"Argh! Hyung, pelan-pelan!"
Hoseok hanya mendongak sebentar sebelum kemudian sibuk dengan aktivitas awalnya—yang mana membuat Jungkook terus mengerang kesakitan. Tidak perlu bertanya. Nanti aku akan menjelaskan apa yang terjadi. Jadi intinya Jungkook terluka—lagi—karena kesalahan Yeonjin. Sepertinya Hoseok benar, dia memang sengaja melakukannya kepada Jungkook. Lagi pula sangat jelas jika Yeonjin mendorong Jungkook hingga terbanting dengan kuat. Kakinya cedera karena posisi jatuhnya yang bergitu ekstrem.
"Hyung..."
"Diam, Jungkook-ah. Aku sedang kesal pada Yeonjin." kata Hoseok tanpa menghentikan aktivitasnya.
"Kau kesal kepada Yeonjin tapi menyakitiku—argh! Hyung!"
Hoseok berdecak kesal kemudian melepaskan tangannya dari kaki Jungkook. "Intinya kau juga membuatku kesal." katanya.
"Kenapa aku juga?"
"Intinya aku kesal."
"Kenapa bisa seperti itu?" Jungkook ikut kesal. Sementara kami berlima hanya memperhatikan interaksi mereka dengan tatapan aneh.
"Lenganmu bagaimana? Tadi Yeonjin menyenggolmu cukup keras, kan?" tanya Jimin mencoba menghentikan tingkah Hoseok dan Jungkook.
"Ah..." Jungkook menyentuh lengannya. "Agak sakit, tapi tidak apa-apa." jawabnya sembari memamerkan senyum.
"Benarkah?"
Maknae itu mengangguk. Tapi Jimin masih terlihat tidak percaya dan langsung duduk di sebelah Jungkook. "Kalau begitu biarkan aku melihatnya." ucapnya.
"Eh?! Aku kan..."
"Hanya membuktikan." potong Jimin.
Akhirnya Jungkook hanya bisa menghela nafas menyerah. Dia menyingkap lengan bajunya ke atas dan membiarkan Jimin melakukan apa yang dia inginkan. Aku tahu memang sulit menjadi Jungkook. Terkadang aku juga risih jika diperlakukan seperti itu. Tapi bagaimana lagi? Kami kan hanya cemas.
"Ini mengeluarkan darah, tahu." Jimin mendongak—menatap Jungkook—setelah mengatakan itu. Aku dapat melihat jejak kekesalan dalam tatapannya itu.
"Benarkah?" tapi Jungkook malah ikut terkejut. Seharusnya dia lebih tahu, kan? Apa sebenarnya itu tidak sakit? Jangan-jangan syarafnya sudah tidak bekerja. Ah, bukan. Otaknya yang sudah tidak bekerja.
"Kau ini..." Jimin memilih untuk menggantung ucapannya dan mulai membuka perban yang membebat lengan Jungkook. "Taehyung-ah, bisa ambilkan perban dan obat luka di..." Jimin bahkan belum menyelesaikan ucapannya saat Taehyung mengiyakan dan langsung pergi mengambil apa yang Jimin minta. Aku malah merasa heran karena sepertinya mereka berdua mengetahui letaknya dengan sangat baik. Mereka bukan petugas di ruang kesehatan, kan?
Aku hanya memperhatikan saat Taehyung kembali dan meletakkan barang-barang yang dibawanya di dekat Jimin. Kemudian dengan cekatan Jimin membersihkan bekas darah yang sudah mulai mengering, membubuhi obat, lalu membebat lengan Jungkook dengan perban yang baru. Saat itu aku berpikir jika sebaiknya petugas kesehatan merekrut Jimin menjadi anggota. Dia bisa bekerja sebaik itu, jadi kupikir mereka akan rugi jika tidak melakukannya.
"Terima kasih, hyung."
Jimin hanya mengangguk singkat kemudian merapikan barang-barang yang tadi digunakannya. "Kau harus berhenti terluka, Jungkook-ah. Aku bosan melakukan ini terus." ujarnya sembari berdiri kemudian berjalan untuk mengembalikan barang-barang itu ke tempatnya.
"Ah, maafkan aku." saat Jungkook mengatakan itu Jimin sudah menghilang di balik susunan rak berisi obat dan alat-alat kesehatan. Tapi aku yakin dia tidak tuli dan pasti mendengarnya.
"Sebaiknya kau berhenti bertingkah. Lukamu tidak akan sembuh segera jika terus seperti ini." kata Jin hyung kepada maknae itu.
"Tapi ini kan bukan salahku, hyung."
Apa semua orang selalu membuat kalimat pembelaan seperti ini? Aku tidak tahu karena aku tidak pernah melakukannya. Hmm... Mungkin. Aku tidak ingat.
"Intinya kau harus menghindari hal-hal seperti ini."
"Baik."
BRAKK!!
Serentak kami menoleh ke arah sumber suara. Sekon pertama terlintas pertanyaan mengenai 'ada apa?' dan 'apa yang terjadi?' di otakku. Tapi sekon kedua—entah spontanitas atau kekompakan—kami langsung bergerak ke arah sumber suara. Ah, minus Jungkook yang bahkan tidak bisa berdiri.
"Hyung..." Jungkook memanggil kami yang sudah menghilang dari hadapannya—aku yakin jika dia ingin memastikan apa yang terjadi juga. Tapi sayang sekali tidak ada yang menggubrisnya. Maafkan kami, maknae.
"Jimin hyung..."
Aku dapat melihat Jimin jatuh terduduk di lantai dengan satu tangan menahan rak alat kesehatan yang nyaris roboh. Hal kedua yang aku sadari adalah bahwa dia meringis sakit. Lalu yang paling menarik perhatianku adalah lelehan liquid merah yang jatuh menjadi titik-titik di lantai.
"Jangan diam saja, bodoh!" aku melewati empat orang yang berdiri di depanku dan segera menahan rak itu dan membenarkan posisinya agar berdiri tegak lagi. Setelah memastikan itu tidak akan roboh aku berbalik ke arah Jimin yang masih terduduk di lantai. Pandanganku beralih ke arah empat orang bodoh yang bahkan masih terpaku padahal menyadari apa yang terjadi.
Aku menghela nafas kesal lalu berjongkok di dekat Jimin. "Kau baik-baik saja? Tanganmu?" tanyaku kepadanya.
"Ah, tidak. Ini hanya tergores." jawab Jimin sambil mencoba menghentikan darah yang masih meleleh dari tangannya.
"Bangunlah."
Aku sempat melirik Jin hyung dan tiga dongsaeng yang masih diam setelah membantu Jimin berdiri. Merotasikan mataku jengah kemudian memandu Jimin untuk keluar dari ruang sempit yang dihalangi oleh empat orang itu. Aku tidak segan-segan mendorong mereka yang dengan bodohnya masih saja diam. Sumpah demi apapun mereka itu sangat idiot. Tidak bisakah mereka membantu Jimin atau apa?
"Berhenti diam di sana!" aku sedikit membentak mereka sesaat setelah keluar dari sana. Dan untungnya mereka tidak membuatku semakin kesal dan segera merespon.
"Hyung, kau kenapa?" lihat, Jungkook bahkan memiliki respon yang lebih cepat. Ah, tidak. Akan lebih tepat jika dikatakan heboh setelah melihat Jimin muncul dengan lelehan darah dari tangannya.
"Tidak apa-apa."
"Tanganmu... Itu berdarah."
"Hanya tergores kok." kata Jimin setelah duduk di sebelah Jungkook. Aku tahu jika itu pasti sakit, tapi dia mengatakannya seolah itu memang tidak terasa sama sekali. Biar kutebak apa yang terjadi barusan. Raknya hampir roboh lalu...
"Apa yang terjadi?" tunggu, Jungkook. Kubilang aku akan menebak.
"Aku tersandung lalu tiba-tiba raknya roboh dan barang-barangnya berhamburan jatuh. Ini hanya tergores gunting kok." jelas Jimin. Baiklah, pada akhirnya aku tidak bisa menebak.
"Hyung, itu bahaya sekali. Kau yakin hanya tanganmu yang terluka?" tanya Jungkook dengan nada cemas—yang berlebihan. Tapi benar juga, sih. Maksudku dengan benda-benda—yang kebanyakan adalah benda tajam—berhamburan jatuh ke arahnya sangat mungkin jika Jimin terluka lebih dari itu. Ah, tapi aku heran mengapa di ruang kesehatan ada banyak sekali benda tajam. Ini tidak menjadi tempat pengumpulan barang-barang sitaan dari siswa, kan? Atau jangan-jangan orang yang bertugas di sini sedang dalam rencana membunuh seseorang. Baiklah, aku sedang gila. Lupakan saja yang barusan itu.
"Tidak. Aku masih bisa menghindar... Untungnya." jawab Jimin.
"Hyung, kemarikan tanganmu." Taehyung menghentikan konversasi antara Jimin dan Jungkook saat dia datang dengan obat dan perban di tangannya.
"Oh, terima kasih." tanpa banyak bicara Jimin langsung menerima bantuan dari Taehyung. Lagi pula ini memang sakit, aku rasa Jimin mengatakan itu tanpa bersuara.
![](https://img.wattpad.com/cover/199178695-288-k444697.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Silence [END]
Фанфик[방탄소년단 x 민윤기] Min Yoon Gi lebih dikenal dengan nama Suga, dewan sekolah yang tampan dan terkenal ternyata mengalami trauma. Entah mengapa dia lebih nyaman mengobrol dengan notebook kecil yang selalu dibawanya kemanapun. Satu hal yang sangat disukain...