ke kamar dan mengunci pintu.

Prilly memeluk bantal bahkan menggigitnya untuk menyembunyikan isakannya yang ia takut jika didengar oleh Ali. Ia menutup laptop yang sebenarnya sejak tadi hanya menjadi alasan kesibukannya. Ia sudah menonton drama yang baru saja ia tonton dan sudah tau jalan ceritanya dari A sampai Z. Ia hanya ingin membuat kesibukan sampai Ali memutuskan tidur lebih dulu.

⭐⭐⭐

Pagi ini, Ali bangun lebih dulu dari Prilly dan langsung mempersiapkan diri untuk keberangkatannya. Bahkan ketika Prilly bangun, ia terhenyak melihat jam sudah menunjukkan pukul 7.45, sehingga ia langsung mencuci wajah dan berkutat dengan peralatan dapur dengan cepat.

"Aku berangkat" ujar Ali sambil membawa ranselnya. Pria itu bahkan langsung pergi setelah mengatakan kalimat pamitnya, tanpa menunggu Prilly menghampirinya dan menyalam tangannya.

Prilly tidak berani keluar karena sikap Ali yang mengabaikannya, ia hanya mengintip kepergian pria itu lewat kaca jendela lalu terduduk lemas sambil menangis. Ia hanya mengucapkan maaf terus-menerus dan menyalahkan dirinya tanpa henti.

About Me & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang