Tiga Puluh Enam

3.3K 469 22
                                    

"Cape?" tanya Ali begitu mereka memasuki mobil rental yang sudah dipesannya jauh hari sebelum mereka tiba di Pekanbaru guna menghadiri pernikahan Ero dan Disha. Seorang supir yang juga ia gunakan jasanya sesekali melirik mereka takut jika keduanya tak nyaman karena Prilly sudah muntah setengah jam yang lalu.

Prilly mengangguk sambil menyandarkan kepalanya di kursi, matanya terpejam kala menikmati pijatan tangan Ali di pelipisnya "Setengah jam lagi nyampe, sabar ya" ujar pria itu berusaha menenangkan.

Setelah melihat Prilly tertidur, Ali mengusap perut wanita itu sebentar untuk menenangkan anaknya. Ia yakin perjalanan yang cukup jauh dengan jalan yang terlalu bagus membuat Prilly yang hamil pasti sangat kelelahan dan tak nyaman.

"Maaf ya pak kalau mobilnya bikin ngga nyaman" ujar sang supir pada Ali dengan tak enak hati.

Ali tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya "Enggak apa-apa pak, emang istri saya yang lagi mual aja, bawaan bayi"

Setelah hampir setengah jam, mobil mereka sampai didepan rumah Ali. Ali sempat menawarkan agar supir tersebut beristirahat sebentar di rumahnya, namun dengan sopan ditolak pria itu.

"Ali, Prilly, astaga, mama kangen banget" Talita menghampiri mereka dengan wajah haru, terlebih ketika melihat perut besar Prilly. Ia langsung memeluk Ali dan Prilly secara bergantian "Mama khawatir banget kalian kenapa-napa"

"Kita nyampe dengan selamat ma" ujar Ali sambil melihat ke dalam rumahnya "Yang lain mana ma?"

"Abang kamu kerja, kakak ipar kamu di rumah Prilly bantu-bantu, sedangkan Revan masih di Pekanbaru, kan kuliah, paling nanti agak maleman baru nyampe"

Talita mengajak Prilly ke kamar Ali untuk segera beristirahat dan diangguki oleh wanita itu karena ia benar-benar merasa lelah duduk berjam-jam apalagi saat di mobil melintasi jalan berlubang.

Ali memasuki kamarnya dan melihat mamanya sedang menyentuh perut istrinya. Ia duduk disisi lain sambil menunggu mamanya selesai menyapa cucunya yang masih diperut.

"Yaampun, perut kamu besar banget sayang, pasti cucu-cucu mama sehat-sehat"

Prilly tersenyum kecil "Iya Ma, papanya banyak ngasih makan si kembar"

"Baguslah, seenggaknya dia ngga cuma tau membuat aja"

Ali hanya memutar bola matanya dengan malas mendengar mamanya yang seolah berpikiran bahwa ia sejahat itu hingga tidak menuruti kemauan anak istrinya.

"Yaudah ya, mama ke rumah ibu kamu dulu. Nanti kalo udah enakan nyusul aja"

"Iya ma"

Setelah kepergian Talita, Prilly langsung membaringkan dirinya diatas tempat tidur. Ia tersentak saat suaminya mengusap perutnya karena gerakan tiba-tiba ketika ia hampir terlelap.

"Maaf ngagetin, aku cuma mau ngusap perut kamu aja"

Prilly mengangguk dan memilih memejamkan matanya lagi hingga ia terlelap disusul oleh Ali yang juga ketiduran.

⭐⭐⭐

"Hati-hati bang" pesan Revan sedikit ngeri melihat kakak iparnya yang hamil besar itu di bonceng dengan motor oleh Ali.

"Iya" angguk Ali lalu menoleh pada istrinya "Pegangan yank" ujarnya memberi perintah karena tak ingin istrinya itu kenapa-napa akibat dirinya yang teledor.

Sebenarnya ia sendiri ngeri harus naik motor dan membawa Prilly yang hamil besar diboncengannya, namun karena tidak ada mobil maka ia tak punya pilihan lain. Mau berjalan kaki juga ia takut karena mereka harus berjalan ditepi jalan raya yang tak ada trotoarnya karena ini jalanan kampung, maka ia memutuskan dengan berat hati harus membonceng Prilly dengan motor, meksi rasanya seperti uji nyali.

About Me & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang